Bab 5

2507 Words
Dua hari berikutnya, menjadi giliran Bara yang memilih untuk menghindar dari Andromeda. Lelaki itu tidak ingin gejolak yang ditahannya buyar saat melihat An lagi. Memikirkan ini, membuat dia berandai-andai jika wanita itu bukanlah adik dari sahabatnya. Pasti dia tidak akan ragu untuk menghampiri Andromeda lagi tanpa harus menahan hasratnya. Sedangkan An yang mendapat pinjaman kemeja dari Bara, kali ini sibuk mencari pria itu. Seharusnya, saat itu, An langsung menolak pinjaman dari Bara. Tapi dengan kurang ajarnya, tubuhnya menghianati dirinya sendiri. Well, sepertinya karma sedang mempermainkannya sekarang. Kemarin dia yang bekerja keras untuk bersembunyi dari Bara. Dan sekarang, di saat dirinya butuh untuk bertemu pria itu, Bara seolah menghilang di telan bumi. ===== Malam terakhir trip kapal pesiar Musik dengan suara yang bertalu-talu terdengar di seluruh kapal pesiar. Karena hari ini merupakan hari terakhir trip, Infinity Travel telah menyiapkan Last Night Party untuk semua awak kapalnya. Hampir di semua titik, penuh akan manusia-manusia yang sedang berpesta pora. Para pelayan sangat sibuk mondar-mandir menawarkan berbagai minuman dan makanan pendamping kepada para tamu. Saat seorang pelayan yang membawa nampan berisi sampanye, Bara segera mengulurkan tangannya dan mengambil satu gelas minuman itu. Dia menyesap perlahan isi gelas yang dipegangnya sambil memandang para tamu lainnya yang sedang berjoget gila-gilaan di dekat panggung DJ. Sudah berulang kali dia mendapatkan undangan dari beberapa wanita sexy untuk menjadi pendampingnya di arena joget. Namun, dengan halus Bara menolak. Ia sama sekali tidak memiliki minat untuk melakukan sesuatu dengan mereka. Karena sialnya, sekarang dia hanya tertarik dengan satu wanita. Dan wanita itu adalah adik dari sahabatnya sendiri, Andromeda. Bara menghembuskan napas lega, saat sekali lagi mengedarkan pandangannya ke sekeliling kapal dan berhasil tidak menemukan keberadaan wanita itu di sini. Fiuh, untung lah An tidak ada di sini. Sepertinya, wanita itu memilih untuk tidak mengikuti pesta malam terakhir ini. Bagus, dirinya tidak mungkin bisa melindungi wanita itu dari pria-p****************g, sedangkan dirinya sendiri juga termasuk ke dalam kategori itu. Dimana Bara, yang memiliki keinginan yang kuat untuk menggoda dan membawa wanita itu ke atas kasurnya. Holy s**t! Baru saja Bara bersyukur, ternyata dia salah. Andromeda baru saja datang dengan mengenakan sebuah gaun malam yang memamerkan punggungnya. Dia berjalan santai dengan begitu anggunnya menuju salah satu kursi di meja bar. Bara mengernyitkan matanya, mencoba melihat apa yang hendak wanita itu minum. Napas lega keluar dari mulut Bara, saat sang bartender menyerahkan sebuah gelas berisi es batu serta sebotol minuman bersoda. Paling tidak, An tidak minum minuman beralkohol, pikir Bara. Bara tidak berhenti memperhatikan gerak-gerik wanita itu sembari menyesap minumannya. Pandangan liarnya melahap buas pemandangan lekuk tubuh An yang tercetak jelas karena mengenakan pakaian seperti itu. Bedebah. Kalau seperti ini terus, Bara tidak yakin bisa mengontrol dirinya sendiri jika sampai mereka berdua berinteraksi. Bara hanya sanggup berdoa jika tidak ada pria-pria nakal yang hendak mendekati An. Jadi, dia tidak perlu mendatangi wanita itu untuk menyelamatkannya. Tapi, sepertinya Tuhan sedang ingin bermain dengannya. Baru saja beberapa menit lalu dia meminta, namun sekarang tampak seorang pria bule yang sengaja duduk di sebelah An dan mulai mengajak wanita itu berbicara. Bara menggeram marah saat mendapati pria itu mulai menyentuh lengan An yang tidak tertutupi apa-apa. Dia berusaha sabar dan menahan diri untuk tidak menghampiri mereka, kecuali jika pria itu melakukan hal yang berlebihan. Holy mother fucker s**t! Sudah lama Bara tidak mengumpat seperti itu. u*****n itu keluar saat dia melihat pria kurang ajar itu mulai menelusuri paha Andromeda. Wanita itu mulai tampak tidak nyaman dan mencoba untuk menghentikan aksi sang pria. Namun, pria itu malah dengan kurang ajarnya mencium pipi An. Dengan emosi yang sudah sampai ke ubun-ubun, Bara segera bangkit dari duduknya dan segara menghampiri Andromeda. Bara langsung memberikan pukulan telak di rahang pria tadi begitu sampai di tempat An. ”What are you doing with her, huh?!”  teriak Bara kepada pria tadi yang sekarang sudah tersungkur di lantai. Pria itu tersenyum miring dan bangkit perlahan lalu berkata, “Just having fun with her, do you mind?” “Of course I am. She is my f*****g girlfriend. And the only one who can having fun with her is me. Not you or even the other f*****g man.” “Then, why you let her alone, dude. Or you just someone like me, that will f*****g up with this woman?” balas pria itu dengan senyum miringnya dan membuat Bara terbakar emosi. Kali ini, Bara menendang perut pria k*****t itu dengan kekuatan penuh. Tak cukup sampai di situ, Bara melayangkan pukulan tajam secara bertubi-tubi ke wajah pria itu. Kejadian ini jelas menimbulkan keributan dan menarik perhatian para tamu yang lain. Leonard, sang pemilik acara segera berlari menuju sumber keributan dan menganga tidak percaya saat melihat apa yang terjadi. Jika tamunya yang sering terlibat keributan yang melakukan hal ini, Leonard pasti hanya akan menghela napas. Tapi ini? Sungguh tidak dipercaya, yang melakukan perkelahian di hadapannya ini adalah Bara. Bara Angkasa Waller. Salah satu tamunya yang dia kenal sebagai pria tertenang, jarang sekali terpancing emosi. Seolah sadar dengan perkelahian yang semakin brutal, Leonard segera menceburkan diri untuk melerai kedua pria itu. Namun, belum sempat dia menundukkan badan, seorang wanita sudah bertindak dengan memeluk punggung Bara dari belakang. “Stop it, Bar, please.” ucap An pelan tepat di telinga Bara. Seolah baru saja tersadar akan sesuatu, gerakan tangan Bara yang memukuli pria tadi terhenti. Bara mengatur napasnya sejenak lalu bangkit berdiri, meninggalkan sang pria b******k dalam keadaan terbaring dengan penuh luka lebam di wajahnya. “Tumben, Bar, mukulin orang.” kata Leonard yang sekarang sudah berjongkok untuk melihat keadaan korban Bara. “Lumayan buat pelampiasan emosi, bro. Sorry ya, ganggu pesta lo.” balas Bara. “Iyee udah nggakpapa. Biar gue yang urus.” sahut Leonard sembari memanggil beberapa anak buahnya untuk mengangkat pria tadi. “Thanks ya.” Leonard mengangguk sebagai balasan lalu memilih untuk meninggalkan Bara, menyusul para anak buahnya. “You ok?” tanya Bara kepada Andromeda yang berdiri di belakangnya. “Aku yang seharusnya tanya gitu ke kamu.” Bara tersenyum miring tanpa menyahut perkataan wanita itu. Lalu, tanpa berkata apa-apa, Bara menarik pinggang An dan membawa mereka ke deck seberang yang memiliki suasana lebih sepi. “Ngapain sih kamu sampe mukulin tu cowok?” protes An kepada Bara yang sedang terduduk santai di kursi. “I help you.” “Kamu bisa aja nolong aku pake mulut, bukan pake otot.” “God, he touched you. Gimana bisa aku nggak mukulin dia?” “Kenapa kamu nolongin aku sampe begitunya? Kamu disuruh Abang buat ngawasin aku?” “C’mon, persetan sama Dafa. Aku ngelakuin itu karena aku terganggu. Aku nggak suka lihat orang lain ganggu kamu, apalagi nyentuh kamu, Andromeda.” An tercengang saat mendengar perkataan Bara barusan dan membuatnya terdiam membisu. Apa maksudnya? “Ini semua salah kamu.” ucap Bara yang lagi-lagi membuat An tercengang. “You blame me?! Gimana bisa itu salah aku, Bapak Bara?” sahut An tidak terima sambil menunjuk d**a Bara dengan jarinya. “Because you use this f*****g dress. Kenapa sekarang kamu jadi suka pamerin badan kamu, sih, An?!” “Damn it, Bar. Kenapa juga kamu harus selalu memperdulikan pakaian apa yang aku pake, hah?! Is that a problem for you?!” “YA! Itu masalah buat aku. Because you turn me on! “ Mulut An terbuka lebar, menganga tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar dari mulut pria di hadapannya ini. “Aku memang b******k, menginginkan adik dari sahabatku sendiri. Maka dari itu, aku milih buat ngehindarin kamu. Tapi malam ini malah aku lihat kamu, dateng ke pesta pake pakaian kayak gini yang jelas aja ngundang cowok buat ngampirin kamu. Dan demi Tuhan, dia ngeraba paha kamu terus nyium kamu, An.” Andromeda benar-benar tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. “Bara, kamu mabuk?” hanya ini yang mampu An tanyakan karena dia tidak yakin jika pria di hadapannya masih sadar. “Aku cuma minum setengah gelas sampanye. Dan toleransi alkoholku nggak serendah itu. Aku masih sadar, Andromeda.” “Aku masih sadar buat melakukan hal ini.” kata Bara seraya berdiri dan mengikis jarak diantara mereka. Bara menarik pinggang An dan membuat tubuh mereka berdua menempel tanpa jarak. Mata mereka saling bertemu, saling menyampaikan perasaan yang tak terbaca dari diri masing-masing. Tangan Bara yang terbebas, membelai pipi An lembut sebelum akhirnya menyatukan bibirnya dengan bibir An yang tampak begitu menggoda dengan lipstick warna merah darah. Bara menggeram tertahan saat menyesap bibir An yang masih menyisakan rasa cola, minuman yang diminum wanita itu tadi. Ciuman yang diberikan Bara kepada An begitu panas dan menggoda, membuat An tidak kuasa menolak dan segera membalas perbuatan Bara dengan tak kalah panasnya. Kedua insan itu saling mencecap dan mengeksplor bibir pasangannya, menautkan lidah dan membuat suasana sepi di deck itu penuh dengan suara cecapan ciuman mereka. Napas yang semakin menipis, membuat mereka harus menghentikan kegiatan itu. Bara kemudian menempelkan keningnya dengan An  saat akhirnya bibir mereka terpisah. ”You make me crazy, woman.” bisik Bara parau. Napas mereka terdengar terengah-engah, sama sama berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin. “I want more than your kisses.” Hembusan angin laut membelai kedua insan yang sedang penuh akan gejolak itu, seolah mendorong mereka untuk melakukan hal itu lagi. Bara kembali memajukan wajahnya dan memberikan kecupan ringan di bibir An. Lalu, kecupan itu berlanjut dengan Bara yang memberikan ciuman lembut kepada wanita di dekapannya ini. Andromeda merasakan sebuah perasaan yang tidak ia mengerti. Belaian lembut di bibirnya membuat dia gila. Dan seperti ucapan Bara yang baru saja dia dengar, An juga ingin merasakan lebih dari hanya sekedar ciuman ini. “Do it, Bar.” ucap An yang mendorong pelan d**a Bara untuk menghentikan ciuman mereka. “You said that you want more than my kisses, right? Then do it.” lanjut An dengan suara serak akibat menahan hasrat yang tak kalah hebatnya dengan milik Bara. “Are you sure?” “Ya, aku tidak pernah seyakin ini.” balas An tegas dengan mata yang sudah menggelap akibat buaian dari pria dihadapannya. Tanpa menunggu apa-apa lagi, Bara segera menarik wanita itu berjalan menuju kamarnya. Damn it, mereka akan melakukannya. Melakukan hal yang menjadi imajinasi liar di benak Bara. ===== Dengan kesabaran yang sudah setipis helai rambut, Bara akhirnya berhasil membuka pintu kamarnya dengan kartu akses. Setelah An memasuki kamar, Bara segera menutup pintu dengan tendangan kaki kanannya. Seolah dikejar waktu, mereka berdua sama-sama saling melucuti pakaian lawan masing-masing sambil menyatukan kembali bibir mereka. Bara segera membawa An untuk berbaring di atas kasur dan membelai setiap inci tubuh wanita itu dengan kedua tangannya. Akhirnya, Bara bisa benar-benar merasakan kelembutan kulit dari wanita yang sudah membuatnya gila ini. Bibirnya menggantikan kegiatan tangannya dan membuat An harus menahan erangan yang hendak keluar dari mulutnya. Saat bibir Bara kembali menyapa bibir An, tangan An segera menarik rambut milik pria itu dengan keras. Sial, An sepertinya ikut dibuat gila gara-gara tindakan pria ini. Setelah puas mendapatkan ciuman panas dari An, bibir Bara berpindah menelusuri mata, hidung, pipi dan dagu. Sebelum bibir itu berlama-lama menikmati leher jenjang An yang sedari tadi hendak dia beri tanda. Bibir itu bergerak turun dan bermain sebentar di tulang selangka An sebelum akhirnya memberikan kepuasan tak terkira pada p******a milik wanita itu. Bara megulum p****g An bergantian dan memberikan kecupan panas di kulit p******a An yang begitu mulus serta membuat Bara mabuk kepayang. An menyebut nama Bara dan membuat pria itu semakin gila bermain dengan kedua gundukan kenyal milik An. “Nakal, bahkan kamu sudah keluar.” bisik Bara saat kepala mereka kembali sejajar. Bara memperhatikan wajah An yang begitu luar biasa seksi dengan pipinya yang memerah serta bibirnya yang membengkak karena ciuman mereka. Bara tersenyum lalu kembali menyatukan bibir mereka yang membuat ciuman panas kembali tercipta. Tangan Bara yang sudah terlatih, membelai lembut organ kewanitaan An yang masih terbungkus celana dalam. Dengan ahli, dia melepaskan kain kecil itu dan melemparkannya tanpa arah. Jarinya kini bermain di sekitar daerah itu dan membuat pemiliknya menjerit tertahan. Tangan An mencoba untuk menarik tangan pria itu, namun Bara mengambil tangan An dan menahannya di atas kepala An. “Enjoy it, baby.” An tidak mampu berkata apa-apa karena menikmati sensasi luar biasa memabukkan ini untuk pertama kalinya. Dia bahkan tidak memikirkan resiko apa yang terjadi selanjutnya setelah melakukannya dengan Bara. Pikirannya dipenuhi kabut gairah dan menghapuskan segala logika yang tersisa. Kali ini mulut Bara mengecup setiap inci perut datar milik An. Tidak lama, karena selanjutnya Bara membuka lembut kedua paha milik An untuk bermain dengan organ tersensitif milik sang wanita. “No, Bar.” rengek An yang tidak di gubris oleh Bara. Pria itu malah memajukan kepalanya dan menjulurkan lidah untuk membelai k******s wanita itu. Membuat Andromeda mendesah nikmat sambil menjambak rambut Bara. Setelah puas menikmati rasa nikmat cairan milik An, lelaki itu berdiri dari kasur dan mengambil k****m di dompetnya lalu memasangkannya pada alat kelamin milik Bara. “You already wet, kamu sudah siap, sayang.” ucap Bara yang sekali lagi membuka kedua paha milik An. Andromeda mengatur napasnya yang ngos-ngosan dan takjub saat melihat pemandangan di hadapannya. Bara tampak begitu tampan dan panas secara bersamaan saat sinar bulan yang mengintip di sela-sela jendela menyinari tubuh pria itu. “Terpesona, Andromeda?” tanya Bara dengan senyum miringnya dan membuat An membalas dengan senyuman mautnya. “God, am I already tell you that you are beautiful?” tanya Bara sembari menyatukan bibir mereka berdua. Dengan pelan, Bara mulai menggesekkan miliknya dengan milik An. Lalu secara perlahan dia memasukkannya ke dalam milik wanita itu. Bara terhenyak, saat merasakan sebuah pembatas pada milik An. “Jangan bilang kalau ini pertama kalinya buat kamu?” tanya Bara pelan. “Aku tidak semurahan itu, Bar. Sampai having s*x .” “But you do it with me  tonight. God, why are you not telling me?!  Aku bakal berhenti kalau kamu bilang.” ujar Bara marah. “Sudahlah, Bar. Aku yang mau. Lanjutkan ya.” “Please.” pinta Andromeda yang kemudian mengecup bibir Bara. “Aku bisa gila kalau seperti ini. I’ll do it slowly.” An mengangguk lalu terhanyut dalam ciuman yang Bara berikan untuk mengalihkan wanita itu dari rasa sakit. Saat Bara berhasil memasuki An, wanita itu mencakar punggungnya dan meringis sesaat. Setelah merasakan wanita itu kembali tenang, Bara melanjutkan tindakannya dengan perlahan menggerakan miliknya. Saat yakin kalau An sudah terbiasa, Bara segera mempercepat gerakannya dan membuat mereka berdua sama-sama meneriakkan nama pasangan masing-masing saat puncak sudah mereka gapai. Bara melenguh puas dan menjatuhkan dirinya di samping An yang tampak lelah itu. “Are you ok?” tanya Bara yang sudah memiringkan tubuh dan merengkuh wanita itu ke dalam dekapannya. Bara merasakan anggukan pelan dari An dan tersenyum lembut lalu mendaratkan kecupan hangat di kening wanita itu. Seperti orang gila, malam itu Bara tidak bisa tidur sambil tersenyum membayangkan kejadian yang baru saja terjadi. Ini bukan pertama kalinya dia melakukan ini, tapi kenapa dia begitu senang? Sampai-sampai, jika seseorang meminta salah satu propertinya, Bara akan senang hati memberikannya. God, kenapa dia bisa sesenang ini? =====
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD