Chapter 61: Rencana

1032 Words
Hana terperangah. Lain dengan Chesa, dia biasa saja karena sudah mengetahuinya. Kebencian Hana bertambah. s**l. s**l. s**l. Sampai kapan pun dia tidak akan menerima ini! “Hana?” tegur Rumaisa, berhasil membuyarkan Hana. “Ya? Tante hamil? Aku terharu.” Hana menoleh ke arah Chesa, “ Sa, kita mau jadi Kakak dari dua adik.” Chesa mengangguk-angguk sebagai jawaban. Kadang, Chesa berpikir Hana sudah berubah baik padanya, tapi saat Ibunya tidak ada, seketika pikirannya itu hancur. “Tante tidak menyangka respons kamu seperti ini. Tante kira, kamu tidak akan menerima—“ “Enggak, Tan. Aku malah senang banget.” Ujar Hana memotong. Senang karena aku punya tugas baru, lanjutnya dalam batin, kemudian menyeringai tipis. Rumaisa memeluk Hana. Hana tersenyum di mulut, namun lain di hati. Batinnya terus mengumpat. **** Pesawat itu sudah terbang jauh. Chesa memandangnya dengan mata berkaca-kaca. Ketakutannya yang terbesar adalah ulah yang Hana buat selanjutnya. Dia berdoa, semoga saja Cewek tersebut tidak menyiksanya. “Udah siap pulang?” tanya Raka. Ya, dia yang mengantarkan Chesa ke bandara. Sedangkan Hana? Cewek itu tidak ke tempat ini. Lagi sakit katanya. Tapi tidak ada yang tahu sebenarnya. Chesa melenggut. Dia menyeka air matanya yang hampir tumpah. “Kamu nangis? Kenapa?” “Aku takut,” ujar Chesa lirih. “Takut?” “Gimana kalau Hana ngusik aku? Di rumah, Cuma ada aku sama dia doang, Raka. Entah kenapa... Aku... Aku merasa takut. Perasaan aku enggak enak,” Chesa menumpahkan semua yang dirasakannya. “Tinggal di apartemen aja gimana? Kamu mau, kan?” “Sendirian?” Chesa memastikan. “Iya. Sendiri. Mau aku temenin?” “Eh, jangan-jangan.” “Oke. Let's Go. Kita ke rumah dulu buat persiapkan keperluan. Baru kita ke apartemen.” Kata Raka. Mereka berdua pergi. Lebih tepatnya ke rumah Chesa. **** Hana duduk di bawah pohon, sedang menunggu kedatangan seseorang. Lima belas menit berlalu, akhirnya orang yang dia tunggu datang. Devian. Iya, Mereka berdua berjanji untuk bertemu untuk membahas sesuatu. “Sorry gue telat.” ucap Devian. Hana berdiri. “Sans. Kamu udah siap buat besok, kan, Vian?” Devian terdiam. Hana memegang lengan Cowok itu dengan sorot mata memohon. Perlahan bibir tipis Devian akhirnya mengatakan ‘iya'. “Makasih. Kamu Cowok pengertian. Kamu bahkan mau ngelakuin apa yang aku minta. Jadi rencananya kamu bakal pakai cara apa?” Devian menatap Hana. “Belum ada cara sama sekali?” Hana menandaskan. Entah mengapa, Devian hari ini sulit diajak bicara. Devian dengan susah payah menelan ludahnya. “Ada.” “Apa?” *** Chesa telah selesai membawa keperluannya untuk ke apartemen. Dia terheran-heran, Hana tidak ada di rumah. Padahal saat dia akan berangkat ke bandara, Hana sedang merebahkan diri dengan wajah pucat. “Udah, kan, Ches?” Raka menatap menegur di ambang pintu sana. Dia tidak berani masuk. “Udah,” “Hana gak ada?” “Kamu cari dia?” “Enggak sih. Cuma tanya aja.” “Aku enggak tau. Tadi pagi, dia masih ada di rumah. Tapi sekarang entah ke mana.” Jelas Chesa. Raka mulai mengambil alih koper yang Chesa bawa. Keduanya mulai melanjutkan perjalanan. Tapi Chesa bingung. Mengapa Raka memutar arah yang berlawanan ke tempat tujuan Mereka? “Loh, ini, kan, rumah kamu. Kenapa berhenti di sini?” Chesa bertanya-tanya. Dia ikut turun saat Raka turun dari motornya. “Aku mau ngambil keperluan aku juga, Ches.” “Jadi kita nanti se apartemen bareng? Kita tinggal bareng?” “Enggak. Apartemen aku sama kamu bersebelahan nanti.” Raka meletakkan helm full face-nya. Disusul dengan Chesa. Namun saat Chesa akan membuka, Raka malah hendak membuka duluan helm yang dikenakan oleh Chesa. “Aku tunggu di luar, ya.” Chesa tersenyum. “Iya.” Raka masuk ke dalam. Dia tidak merasakan kehadiran Devian di sana. Apa Devian pergi? Tapi sejak kapan? Anehnya, Hana juga sama. Pergi tanpa kabar yang jelas. Apa ini kebetulan atau Mereka berdua bertemu? *** Hari sudah pagi. Chesa menguap, dia terbangun dari tidurnya. Sinar matahari masuk ke dalam celah-celah jendela membuat mata Chesa menyipit karena silau. Dia hampir lupa. Hari ini ia sekolah. Dia segera mandi, memakai seragam, dan memoleskan make up tipis. Baru saja akan keluar, seseorang mengetuk pintu. Chesa membukanya. Tampan Raka tersenyum sambil membawa makanan di tangannya. “Belum sarapan?” tanya Raka. Chesa menggeleng. Ia lantas mempersilahkan Raka untuk masuk. Mereka berdua duduk berhadapan. “Bentar. Aku taruh ke piring.” Chesa akan mengambil alih makanan tersebut, namun Raka menjauhkannya. “Biar aku aja.” Chesa mengalah. “Kamu beli makanan ini di mana?” “Resto yang ada di dekat sini. Sekarang... semuanya udah siap.” Raka mengambil sendok begitu pun Chesa. “Sumpah ini enak banget. Sering-sering bawa makanan kaya gini ke aku, ya. Hehehe...” “Pasti,” “Kamu kok belum siap-siap buat berangkat sekolah?” “Sebentar. Lagian masih jam setengah tujuh—astaghfirullahalazim, aku lupa.” Raka terkejut sendiri, sedangkan Chesa geleng-geleng kepala. “Kamu ini kenapa?” Chesa terkekeh. “Efek enggak ada jam,” “Di ponsel kamu, kan, ada.” “Belum di charger, Ches.” “Kenapa enggak di charger semalem?” “Lupa,” “Masih muda kok udah pikun. Gimana kalau tuanya nanti.” Chesa mendengus. “Aku enggak pikun loh, tapi lupa.” “Itu sama aja, Raka!” Chesa hampir membentak, namun suaranya dia pelan kan. Raka gemas pada wajah Chesa. Mengapa, ya, wanita kalau sedang marah malah terlihat menggemaskan? “Imut,” “Hah? Apa lo bilang?” tanya Chesa. Lo-gue nya keluar lagi... “Ah, enggak. Itu ada lumut di pojok sana.” “Ngaco. Gak mungkin ada, Raka!” d**a Chesa naik turun. Nafasnya memburu. “udah lah. Mending lo siap-siap buat berangkat sekolah,” Raka mendekatkan bibirnya di telinga Chesa. Ia berbisik, “sering-sering marahnya, ya. Muka kamu jadi makin cantik,” BLUSS! Semburat merah muncul di pipi Chesa. Tidak. Dia tak boleh baper. Lagian juga, perkataan Raka yang ada di kalimat terakhir itu mirip ucapan buaya darat yang sering dilontarkan untuk menjebak mangsanya. Plak! Rahang Raka dipukul. Chesa terkejut atas apa yang dia lakukan barusan. Tapi tenang, tindakannya ini tidak salah. “Pergi, Raka.” Titah Chesa. Raka memegang bekas pukulan itu. Oke, dia pantas mendapatkan pukulan tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD