bc

Tetes Embun Keysha

book_age18+
71
FOLLOW
1K
READ
possessive
pregnant
CEO
mistress
drama
bxg
campus
office/work place
betrayal
coming of age
like
intro-logo
Blurb

Namaku Keysha. Aku adalah seorang gadis yang berumur 26 tahun saat ini. Aku telah menikahi seorang pria tampan dengan sejuta pesonanya di mataku. Dia bernama Khansa. Kami telah menikah sejak 3 tahun yang lalu. Mas Khansa adalah pria pertama yang bisa membuatku jatuh cinta.

Mas Khansa yang aku kenal dulu, dia pria yang tegas, egois dan suka seenaknya sendiri. Sering kali dia membuatku kesal, tapi entah kenapa juga itu semakin membuatku selalu memikirkannya. Hingga lambat laun kemudian, aku mulai menyadari perasaanku sendiri yang telah jatuh pada pesona seorang Khansa. Mas Khansa melamarku. Dan tentu saja aku menerimanya. Memikirkan kembali hari-hari itu membuatku merasa seperti gadis yang telah jatuh cinta kembali untuk ke sekian kali. Aku mencintai suamiku, mas Khansa. Aku bahagia menikah dengannya. Di balik sikapnya yang menyebalkan dan suka sekali membuatku kesal itu, tersimpan banyak cinta untukku. Ya, aku tahu bahwa mas Khansa memang mencintaiku sepenuh hati, sejak dulu, hingga sekarang.

Setidaknya itu yang selama ini aku pikirkan.

-Keysha

-Khansa

Cover by @lanamedia

chap-preview
Free preview
Bab 1.
Namaku Keysha. Aku adalah seorang gadis yang berumur 26 tahun saat ini. Aku telah menikahi seorang pria tampan dengan sejuta pesonanya di mataku. Dia bernama Khansa. Kami telah menikah sejak 3 tahun yang lalu. Mas Khansa adalah pria pertama yang bisa membuatku jatuh cinta. Saat itu kami tanpa sengaja bertemu di tempat aku kerja. Aku yang hanya berpendidikan sebatas SMA ini hanya bisa bekerja sesuai Title. Bukan tanpa alasan aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikanku dan lebih memilih bekerja. Aku hanya seorang gadis biasa yang telah kehilangan kedua orang tuanya sejak 6 tahun yang lalu. Ada seorang adik yang manis yang membutuhkan biaya pendidikan lebih. Di saat teman-temanku yang lain sibuk memikirkan tempat pendidikan di jenjang yang lebih tinggi, aku sendiri sibuk bagaimana caranya bisa bertahan hidup dengan uang dari peninggalan orang tuaku yang tidak seberapa itu. Karena itu, dengan mengikhlaskan diri, aku memutuskan untuk bekerja setelah lulus sekolah untuk membiayai dan menghidupi adikku, Riana, yang masih berada di bangku SMP. Biarlah aku yang mengalah. Sebagai gantinya, aku akan berusaha keras untuk memenuhi biaya sekolah Riana hingga kuliah nanti. Itulah tekadku sebagai seorang kakak. Sejak itu aku mulai mencari pekerjaan dengan pengalaman seadanya. Beberapa tempat aku sudah coba. Aku pernah menjadi seorang pelayan di warung makan. Aku pernah menjadi seorang kasir di mini market, dan karyawan hotel atau pun di tempat lainnya. Terkadang aku juga bekerja siang dan malam di dua tempat yang berbeda sekaligus. Semua pengalaman itu aku kumpulkan menjadi satu dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk mencari pekerjaan yang lebih bisa menghasilkan. Karena dengan title sebatas SMA itu terasa cukup sulit digunakan untuk mencari pekerjaan yang bagus di era ini. Hingga pada akhirnya aku berhasil diterima sebagai salah satu karyawan dari perusahaan besar milik keluarga mas Khansa. Aku merasa begitu bersyukur dengan apa yang aku capai saat ini. Gaji yang aku terima, lebih banyak dari gaji yang aku dapat selama ini. Selain itu, perusahaan ini juga lebih bisa menjamin kesejahteraan karyawannya. Dengan begitu bisa membantu meringankan biaya sekolah Riana. Aku tidak menyangka perjalananku sebagai karyawan di sana akhirnya mengantarkan aku pada sebuah pernikahan yang luar biasa. Mas Khansa, atasanku sendiri, anak dari pemilik perusahaan yang aku naungi ternyata memiliki rasa padaku. Aku tidak pernah menyangka hal itu. Karena sebelumnya mas Khansa sendiri bahkan selalu memarahiku. Pria itu sebagai atasan suka sekali memarahiku tanpa alasan dan tidak jarang menyuruhku untuk datang ke ruangannya hanya karena sebuah kesalahan kecil. Yah meski itu juga kesalahanku, namun tetap saja itu membuatku dongkol. Pria itu selalu suka bersikap berlebihan kepadaku jika itu menyangkut sebuah hukuman. Pernah sekali dua kali aku harus menemaninya pulang malam berkat hukuman pembukuan yang diberikannya padaku. Membuat tubuhku benar-benar kelelahan karena terlalu tegang duduk seharian. Mas Khansa yang aku kenal, dia pria yang tegas, egois dan suka seenaknya sendiri. Sering kali dia membuatku kesal, tapi entah kenapa juga itu semakin membuatku selalu memikirkannya. Interaksi yang terjadi di antara kita secara intens tidak bisa dipungkiri membuat perasaanku menjadi berantakan. Antara benci dan cinta, entahlah, aku tidak bisa membedakannya. Pria itu selalu berhasil membuatku seakan berada dalam labirin perasaan yang tidak tahu di mana arah jalan keluar. Bagai menaiki wahana roller coster, begitu mudah membuat dadaku berdebar-debar kencang. Hingga lambat laun kemudian, aku mulai menyadari perasaanku sendiri yang telah jatuh pada pesona seorang Khansa. Mas Khansa melamarku. Dan tentu saja aku menerimanya. Memikirkan kembali hari-hari itu membuatku merasa seperti gadis yang telah jatuh cinta kembali untuk ke sekian kali. Aku mencintai suamiku, mas Khansa. Aku bahagia menikah dengannya. Di balik sikapnya yang menyebalkan dan suka sekali membuatku kesal itu, tersimpan banyak cinta untukku. Ya, aku tahu bahwa mas Khansa memang mencintaiku sepenuh hati, sejak dulu, hingga sekarang. Setidaknya itu yang selama ini aku pikirkan. Entah sejak kapan, aku mulai merasa mas Khansa sedikit berubah. Bukan berarti mas Khansa sudah tidak mencintaiku lagi, hanya saja pria itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Mas Khansa juga mulai cukup jarang pulang ke rumah. Pernah suatu kali aku mendapatkan noda lipstik dan mencium parfume wanita pada setelan kemejanya. Aku langsung menegurnya dan menuduhnya selingkuh. Aku melakukan itu karena sudah beberapa kali aku menemukan hal yang serupa tiap kali dia pulang. Namun selama ini aku berusaha menahannya dan tetap berpikir positif. Dan hari itu adalah puncaknya. Aku sudah tidak bisa berdiam saja ketika menemukan bau parfum yang sama lagi pada kemeja yang dipakainya semalam. Aku bahkan sampai menyelidikinya dan mengikuti tujuan mas Khansa saat keluar malam itu, namun ternyata aku tidak menemukan bukti apa-apa. Bukan seorang wanita yang aku dapat, melainkan partner kerja mas Khansa yang saat itu memang tengah mengajaknya berkumpul bersama. Alhasil aku dimarahi habis-habisan oleh mamanya mas Khansa yang bernama Rasti. Lebih dari itu, aku merasa begitu buruk dan menyesal karena telah menuduh mas Khansa yang bukan-bukan. Itu berarti aku telah melakukan kesalahan yang fatal sebagai seorang istri bukan? Aku telah menuduh suamiku sendiri dengan begitu jahat, padahal aku tahu sendiri betapa besar cinta mas Khansa kepadaku. Aku meminta maaf pada mas Khansa. Dan pria itu dengan baiknya mau memaafkan aku. Mas Khansa tidak sedikit pun marah padaku, padahal aku sudah menuduhnya yang bukan-bukan saat itu. Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, mas Khansa bahkan berusaha membujukku untuk tidak menangis lagi. Lihatlah, betapa baiknya suamiku ini dan aku sebagai istri semakin merasa buruk untuk mas Khansa. Sejak hari itu, aku sudah tidak memikirkan apa-apa lagi dan memberikan kepercayaan sepenuhnya untuk mas Khansa. Terlebih lagi, aku juga tidak pernah melihat noda lipstik dan mencium parfume wanita lagi di bajunya, dan itu membuatku lega dan semakin yakin bahwa dugaanku memanglah tidak beralasan. Aku kembali menjalani hari-hariku sebagai seorang istri mas Khansa seperti biasanya. Perlakuan mas Khansa padaku juga masih sama mesranya seperti dulu dan itu membuatku lega. Hari ini adalah hari libur mas Khansa. Pria itu sedang bersantai di rumah bersamaku. Sejak pagi mas Khansa selalu menempeliku bagai anak ayam yang mengikuti induknya dan itu membuatku tertawa geli. Seperti saat ini. Pria itu dengan santai menyandarkan dagunya pada bahuku sembari memelukku dari belakang. Dalam diam pria itu memerhatikan gerak-gerik tanganku yang tengah memotong sayuran untuk sarapan pagi ini. “Mas Khansa, tolong lepas dulu pelukannya. Keysha tidak bisa gerak ini.” keluhku. Pasalnya karena pelukan mas Khansa yang terlalu erat membuatku susah bergerak ke sana ke mari, dan itu membuat masakanku tidak selesai-selesai nantinya. Aku tidak mau membuat keluarga mas Khansa menunggu lebih lama untuk sarapan nanti. “Humh mangkannya mas bilang, kita beli saja sarapan di luar, sayang. Biar cepat beres.” kata mas Khansa. Pria itu menampilkan wajah cemberutnya yang terlihat lucu di mataku. “Jangan, Mas. Kalo masih bisa masak sendiri ya tidak apa-apa. Mending uangnya ditabung buat keperluan yang lain.” jawabku kemudian. “Tapi kan tidak setiap hari belinya, Sayang. Sekali-sekali doang kok.” jawab mas Khansa. Aku menghentikan kegiatanku yang memotong sayur sejenak untuk menghadap ke arah mas Khansa. Aku bisa melihat wajah pria itu kembali tersenyum ketika melihatku. “Mas merasa bosan ya sama masakan Keysha?” tanyaku dengan memasang wajah sendu. “Bukan gitu, Sayang. Mas cuma pengin seharian sama kamu. Udah libur gini masak suami malah ditinggal masak. Bangun tidur harusnya bisa lihat wajah istri sepuasnya malah kamunya udah ngilang duluan. Bikin mas kesal saja.” gerutu mas Khansa pada akhirnya. Aku tersenyum geli mendengar gerutuan mas Khansa yang seperti anak kecil itu. “Tapi Keysha kan mau nyiapin sarapan buat mas Khansa. Keysha mau melayani mas sebagai istri yang baik, mumpung mas Khansa ada di rumah. Keysha juga pengen mijetin mas Khansa, pasti mas Khansa sudah lelah kan bekerja seharian untuk mencari nafkah Keysha.” jelasku sambil melempar senyum manis ke arah mas Khansa. Aku melingkarkan kedua tanganku di sekitar lehernya dengan manja. Hari libur memang waktu yang pas untuk bermanja-manja dengan seorang suami bukan. Dan mas Khansa sendiri tentu menanggapiku dengan baik. Pria itu membalas melingkarkan tangan pada area pinggangku dan merapatkan tubuh kami berdua. Mas Khansa menempelkan kening kami dengan mesra. “Kalau itu memang sudah tanggung jawab mas buat nafkahin kamu Sayang. Kamu kan istri mas yang sah. Dan lagi, kalau untuk melayani, kamu cukup layani mas di tempat tidur saja, mas sudah senang kok.” jawab mas Khansa. Ucapannya membuatku semakin terkikik geli dengan wajah yang merona malu. Aku melihat mas Khansa memajukan wajahnya mendekatiku, dan aku tahu apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Aku melempar senyum kecil sebelum kemudian berbisik lirih, “Yang itu Keysha bisa berikan nanti malam kok Mas.” Aku bisa melihat seringai kecil di sudut bibir mas Khansa yang selalu berhasil membuatku berdebar. Setelah itu mas Khansa langsung melumat bibirku dengan lembut. Kami berciuman menyalurkan perasaan cinta kami sebagai sepasang suami istri yang sesungguhnya. Sekali lagi dalam hati aku menyerukan, aku mencintai pria ini dengan segenap hatiku. Aku mencintai mas Khansa, Suamiku! “Ekhem!” suara deheman itu sontak mengejutkanku. Dengan cepat aku memundurkan kepala untuk melepas tautan kami. Terlihat wajah mas Khansa seakan tidak rela menghentikan kegiatan kami dan itu malah semakin membuatku merona merah. Aku melempar pandang ke arah asal suara itu, dan lalu melihat sosok Riana yang ternyata tengah berdiri tidak jauh dari kami.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook