Mengijinkan Aldrich

1053 Words
Alvar, beserta Aldrich, Kevin, dan David kini telah duduk ruang tamu menunggu kedatangan Aluna dari kuliahnya. Alvar lupa, kalau hari ini Aluna kuliah siang sehingga ia menyuruh mereka untuk datang ke rumah pada siang hari. Kalau saja ia ingat, pasti mereka tidak akan kebosanan menunggu Aluna Ingin keluar pun malas karena sangat panas, tapi jika di dalam rumah hanya keheningan yang tercipta. David mendengus, sangat merasa tidak nyaman jika mereka semua hanya diam "Al, buat makan sana. Aku lapar." Perintah David Alvar membulatkan matanya, menatap kesal pada David yang menyuruhnya seenaknya. Seperti tuan rumah saja "Buat sendiri aja, aku malas." Balas Alvar "Kan kau yang punya rumah." Tutur David Kevin berdecak, masalah makanan saja mereka ribut. Apa mereka tidak tahu, seberapa penasarannya Kevin terhadap Alvar karena menyuruh mereka tiba-tiba kumpul seperti ini Aldrich pun hanya diam, dia memilih memainkan handphonenya. Sekarang ia mulai terbiasa dengan mereka, tidak ada lagi kecanggungan seperti saat pertama kali mereka bertemu Aldrich pun cukup bersyukur, ketiga pria ini sangat baik padanya. Aldrich kira, ketika mereka melihat Aldrich sebagai pimpinan, mereka akan sedikit menjauh. Tapi ternyata tidak, mereka tetap orang yang sama seperti saat dulu berteman di SMA Yah, Aldrich dan mereka adalah teman sewaktu SMA. Tapi hanya satu tahun karena ia harus pindah ke luar negeri. Dan mereka ternyata masih mengingat dirinya walaupun sudah sangat lama mereka tidak bertemu  *** Aluna masuk ke dalam rumah sembari tertawa kecil karena candaan dari William. Dirinya langsung diam, ketika mendapati empat pria menatapnya "Ada apa?" Sapanya tenang sembari duduk tepat di samping Alvar "Lama banget pulangnya." Ujar Alvar kesal Aluna mengerutkan keningnya, mengapa kakaknya kesal padanya tanpa ada alasan yang jelas? "Kan, emang jadwal pulangnya jam segini." Balas Aluna Kevin menatap mereka malas. "Jadi, apa yang membuat Alvar menyuruh kita berkumpul disini?" Alvar terdiam sebentar, lantas menjentikkan jarinya. "Ini yang mau aku bicarakan dengan Aldrich." Kata Alvar Aldrich menatap Alvar sepenuhnya, merasa penasaran dengan apa yang mau dibicarakan oleh Alvar "Ada apa?" Tanya Aldrich Alvar menghela nafas. "Kamu boleh tinggal disini." Jawabnya tenang Aldrich membulatkan matanya, Kevin pun ikut bahagia mendengarnya. Karena sejak Aldrich tinggal di rumahnya, ia sering merasa ketakutan tanpa sebab. Kevin sering merasa ada yang menatapnya ketika tidur ataupun saat ia sedang mandi "Benarkah? Tapi mengapa tiba-tiba?" Bingung Aldrich "Terima kasih, Aluna dan Alvar. Kalian tahu, aku sering ketakutan di rumah. Seperti ada yang menatapku tapi aku tidak tahu siapa." Ujar Kevin dengan senyumannya yang lebar Aluna terkekeh, dia tahu kalau Kevin sangat ketakutan sejak Aldrich tinggal di rumahnya. Dan ketika Aldrich tidak tinggal di rumahnya lagi, Kevin pasti akan sangat lega dan bahagia David mendengus. "Jadi, selama ini kau tidak ikhlas Aldrich tinggal di rumahmu?" Tanyanya Kevin menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, hanya saja aura di rumahku terasa berbeda." Jawabnya Aldrich masih diam mendengar pembicaraan Kevin dengan David, dia tidak terlalu peduli tentang hal itu. Hanya saja, entah mengapa ada sesuatu yang lega ketika ia mendapat ijin untuk tinggal di rumah Aluna "Aku tidak tahu penyebab kalian mengijinkanku untuk tinggal disini, tapi aku sangat berterima kasih pada kalian." Ujar Aldrich Aluna dan Alvar menganggukkan kepalanya *** Hari telah malam, memang benar aura malam ini terasa lebih mencekam daripada sebelumnya. Mungkin karena adanya Aldrich di rumah dan Aluna mencoba tenang karenanya Alvar pun sedari tadi bergumam karena tidak nyaman, Aluna masih diam. Ia memilih keluar rumah menuju pohon mangga di halaman depan "Mengapa kau memperbolehkannya tinggal disini, Aluna?" Aluna menatap kuntilanak penunggu pohon mangga itu "Bukankah ini jalan keluar terbaik? Meskipun, pak Aldrich tidak tinggal disini, tapi sosok itu tetap mengincarku." Jawab Aluna Kuntilanak itu menganggukkan kepalanya mengerti, kuntilanak ini memang tidak pernah pergi dari sini. Selain Aluna jadikan sebagai penjaga, dengan adanya kuntilanak ini, Aluna jadi tahu kalau ada sosok yang tidak diundang masuk ke dalam rumah Karena kuntilanak ini tidak terlalu kuat, hanya saja ia lebih berani daripada William. Aluna juga memiliki alasan mengapa ia tidak pindah dari rumahnya, salah satunya adalah karena di kompleks perumahannya terdapat sosok besar yang kuat dan memiliki tugas menjaga kompleks dari lemparan benda-benda jahat Kadang sosok itu juga mengusir para hantu yang menganggu, tapi tidak semua. Hanya beberapa hantu yang memang sangat usil yang ia usir "Tadi pagi, papa mengusir kuntilanak itu." Aluna menaikkan sebelah alisnya "Ah, kuntilanak di rumah yang berada di sudut kompleks itu?" Ujar Aluna Kuntilanak itu menganggukkan kepalanya, Aluna hanya ber- oh ria. Dia cukup bersyukur, karena dengan adannya Kuntilanak itu sang pemilik rumah jadi sulit untuk mendapatkan jodoh "Aluna!" Aluna terperanjat kaget, segera berlari memasuki rumah ketika mendengar Alvar berteriak. Bersamaan dengan itu, Aldrich pun turun menghampiri Alvar "Ada apa kak?" Tanya Aluna bingung Alvar nampak sangat ketakutan, wajahnya pucat pasi dan bergetar. "Tadi, kakak lihat hantu. Serem banget." Jawab Alvar Aluna menatap Alvar diam, dia sudah menduga. Pasti serangan ghaib itu akan semakin sering dan nyata. Aluna bingung, ia tidak terlalu kuat untuk dapat menangkis serangan itu. Apa ia meminta harus meminta bantuan papa untuk menjaga rumahnya? Tapi itu pasti sangat sulit, belum lagi Aluna yang tidak tahan terhadap aura papa yang sangat mendominasi. Mau mengajak William pun tidak akan berguna, karena William juga takut terhadap papa Hanya satu yang dapat Aluna lakukan, ia pun segera mengambil air minum dan membacakan beberapa doa. Setelah itu, Aluna berikan pada Alvar dan Aldrich "Minumlah." Perintah Aluna Kedua pria Menatap Aluna bingung "Ini, minuman apa?" Tanya Alvar "Ini agar kalian tidur nyenyak malam ini." Jawab Aluna Kedua pria itu menganggukkan kepalanya, merasa paham dan segera meminum yang diberikan Aluna. Aluna menghela nafas, setidaknya kedua orang didepannya ini dapat tenang malam ini. Aldrich diam-diam merasa lega, Aluna ternyata tahu beberapa doa yang mungkin akan membantu mereka "Kalian segera tidur, aku akan mengurus lainnya." Perintah Aluna lagi Aldrich awalnya bingung, namun ketika mendapat penjelasan dari Alvar, ia pun mengerti. Aluna memang seperti itu, kadang ia akan melakukan beberapa doa untuk melindungi rumahnya dari aura jahat Salah satunya seperti sekarang, ia akan membacakan doa dan menaburkan garam kasar ke setiap sudut rumah. Meskipun, untuk kali ini ia tidak yakin dapat berhasil karena aura jahat itu telah berada di dalam rumah. Tapi setidaknya, itu dapat menghambat pergerakan mereka Setelah selesai melakukannya, Aluna pun segera masuk ke dalam kamar. Untuk malam ini, William tidak dapat masuk ke dalam rumah. Tapi, tidak apalah Aluna menatap jendela yang memperlihatkan langsung kejadian di luar. Aluna menghela nafas, hidupnya tidak pernah tenang bahkan sekarang semuanya semakin sulit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD