CHAPTER 12: Janji

1518 Words
Flashback* Rayan, ayah Revan merasa kecewa sekaligus marah melihat anaknya sedang terduduk dibalik jeruji besi. Dia tidak menyangka anaknya akan melakukan perbuatan serendah itu padahal dirinya sama sekali tidak mengajarkan hal buruk tersebut. "Papah dan mamah mendidik kamu dari kecil dengan baik dan enggak pernah ngajarin sesuatu yang buruk. Kamu harus jaga nama baik keluarga dan perusahaan. Jangan berbuat sesuatu yang merusak nama baik kita!" bentak Rayan diakhir kalimat. Revan tertunduk dengan tangan yang terkepal erat. "Sebaiknya kamu pindah jauh dari kota ini! Bila perlu jangan nemuin Papah dan Mamah sebelum kamu selesai menempuh pendidikan!" Mata Revan mulai memerah. Dia tidak bisa menahan emosinya lagi melihat Ayahnya itu selalu mengatur tindakannya. "Trus! Papah dari dulu enggak berubah! Pasti dikit-dikit Revan disuruh pindah! Mending Revan enggak usah balik ke rumah lagi sekalian!" hardiknya dengan penuh amarah. "Bagus. Silahkan kalau kamu enggak mau balik lagi ke rumah. Tapi dengan syarat, kamu harus bisa cari uang sendiri." Rayan malah mendukung padahal harapan Revan, ia mau Ayahnya mencegahnya. "Kok diem? Acara ngambeknya enggak jadi?" cecar Rayan. Revan tak bergeming karena dia sadar bahwa tidak bisa mencari uang sendiri. Tiba-tiba seorang polisi datang membukakan pintu jeruji besi yang ditempati Revan. "Beruntung Mamah kamu bujuk Papah buat kasih uang tebusan," ucap Rayan kemudian bertolak diri meninggalkan Revan. Setelah keluar dari penjara, Revan tidak menyusul ayahnya tetapi menuju ke SMA Kauman untuk bertemu Chesa tentunya. "Awas lo! Gue bakalan balas dendam!" Revan dengan sisa uang disakunya, menaiki angkot. Mobilnya sudah dibawa oleh Ayahnya itu. *Flashback Off* Revan melangkah cepat untuk menemui orang yang sudah menyebabkan dirinya masuk penjara. Walaupun Revan sebentar di balik jeruji besi, namun tetap saja ia ingin bertemu dengan Chesa untuk memberi pelajaran pada Gadis itu. Dengan tangan yang terkepal erat, mata memerah, dan sesekali menggertakkan giginya membuat siapapun melihatnya bergidik ngeri. Aura tampannya seketika hilang. Kini tidak ada lagi murid yang bersorak histeris malah yang ada menghindar agar tidak dekat dengan Revan karena mereka semua takut terkena imbasnya. Sudah sekitar beberapa kelas ia lewati dan Revan mengecek satu-satu. Sayangnya, belum ada satu guru pun yang datang. Jika ada, pasti Revan sudah diusir dari SMA Taruna. "Lo liat Chesa?!" Revan membentak pada seorang murid cowok berkacamata. Cowok itu mengerjap ketakutan. "Jawab!" Revan menggebrakkan tangannya dimeja. "Di... di... dia di.. kantin," dengan jari telunjuknya yang bergetar, murid cowok itu menunjuk-nunjuk arah belakang tepat di mana ruang kantin berada. Revan langsung menuju ke tempat tersebut dengan penuh amarah. Dia akan memberi Gadis miskin itu pelajaran karena telah membuatnya masuk ke jeruji besi. Akhirnya, ia berhasil menemukan Chesa. "HEY!" suara berat Revan yang keras menggelegar di seluruh kantin. Semua orang tergemap khususnya Chesa. Bi Surti yang sedang sibuk memasak makanan untuk istirahat nanti ikut terkejut. "Ngapain dia ke sini." gumam Raka. Revan berjalan mendekati Chesa yang sedang kesakitan karena tersiram kuah bakso yang panas. Chesa tidak ingin rasa sakitnya bertambah. Dia tahu bahwa tujuan Revan menghampirinya tidak lain untuk menyiksanya. Chesa menyesal, seharusnya dia dari awal tidak bertemu Revan. Dia berdiri dari duduknya dan menuju ke belakang tubuh Raka untuk berlindung. Revan mendecih kemudian tersenyum kecut. "Dasar jalang!" umpatnya. Hati Chesa teriris ketika mendengar kata tersebut. Kata itu menyakitkan dan menjadi trauma yang mendalam baginya. Saat Chesa menginjak kelas 1 SMP, ia sering sekali mendengar kata 'jalang' yang dilontarkan para temannya setiap ibunya lewat untuk berjualan makanan di kantin. Semua murid selalu mengolok-oloknya terlebih lagi, di sekolah SMP nya dulu hanya Chesa yang berasal dari keluarga tak mampu. Revan hendak menarik Chesa, namun tangan Raka menahannya sembari memberi tatapan tajam. "Gue udah bilang, enggak semudah itu kalau lo mau ganggu dia. Lo harus hadapin gue dulu," Raka menghembaskan tangan Revan dengan kasar. "Lo siapanya dia? Enggak berhak lo buat ikut campur urusan gue sama tuh anak!" "Gue berhak karena gue pacarnya!" balas Raka membentak. Hana dan Keisha saling menatap tak percaya mendengar pernyataan tersebut. "Sejak kapan? Hah?" Revan tersenyum remeh membuat Raka semakin jengkel. "Sejak kemarin tepatnya setelah kejadian lo mau nodain dia," ucap Raka. Chesa terkesiap. Raka tidak pernah menyatakan perasaannya sama sekali, tapi sekarang, apa dia bilang? Sungguh. Ini sangat di luar dugaannya. "Mau lo pacarnya atau babunya, terserah! Gue cuma mau bicara sama dia sebentar." kata Revan kasar. Raka merentangkan tangan untuk melindungi Chesa. "Enggak. Lo pasti bakal nyakitin dia," Revan yang emosinya sudah berada dipuncak ubun-ubun, mendorong paksa tubuh Raka sampai-sampai Raka terjatuh ke samping. Revan menghentakkan tubuh ramping Chesa ke tembok dengan sangat kasar. "Lo mau apa? Tolong maafin gue," ucap Chesa dengan suara parau. "Gue benci lo! Lo yang udah bikin gue masuk ke penjara! Sekarang, lo harus terima akibatnya!" Revan melayangkan tamparan keras dipipi Gadis yang ada di depannya kini. Chesa seketika memejamkan mata, ia merintih kesakitan dan merasakan panas mendera dipipi kanannya. "BERANI LO YA!" Raka berlari menghampiri Revan, mengepal erat tangannya dan menonjok pipi Revan berkali-kali sampai sudut bibir Revan robek dan mengeluarkan cairan merah. Chesa meringkuk dan memeluk lututnya sendiri. Kedua netranya mengeluarkan air mata yang deras. Dia sudah cukup mengalami kepahitan hidup. Tidak di rumah, tidak juga di sekolah. Pasti dirinya menderita. "Han, cepet bawa Chesa ke UKS." perintah Raka di tengah-tengah perkelahiannya dengan Revan. Hana yang sedari tadi masih mematungpun langsung mengangguk cepat dan berlari kecil menghampiri Chesa yang sedang ketakutan. "Bangun," kata Hana dengan nada lembut. Tangannya menuntun Chesa, sedangkan Keisha mengekori Hana dari belakang. Seantero SMA Kauman kini sedang gempar mendengar kabar bahwa ada murid sekolah lain yang sedang berkelahi dengan Raka. Sebagian dari mereka berlari ke tempat kejadian untuk melihat langsung. Bukannya menolong, mereka malah bersorak untuk menyemangati kedua laki-laki itu. Di tempat lain, Hana melepaskan lengan Chesa yang tadi ia tuntun dengan kasar. "Gara-gara lo, Raka sekarang jadi berantem!" kesal Hana. "Lo maunya apa sih? Kenapa lo selalu nyusahin orang?" cecar Keisha. Chesa tak bergeming. Tiba-tiba Devian dengan tergesa-gesa menghampiri mereka berdua. "Raka ha.. hah.. hahh.." Devian ngos-ngosan sambil memegang lututnya. Hana yang sudah tahu apa yang akan ditanyakan Devian pun langsung menjawab, "Dia di kantin lagi berantem. Plis, lo pisahin mereka ya." mohon Hana, memegang lengan Devian. "Tenang aja," Devian keluar dari ruangan tersebut dan berlari menuju kantin. "Puas lo! Udah bikin Raka kaya gitu?!" Hana lagi-lagi memarahi Chesa. Keisha melangkah maju dan mengisyaratkan pada Hana agar mundur. "Tenang dulu, Han. Chesa kita ini lukanya butuh diobatin," Keisha mengelus pelan pipi Chesa. Sangat pelan. Tangan kirinya mengambil kotak P3K yang berada di samping Chesa. Hana mengernyit heran. Tumben sahabatnya itu baik biasanya Keisha yang sering kali memberi ide untuk membully Gadis yang paling dibencinya itu. "Kok lo tiba-tiba jadi perhatian gitu sih?!" dongkol Hana. Ekspresi Keisha tenang dan mengacuhkan Hana yang sedang kesal. Hingga akhirnya, beberapa murid masuk sambil menuntun Raka yang wajahnya sudah lebam dan berwarna ungu. Hana menoleh dan menatap khawatir Raka. Chesa menggeserkan tubuhnya untuk mempersilahkan Raka duduk di sebelahnya. "Sana pergi. Ngapain matung di sini?" usir Raka kepada seisi UKS kecuali, Chesa. "Gue mau ngobatin luka lo," ujar Hana. "Enggak perlu. Gue bisa ngobatin sendiri," tolak Raka. "Lo enggak bakalan bisa ngobatin sendiri," ucap Hana dengan keras kepala. "Gue bilang pergi ya pergi!" kali ini Raka membentak membuat semua murid yang tadi menuntunnya sekaligus yang sedang mengintip dari jendela UKS seketika bubar. Chesa hendak melangkah untuk pergi, namun sebuah tangan tiba-tiba menahannya. Gadis itu sontak menengok ke belakang. "Lo jangan pergi. Lo harus ngobatin luka gue," Raka menatap mata Chesa dalam-dalam. "Tapi..." Raka meletakkan jari telunjuk dibibirnya. "Sstt... gue mau diobatin sama lo karena lo udah nyebabin luka ini," Chesa mau tidak mau mengangguk. Memang benar sih, apa kata Raka. Dia yang menyebabkan luka itu dan dia juga yang harus mengobati. Tangan kurusnya mengambil kotak P3K, mengambil tisu dan menuangkan cairan antiseptik. Sesekali Raka meringis kesakitan membuat Chesa merasa tidak enak hati. "Maafin gue ya," kata Chesa. Raka berdehem. Hening. Setelah itu, mereka tidak mengucapkan satu kata apapun. Kedua mata Raka menatap wajah Chesa yang berada dekat darinya. Dia tahu pasti tadi Gadis itu telah dibully saat di ruang UKS sebelum dirinya datang. Raka merasa bodoh seharusnya ia tadi tidak menyuruh Hana. Tangan kanan Raka menghentikan Chesa sedang mengobati lukanya. Dia menggenggam erat telapak tangan Gadis itu. "Lepas, Raka." ucap Chesa. Kepalanya menunduk agar tidak bertatapan dengan Raka. "Jangan sedih," kata Raka. "Gue enggak sedih kok," Chesa masih tidak berani menatap Raka. "Tatapan mata lo sendu. Dari kedua mata lo, gue bisa melihat kesedihan lo." "Kata siapa gue sedih? Lo ngomong kaya gitu mirip Roy Kiyoshi. Gue enggak suka seseorang yang menebak-nebak perasaan gue hanya karena raut muka gue," kata Chesa sedikit kesal. "Iya. Tenang aja, jangan kesal kaya gitu nanti mukanya cepet keriput mau?" Raka malah meledek. "Udah ah, gue mau balik ke kelas." Chesa yang sudah terlanjur jengkel, melangkah keluar dari ruangan itu. Namun, tiba-tiba Raka memeluknya dari belakang. Chesa bisa merasakan detak jantung Raka karena d**a Cowok itu menempel dipunggungnya. Chesa membiarkan dirinya dipeluk oleh Raka. Entah kenapa, ia merasa nyaman sekarang. Raka mengeratkan pelukannya dan mendekatkan mulutnya tepat ditelinga Chesa."Gue janji bakal jagain lo selamanya sampai lo tua walaupun lo udah punya suami," bisiknya dengan suara pelan dan lembut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD