Chapter 03

1268 Words
Hanyang, 1423. Joseon yang makmur di bawah kepemimpinan Baginda Raja Lee Jung. Para rakyat bersyukur karena memiliki Raja yang peduli pada mereka. Di awal kepemimpinannya, Lee Jung berhasil mendapatkan dukungan penuh dari rakyat ketika ia benar-benar mengabdikan diri terhadap rakyat. Namun tempat yang terlalu tinggi pada akhirnya membuatnya semakin menjauh dari rakyat. Berbeda dengan masa awal jabatannya, di mana dia yang selalu memperhatikan rakyatnya. Setalah tahun terus berganti, masalah politik kerajaan pada akhirnya mengambil alih seluruh perhatiannya. Lee Jung tidak lagi bisa melihat penderitaan rakyat, ketika hari-harinya hanya dipenuhi oleh tuntutan para Menteri. Namun meski begitu, dia tetap berusaha menjadi seorang Raja yang baik. Musim semi telah tiba. Membawa sinar hangat matahari untuk melelehkan sisa salju yang sempat membekukan Joseon. Tahun itu ujian negara telah dilakukan di penghujung musim dingin. Para Bangsawan yang menuntut ilmu di Sungkyunkwan bersaing untuk mendapatkan posisi terbaik dalam Pemerintahan. Hari itu setelah pengumuman kelulusan, Pangeran Lee Seung bersiap meninggalkan asrama. Meski pada dasarnya keluarga kerajaan memiliki pendidikan sendiri. Lee Seung lebih memilih menuntut ilmu di Sungkyunkwan dan berbaur dengan para Bangsawan muda lainnya tanpa memandang status sosial mereka. Awalnya keinginan Lee Seung itu mendapatkan pertentangan dari keluarga kerajaan. Namun Lee Seung yang berjiwa bebas dan tidak ingin terikat dengan peraturan kerajaan, tak ingin menyerah pada apa yang ia inginkan. Hingga pada akhirnya dia berhasil meyakinkan semua orang dan pergi ke Sungkyunkwan. Tahun itu nama Lee Seung menjadi bahan pembicaraan di dataran Hanyang. Di mana dia menempati peringkat pertama dalam ujian negara dan membuktikan kepada semua orang bahwa dia memiliki potensi yang besar. Sore itu, dengan tangan kiri yang membawa sebilah pedang, Lee Seung meninggalkan asrama. Sikap dingin dan angkuhnya itu selalu berhasil mengintimidasi setiap orang yang berada di sekitarnya. Tak heran jika dia sering menjadi bahan gunjingan para Pelajar Konfusius lainnya. Lee Seung tahu tentang hal itu, namun dia bukanlah orang yang akan peduli dengan hal semacam itu. Dari luar Bangsawan muda itu adalah sosok yang arogan, namun sebenarnya dia memiliki hati yang baik dan peduli dengan semua orang tanpa memandang status sosial. "Pangeran Lee Seung," sebuah teguran datang dari arah belakang. Langkah Lee Seung terhenti. Kakinya berputar ke samping hingga netranya berhasil menemukan sosok yang baru saja memberikan teguran padanya. Seorang Bangsawan muda datang mendekat dengan sebilah pedang yang berada di tangan kirinya. Han Won Woo, putra dari Menteri Pertahanan. Masuk ke Sungkyunkwan di tahun yang sama dengan Lee Seung. Keduanya juga menempati kamar yang sama di asrama, dan Wonwoo lah satu-satunya orang yang bisa berteman dengan Lee Seung karena dia sendiripun acuh terhadap status sosial, sama seperti Lee Seung. Tepat setelah keduanya berhadapan, sebelum Won Woo memberikan teguran pertamanya. Lee Seung menegur terlebih dulu, "kau lupa bagaimana cara memanggilku?" terdengar kaku, namun memang seperti itulah gaya berbicara Lee Seung. Won Woo sempat tertegun sebelum tersenyum lebar. Dalam keseharian mereka di Sungkyunkwan memang Lee Seung melarang Won Woo untuk memanggilnya dengan menyebutkan gelar. Namun untuk beberapa situasi, Won Woo kerap memanggil Lee Seung dengan menyebutkan gelar dari pemuda itu. Meski ia tahu bahwa Lee Seung tidak menyukainya, namun status sosial mereka memang sudah berada dalam tingkatan yang berbeda. Won Woo lantas menjawab, "bukan lupa, sangat tidak sopan jika ada yang mendengar aku memanggil Pangeran dengan sebutan 'Kakak'." "Kalau begitu jangan memanggilku." Lee Seung meninggalkan Won Woo begitu saja. Melihat hal itu, Won Woo lantas mengeluh, "ya ampun, orang ini …" Won Woo lantas menyusul Lee Seung. Menyamakan langkahnya dengan langkah sang Pangeran. Won Woo lantas kembali menegur tanpa menyebut gelar Lee Seung, "Kakak ingin pulang?" Lee Seung bergumam sebagai jawaban, tak berniat untuk memandang lawan bicaranya. Won Woo tentu saja sudah terbiasa dengan hal itu. Bahkan terkadang dia terlihat seperti orang i***t karena berbicara sendiri ketika Lee Seung jarang menyahuti ucapannya. Won Woo kembali berucap, "Kakak berhasil mendapatkan peringkat pertama. Itu adalah prestasi yang luar biasa. Sepertinya Baginda Raja akan memberikan posisi yang bagus di Pemerintahan untukmu." "Sampai bertemu besok." Langkah Won Woo terhenti. Tercengang memandang Lee Seung yang baru saja mengucapkan kalimat perpisahan. Namun saat itu Won Woo segera bereaksi ketika netranya melihat sosok yang sangat ia kenal berdiri di luar gerbang Sungkyunkwan. Dengan segera ia menyusul Lee Seung yang juga tengah menghampiri pemuda dengan warna pakaian serba hitam itu. Jung Seok, pengawal pribadi Lee Seung itu sejenak menundukkan kepalanya ketika Lee Seung dan Won Woo sampai di tempatnya. Selama Lee Seung menetap di Sungkyunkwan, Jung Seok sering kali datang ke sana untuk sekedar memastikan keadaan Lee Seung atau membawakan pesan dari istana. Jung Seok sendiri adalah sosok pemuda yang sangat kaku. Hampir tak ada bedanya dengan Lee Seung, dan dia adalah orang kepercayaan Lee Seung. Banyak orang menyebutnya sebagai pesuruh Pangeran Lee Seung. Namun meski begitu, Lee Seung tidak pernah memperlakukan Jung Seok layaknya seorang pesuruh. Melainkan sebagai seorang teman, begitupun dengan Won Woo yang memang sudah sangat akrab dengan pemuda itu. Won Woo lantas menegur, "Kak Seok di sini?" Jung Seok hanya mengangguk singkat dan mengembalikan pandangannya pada Lee Seung. "Pangeran ingin pergi sekarang?" Lee Seung bergumam sebagai jawaban sebelum kembali melangkahkan kakinya. Jung Seok sekilas menundukkan kepalanya pada Won Woo dan berucap, "senang bertemu denganmu. Jaga dirimu baik-baik, Tuan Muda." "Ah … ya, ya. Hati-hati," sahut Won Woo dengan wajah yang sedikit mengernyit. Setelah Jung Seok mengikuti Lee Seung, dia pun menggerutu, "benar-benar kumpulan orang kaku. Bagaimana mereka bisa hidup bersama selama ini? Apa jangan-jangan mereka tidak pernah saling bicara selama ini? Mereka benar-benar tidak menikmati hidup." "Dan sepertinya kau benar-benar menikmati hidupmu." Won Woo memandang ke samping, dan seketika netranya memicing tajam ketika mendapati musuh bebuyutannya lah yang baru saja berbicara. Shin Chang Kyun, putra dari Guru Besar Sungkyunkwan yang mendapatkan peringkat ke dua dalam ujian negara tahun itu. Pemilik tatapan dingin, si arogan yang sebenarnya sangat ramah, namun hanya pada orang-orang tertentu. Sudah bukan rahasia lagi jika kedua Bangsawan muda itu saling bermusuhan. Keduanya dikenal memiliki ketrampilan pedang yang bagus, dan tak pernah ada kedamaian ketika kedua Bangsawan muda itu saling berhadapan. Seperti sekarang, tangan Won Woo sudah gatal ingin menarik keluar pedang miliknya. Namun setelah memperhatikan sekilas dan tak melihat Chang Kyun membawa pedang, ia mencoba menahan diri. Dengan nada mengejek, Won Woo berucap, "tentu saja aku menikmatinya. Aku bukanlah dirimu, si kutu buku yang kenyang hanya dengan memakan ajaran Konfusianisme." Salah satu sudut bibir Chang Kyun tersungging. Dia lantas mencibir, "setidaknya aku memiliki kebanggaan dengan hal itu." "Cih! Kebanggaan macam apa yang kau maksud?" Sebelah alis Chang Kyun terangkat. Dengan ringannya mulut itu berucap, "apa yang bisa kau banggakan dengan peringkat ke lima, Pecundang?" Chang Kyun kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan Won Woo yang tampak terkejut dengan perkataannya. Dan hal itulah yang pada akhirnya menyulut kemarahan Won Woo. "Cih! Kau sudah bosan hidup?!" Won Woo menarik keluar pedangnya dan hendak menyerang Chang Kyun dari belakang. Menyadari pergerakan Won Woo, Chang Kyun menghentikan langkahnya. Pandangannya terjatuh ke samping, dan tepat saat Won Woo mengayunkan pedangnya, saat itu Chang Kyun menendang sebuah batu berukuran kecil ke arah belakang dan kemudian berhasil mengenai kening Won Woo. "Akh!" Won Woo memekik. Tubuh bagian atasnya sempat terpental ke belakang sebelum membungkuk sembari mengusap keningnya ketika ujung pedangnya telah jatuh ke tanah. Saat itu Chang Kyun berbalik. Memandang dengan sikap yang santai tanpa ada rasa kepedulian. Won Woo murka, "kurang ajar! Berani-beraninya kau melakukan hal ini padaku!" Chang Kyun menatap dengan raut wajah datar. Dia kemudian berucap, "menyerang seseorang yang tidak bersenjata dari belakang adalah tindakan pengecut. Tapi aku pikir itu cocok bagi pecundang sepertimu." "Kau bicara apa barusan?" Won Woo menegakkan tubuhnya, menatap nyalang pada Chang Kyun yang justru meninggalkannya. Won Woo lantas berteriak, "hey! Kau kira urusan kita sudah selasai?" Chang Kyun menyahut tanpa minat dan tanpa berbalik, "urusan kita memang tidak akan pernah selesai, Tuan pecundang peringkat lima." "K-kau!" Won Woo mendengus. Merasa sangat kesal dengan sikap sombong Chang Kyun. Namun setelahnya ia meratapi keningnya yang tampak memerah akibat ulah Chang Kyun. Dia kemudian menggerutu, "lihat saja nanti, aku pasti akan membalasmu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD