Chapter 59: Pemanfaatan

1518 Words
Raka melepaskan cengkraman Gio. Ia membuang nafas kasar. "Gue pergi dulu, Sa. Kalau lo diganggu Hana, bilang ke gue. Gue bersedia ngelindungi lo secara terang-terangan." Gio menekankan kata 'terang-terangan' seolah menyindir Raka lagi. Jemari Chesa menggenggam telapak lengan Raka untuk jaga-jaga. Gio akhirnya menghilang di hadapan mereka. Chesa menghembus nafas lega, ia berhasil mencegah pertengkaran mereka. Chesa terperangah ketika menyadari Raka sudah berdiri. "Kamu mau ke mana?" dia ikutan beranjak. Raka tidak menjawab. Aura wajah Raka berubah menjadi menyeramkan. Chesa harus mengikuti cowok itu. Ia sama sekali tidak tahu ke mana Raka akan pergi. "Raka mau ke mana?" "Jawab pertanyaan aku," "Kamu ngapain ke dalam rumah?" "Raka..." "Raka tunggu." Chesa berusaha menjejeri langkah Raka, tapi Raka tetap saja tidak mau melambatkan langkahnya. Chesa tergelak menyadari Raka berhenti di depan kamarnya. "Ngapain kamu ke sini?" ia menoleh ke kanan kiri, tak ada orang sama sekali, namun terdengar suara orang berbincang di kamar ibunya. Sayang, dia tak bisa menemui ibunya sekarang. Dia harus menangani Raka dulu. Raka membuka pintu kamar. Kedua netranya mengeliling, mencari seseorang. Chesa terus memperhatikan gerak gerik Raka, ia tetap berhenti di ambang pintu. Kala Raka berbalik, Chesa tetap diam di tempat, memberi tatapan menyelidik. "Kamu mau ke mana?" tanya Chesa untuk kesekian kalinya. "Minggir, Ches." "Aku nggak akan beri jalan sebelum kamu jawab pertanyaan aku." "Kamu gak akan izinin. Aku tau itu." "Tergantung alasan kamu apa." "Minggir, Chesa Auliza." dari awal, Raka memang tidak akan memberitahu, membuat Chesa semakin penasaran. Ketika gadis itu lengah, Raka berhasil melewati Chesa. Chesa tidak sempat mencegah. Pergerakan Raka cepat sekali. "Han," Raka memanggil Hana yang sedang membantu sang perias. Hana menengok. Seketika sudut bibirnya melengkung. Ia pamit terlebih dahulu sebelum akhirnya dia mendatangi Raka. "Ya?" Chesa memilih mundur. Ia beranjak ke kamarnya. Karena... dia tahu Hana akan mengganggunya. Raka memegang lengan Hana, menariknya keluar dari rumah. Hana senang bukan main. Ia tidak memberontak. Tapi... Semakin lama, genggaman Raka makin kuat. Hana terheran-heran. "Raka, mau ke mana?" tanya Hana, terdengar tidak nyaman. Sampainya di halaman belakang rumah, barulah Raka melepaskan genggamannya. Suasana di sekitarnya sepi, tidak ada orang siapa pun. Hana mengusap lengan bekas genggaman Raka. Lumayan sakit. "Apa yang udah lo lakuin ke Chesa kemarin?" Raka bertanya, ia berbalik badan, menatap Hana dengan tatapan tajam. Hana tergemap. s**l. Parasit itu pasti sudah mengadu. "Maksud kamu apa?" "Berhenti pura-pura. Lepas topeng lo, Han." "Topeng apa, Raka? Aku enggak ngerti maksud kamu." "Jangan sok polos. Gue muak." "Sok polos? Aku benar-benar nggak ngerti. Siapa yang udah nyuci otak kamu, sih?" kedua mata Hana mulai mengilap karena air mata. "Berhenti akting, Hana!" Raka membentak, membuat Hana tergelak. Kedua telapak Raka bergerak mencengkram kuat bahu Hana. "Raka, kamu apa-apaan? Lepasin. Sakit tau enggak." keluh Hana dramatis. Raka tidak peduli. Cengkramannya terus menguat. "Kenapa lo suka ganggu kehidupan Chesa, hah? Lo pikir enggak ada orang yang berani ngelawan lo? Lo salah besar, Han. Gue berani lawan lo." Hana merasa ada yang berbeda. Tingkah cowok itu membuatnya teringat masa lalu. Raka yang ada di hadapannya bukan Raka yang sedang hilang ingatan. Hana tersenyum miring. Raka heran dibuatnya. Lengan Hana perlahan bergerak memeluk leher Raka. "Semakin lo lawan gue dan suka sama parasit itu, semakin gue semangat buat dapetin lo." dia perlahan membuka kancing kemeja yang ada di balik jas hitam Raka. Raka segera menampik tangan Hana. "Selamanya, sampai kapan pun, lo nggak bakal bisa dapetin gue. Dan apa lo bilang? Parasit? Cih," Raka mendorong tubuh Hana. Hana geram. "Gue akan bisa dapetin lo!" "Gue bakal coba berbagai cara!" "Gue nggak segan-segan buat nyakitin parasit itu!" "Lo akan jadi milik gue, Raka!" "Lo hidup cuma buat gue! Begitupun sebaliknya!" "Gue nggak akan biarin lo deket sama cewek ular itu!" "Gue bakal--" "CHESA ITU MANUSIA BUKAN PARASIT!" bentak Raka. Dia sudah tidak tahan lagi mendengar ocehan Hana. "TAPI DIA JADI BEBAN ORANG LAIN TERMASUK AYAH GUE!" balas Hana berteriak juga. "Cewek itu nggak ada bedanya sama parasit." Hana melemah. Air matanya berhasil jatuh. "Chesa lebih baik daripada lo! Sekalipun dia jadi beban orang lain, dia enggak pernah nyakitin orang." "Kenapa, sih, lo selalu memihak Chesa? Chesa. Chesa. Chesa. Kayaknya cuma nama itu yang ada di pikiran lo. Gue muak dengernya!" "Sakit, kan?" Raka tersenyum smirk. Hana bingung. "walaupun lo udah berusaha sekeras mungkin buat dapetin hati gue, lo gak bakal pernah bisa. Cinta nggak bisa dipaksain." "Bisa! Suatu saat nanti, lo jatuh cinta sama gue, Raka! Gue jamin itu!" "Nggak.bakal.bisa. Inget kata-kata gue ini, Hana Maheswari." setelahnya, Raka pergi meninggalkan Hana yang emosinys tengah meluap-luap. *** "Raka, kamu ngomong apa aja sama Hana? Aku mohon, jangan nyakitin dia dengan perkataan kamu." Chesa mendarat di bangku samping Raka. Dari tadi dia mencari cowok itu, akhirnya membuahkan hasil. Chesa menemukan Raka sedang duduk di antara para tamu. Raka menoleh. Dia menyunggingkan senyum. Perlahan jemarinya menggenggam jemari Chesa. "Kamu enggak perlu takut ke siapapun lagi." kata Raka, tidak nyambung dengan ucapan Chesa tadi. "Kamu sama Hana bicara apa tadi?" "Nggak perlu tau. Kamu ini makin hari makin kepo, ya." Raka mencubit hidung mancung Chesa sekilas. Chesa mengaduh. Spontan Raka melepaskan cubitannya. "Ayo, ibu kamu udah ke depan buat ijab kabul. Kamu enggak mau lihat?" tanya Raka, mulai menangkup lengan Chesa. "Tapi, tangan kamu--" "Sampai acara ini selesai." Chesa mengangguk pelan. Keduanya berjalan, tidak ada jarak di antara mereka, dan lengan mereka saling berkait. Di lain tempat, Hana melempar barang yang ada di sekitarnya. Emosinya semakin meluap ke ubun-ubun apalagi saat melihat Raka dan parasit itu berdekatan! "Raka selamanya milik gue!" BRAK! Seluruh isi meja rias di sapu oleh lengannya. Alhasil semua barang yang ada di sana terjatuh dan menimbulkan suara bising. Sayang, tidak ada yang mendengarnya. Rumah Hana kini sepi. Semua orang sedang menyaksikan ijab kabul Rumaisa dan Pandu. "Gue nggak akan biarin dia bersama Parasit itu! Enggak pernah! Selamanya! Sampai kapanpun!" "AARGHH!" Hana menjambak rambutnya sendiri. Dia benci! Dia benci dirinya sendiri! Sudah hampir satu tahun dia berjuang mendapatkan cinta Raka, tapi kini tidak membuahkan hasil sama sekali! "Hana! Lo kenapa?" Devian panik. Ia berlari cepat menghampiri Hana. Hana tidak menghiraukan. Dia terus menjambak rambutnya bahkan memukul dadanya sendiri. "Han! Berhenti! Lo nyakitin diri sendiri!" Devian mencekal kedua lengan Hana. Hana menangis tersedu-sedu. Devian hendak membawa Hana dalam pelukannya, tapi lagi-lagi Hana memberontak. "Jangan dekat-dekat gue! Gue nggak suka lo!" Hati Devian tersayat dalam. Sungguh menyakitkan. "Hidup gue udah enggak ada artinya lagi!" Hana melepaskan bangku rias ke arah kaca. Kaca itu pecah berkeping-keping. Hana memungut salah satu pecahan kaca tersebut, lalu tidak ragu, dia langsung menyayat lengan kirinya. Devian tergelak. Yang dilakukan Hana ini di luar dugaannya! Dia meraih kepingan kaca itu, namun Hana mundur, menjauh. "Jangan nekat, Hana!" bentak Devian, frustasi. "Lo nggak mau gue mati, kan? Lo suka gue? Lo juga cinta gue, kan? Jawab gue, Devian Braveno!" "Iya! Gue suka lo! Gue cinta lo! Puas? Tolong, jangan bunuh diri." Devian melemah di akhir kalimat. Dia sangat tidak terima jika Hana berakhir dengan cara konyol seperti ini. "Apa lo mau ngelakuin apapun demi gue?" "Ya! Asalkan lo jangan berbuat konyol kaya sekarang!" "Bunuh Chesa." "Apa?" "Lo enggak mau?" Hana mengarahkan kembali kepingan kaca itu ke tangannya. "Kita bisa dipenjara, Han!" "Gue enggak peduli! Gue mau cewek itu lenyap dari bumi! Dia udah bikin hidup gue menderita, Dev! Lo tega biarin orang yang suka nyiksa gue, hidup?" Hana lanjut mengintimidasi. Ujung pecahan kaca itu sudah menancap. Devian bimbang. Demi menyelamatkan hidup satu orang, dia harus menghilangkan nyawa satu orang lainnya. Kalau dia tidak menuruti permintaan Hana, dia akan kehilangan gadis yang dia sukai. Devian tidak mau hal itu terjadi. "Berarti lo enggak mau." Hana tersenyum smirk. Kaca itu hendak menggores pergelangan tangannya lagi, namun... "Gue mau!" Devian segera mengambil kepingan kaca itu. Dia melemparnya asal walau lengannya berdarah karena terkena. Devian mengeluarkan sapu tangannya, dia langsung membebat luka Hana supaya pendarahan berhenti. Hana tersenyum samar. Devian bisa dimanfaatkan. Dia tidak jadi mengotori tangan cantiknya ini. Hana menyeka air matanya. Ia memeluk Devian erat. Devian membalas pelukannya. **** Akad nikah sudah dilaksanakan. Sekarang, tinggal resepsi pernikahan. Chesa terharu menyaksikannya. Tapi sedari tadi Raka terus menggenggamnya. "Ini udah selesai. Lepasin aku, Raka." bisiknya. "Belum. Masih ada resepsi." Raka balas berbisik. "Enggak. Aku lepasin sendiri nih!" Chesa berusaha menarik lengannya. Akhirnya dia berhasil lepas. Raka memberengut bak anak kecil yang tidak dibelikan mainan. Chesa berbalik. Dia menarik sudut bibir Raka menggunakan dua jarinya. "Senyum." BUGH! Seseorang telah menabrak mereka berdua. Raka memberi tatapan tajam pada orang itu. "Sorry. Aku enggak sengaja," Hana memegang kedua telinganya. Raka memalingkan muka. "Ches, kita makan yuk. Aku laper." dia mulai menggenggam tangan Chesa lagi. Hana menahan senyumnya. Biarlah Mereka berdua untuk saat ini. Namun, untuk ke depannya mereka tidak akan bisa bersama lagi. "Tunggu." kedua mata Chesa terpusat pada lengan kiri Hana. "Han, tangan lo..." "Oh, ini. Tadi luka dikit." respons Hana. "Ayo, Sa." ujar Raka, menarik lengan Chesa. Mau tidak mau, Chesa menurut. Hana memandangi punggung mereka berdua sampai berlalu di tengahnya keramaian. Dia baru teringat! Ibu tirinya itu pasti akan mengenakan gaun untuk resepsi. Dia mengayunkan kaki, kembali lagi ke dalam rumah. "Tante, pakai gaun ini aja deh! Dijamin semua orang bakal terkagum-kagum!" saran Hana saat dia sampai di ruangan, tempat mengganti gaunnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD