CHAPTER 05: Suka?

1519 Words
Hari ini Chesa bersikukuh untuk tetap masuk sekolah. Seperti biasa, dia menaiki sepeda. Chesa mengayuhnya pelan karena kondisinya belum begitu vit sampai akhirnya dia bertemu Revan yang sedang mengendarai mobil. Chesa diam saja tak menyapa toh, jika dia menyapa juga tidak terdengar karena kaca jendela mobil telah ditutup rapat. Namun mobil berwarna putih itu berhenti tak jauh di hadapan Chesa. Terlihat seorang laki-laki seumurannya turun dari mobil, berperawakan tinggi. Dia Revan. Chesa berhenti mengayuh setelah melihat Revan menghampirinya. "Udah baikan sampe mau berangkat sekolah?" tanya Revan yang sekarang berada tepat di hadapan Chesa. "Iya. Udah mendingan sih," jawab Chesa, namun tak berapa lama kemudian dia bersin. "Tuh kan. Gue anterin yuk ke sekolah lo," ajak Revan. "Enggak usah. Gue bisa sendiri kok," elak Chesa. "Beneran? Nanti kalau lo nambah sakit gimana?" Revan meletakkan telapak tangannya dikening Chesa. Gadis itu mengerjap, kaget melihat sikap Revan yang perhatian. Revan beralih memegang tangan Chesa. "Udah jangan nolak," Chesa turun dari sepedanya. "Tapi ini gimana sepedanya?" "Biarin. Nanti gue suruh supir buat ngambil sepeda lo," ucap Revan sembari terus menuntun Chesa menuju mobil. Tanpa sadar, sudut bibir Chesa terangkat dan membentuk lengkungan indah. Revan menutup pintu mobil, dirinya masuk dan duduk di sebelah Chesa sekaligus bagian untuk menyetir mobil. "Lo enggak bawa jaket?" tanya Revan. Chesa menggeleng, "Enggak." jawab nya. "Kenapa emang?" "Enggak dibolehin sama guru," Chesa menjawab. "Bentar, gue punya sesuatu buat lo." Revan tampak mencari sesuatu, sampai akhirnya dia mendapatkan suatu tas yang berisi jaket berwarna pink didominasi warna putih untuk diberikan ke gadis yang berada di sebelahnya kini. "Enggak usah. Gue juga punya jaket di rumah," Chesa menolak, jujur dia sudah merepotkan Revan sejak kemarin. "Terima aja. Ini sebagai tanda minta maaf gue ke lo karena dulu gue mutusin hubungan secara sepihak dan lewat sms tanpa ketemu langsung sama lo," sesal Revan. Chesa mengangguk mengerti. "Masa lalu udah berlalu. Gue udah maafin lo kok," kata Chesa. Revan menghembuskan nafas, berusaha mengatakan sesuatu. "Lo mau enggak, balikan sama gue?" ucap Revan akhirnya. "Apa?" Chesa terkejut bukan main. Dia tidak menyangka ternyata dirinya masih menarik bagi Revan? "Mau enggak... balikan sama gue? Setelah ini gue janji enggak bakal ninggalin lo lagi," Chesa memikirkan keputusannya. Dia tidak tahu apakah Revan masih menyukainya setelah melihat rumah pagarnya dan juga melihat dirinya menjadi korban bullying di sekolah? "Lo enggak perlu jawab sekarang. Gue beri waktu 3 hari dan ini," Revan memberikan kalung emas yang bandulnya huruf CR dihias dengan indah. "Kalau lo tiga hari kemudian pake ini berarti lo mau kita balikan, sedangkan kalau lo enggak mau... lo boleh balikin kalung ini lagi ke gue dan setelah itu gue enggak akan nemuin lo lagi." Chesa menerimanya, dia harus mempertimbangkan karena dia tidak mau kejadian terulang kedua kalinya. "Baik... gue bakal mikirin dulu." "Oh ya, lo pulangnya jam berapa?" "Jam tiga. Ada apa?" Chesa bertanya balik. "Ntar gue jemput lo," "Enggak usah." untuk kedua kalinya Chesa menolak perbuatan baik yang ditawarkan Raka. "Lo orangnya belum berubah sekalipun ya, kalau ditawari apa-apa pasti nolak, enggak enakan. " Revan mencubit gemas pipi Chesa. Chesa malu sekaligus senang. Mereka berdua pun melesat cepat menuju sekolah. Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. **** Chesa melangkah ke lantai atas untuk menuju ke kelasnya. Semua mata murid-murid memandang Chesa iri ketika gadis itu melintas di sekitar mereka. Sampainya di kelas, Chesa mendudukan diri, mengeluarkan sebuah buku IPA kimia dari tas nya. Dia sesekali menghirup minyak angin agar badannya hangat. "Dia siapanya lo?" tanya Hana tentunya dengan suara pelan karena Raka berada disatu ruangan dengannya. "Teman." singkat Chesa tanpa mengalihkan pandangannya dari buku. Hana memegang pundak Chesa, mengelusnya agar mereka terlihat berteman akrab. "Semoga jadian ya," Pandangan mata Chesa teralih ke arah Hana. Tangan kirinya menampik agar Hana tidak meletakkan lengannya dipundak. "Awas lo!" bisik Hana, lirih tidak bisa didengar oleh murid lain kecuali Chesa. ******* "Dia siapanya lo?" Hana menatap tajam Chesa. Kini mereka bertiga sedang berada di rooftop, yang biasa menjadi tempat Chesa dirundung. "Apa urusan lo? Lo udah dapetin Raka." ucap Chesa bernada ketus. "Asal lo tahu ya, orang kaya lo enggak pantes pacaran sama orang tajir manapun." Keisha menatap remeh Chesa. Chesa memicingkan mata, dia sangat benci sekali kepada dua wanita yang ada di hadapannya kini. Chesa memilih pergi dari tempat itu, namun Hana menarik bagian belakang seragam Chesa membuat Chesa refleks menghentikan langkahnya. "Lo pikir bisa pergi dengan mudah?" ucap Hana. Dengan kasar, dia mendorong Chesa hingga gadis itu terjatuh. Cairan merah mengalir dari lututnya, membuat Chesa meringis kesakitan. Keisha dengan teganya menendang punggung kecil Chesa yang baru saja kemarin sembuh. "Jangan songong! Lo cuma parasit di sini," bisik Keisha, yang tak lama kemudian menyeringai seperti psikopat. "Iblis!" umpat Chesa, kepalanya menoleh menatap tajam Keisha dan Hana. Hana mencebikkan bibir. Dia tidak terima dikatai seperti itu. Kakinya dia injakkan kepunggung kecil Chesa, semakin menekannya sampai Chesa meneteskan bulir bening dari kelopak matanya. "Udah cabut yuk," ajak Hana setelah merasa puas menyiksa Chesa hari ini. Setelah Hana dan Keisha sudah tidak kelihatan lagi, Chesa berusaha bangkit. Punggung nya kini terasa perih. Mungkin sudah ada bekas kemerahan di sana. Saat turun ke lantai bawah, betapa terkejutnya Chesa ketika melihat Raka sedang dituntun oleh Raka. Tidak, Chesa tidak cemburu, tapi entah kenapa rasanya sakit. "Hana kenapa lagi?" tanya Devian yang baru saja berpapasan dengan Raka dan Hana. Mereka bertiga tetap melanjutkan langkahnya membuat Devian mengikuti mereka. "Biasa. Dia dirundung lagi sama Chesa," balas Keisha. "Awas aja ya, gue bakal kasih dia pelajaran." telapak tangan Devian mengepal. "Udah jangan dendam. Gue udah maafin dia kok" ujar Hana. Dia sekarang begitu senang sedang berada dirangkulan Raka dan tipuannya berhasil. **** "Lo pulang duluan aja ya," Devian menyerahkan kunci motor kepada Raka. Raka mengernyitkan dahi. "Emang lo mau kemana?" "Kepo. Udah sana pulang duluan aja, nanti gue bakal balik kok," Raka mengangguk, lalu memakai helm fullface nya. Setelah Raka melesat jauh tak kelihatan, mata Devian mencari-cari Chesa. Terlihat gadis yang sedang duduk di kursi yang terletak di bagian depan samping gerbang. Devian menggenggam kasar tangan Chesa. Chesa sontak menoleh, kedua matanya menyorot ketakutan. Dia berharap Revan datang secepatnya. "Ikut gue!" Devian menyeret Chesa. Chesa berusaha melepaskan tangan Devian tapi tenaga laki-laki itu lebih besar daripada Chesa. "Lepas, sakit." keluh Chesa, namun dihiraukan. Kejadian beberapa hari lalu terulang, tetapi kali ini tidak ada satu orangpun berada di halaman belakang sekolah kecuali, Chesa dan Devian. Pukulan ketiga mendarat dipipi tirus Chesa saat hendak melayangkan tamparan berikutnya, akhirnya ada seseorang yang datang menolong Chesa yang malang. Orang itu menendang Devian membuat Devian terjatuh. "Revan," Chesa lega. Revan memegang kerah baju Devian dengan erat. "Sekali lagi lo berani mukulin dia, gue enggak bakal segan laporin lo ke polisi!" bentak Revan. Telapak tangannya dikepal kuat, sebuah tinju keras dilayangkan ke Devian membuat sudut bibir Devian robek dan mengeluarkan cairan merah. Devian mendengus kesal. Dia akan memastikan laki-laki itu akan menerima balasannya! Revan menghampiri Chesa, "Lo enggakpapa?" Revan menatap khawatir. "Sakit," lirih Chesa. Revan mengangkat tubuh Chesa, merangkulkan tangan gadis itu ke pundak lebarnya. Sesampainya mereka di dalam mobil, Revan mengobati luka yang ada diwajah Chesa dengan hati-hati. "Kenapa lo dipukulin dia?" tanya Revan. Chesa kalut. "Anu... ada masalah kecil kok. Tenang aja, bukan apa-apa." Revan terhenti mengobati Chesa, matanya menatap lekat. "Bukan apa-apa? Dia udah berani nyiksa fisik lo" "Lo udah pulang sekolahnya?" Chesa mengubah topik pembicaraan, tak ingin Revan mengetahui masalah yang menyelimutinya. "Jangan ngalihin topik pembicaraan. Lo kalo ada apa-apa cerita aja ke gue, enggak perlu sungkan." "Iya," Chesa menunduk setelah menyadari jarak wajah mereka terlalu dekat. Revan duduk ke tempatnya semula. "Udah makan?" Chesa menggeleng. "Belum," "Kita makan di tempat biasa." "Tempat biasa?" Chesa bingung. "Lupa ya? Tempat makan kita waktu dulu," Chesa berusaha mengingat. Ya, warung Bi Rika adalah tempatnya. Walaupun gerai itu sederhana, tapi terdapat kenangan indah dan berharga di dalamnya karena di tempat itulah Chesa dan Revan jadian. ****** "Eh Chesa sama Revan ya? Kalian apa kabar udah lama enggak ketemu?" Bi Rika tampak mengenal dua wajah yang ada di hadapannya kini. Chesa tersenyum manis. "Alhamdulillah baik, Bi." "Makin cantik aja kamu," puji Bi Rika. "Jangan naksir ya, Bi. Dia udah ada yang punya," ujar Revan yang tak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Jantung Chesa berdisco-disco padahal dia belum menerima tawaran balikannya, tetapi kenapa Revan berkata seperti itu? Bi Rika terkekeh. "Ya kali, Bibi lesbi. Saya juga udah punya suami nih... sebentar lagi mau punya bayi." Bi Rika mengelus perutnya yang menonjol. Chesa ikut bahagia. "Wah... selamat ya, Bi. Semoga anaknya sehat sama sempurna. Chesa enggak nyangka Bibi udah punya suami sama hamil pula." Bi Rika menepuk pelan pundak Chesa. "Cewek ke depannya bakal berumah tangga atuh. Kamu juga iya nanti terlebih lagi sekarang udah ada calonnya kan?" Bi Rika melirik Revan. Chesa terkekeh kecil, tak menjawab pertanyaan Bi Rika. "Oh ya, Bibi sampai lupa. Kalian mau pesan apa?" "Saya mie ayam, Bi." jawab Revan, kemudian menoleh mengisyaratkan mau pesan apa ke Chesa. "Sama kaya lo," jawab Chesa yang seolah-olah bisa membaca tatapan Revan. ***** Tanpa berkata apapun, Revan memberhentikan mobilnya di depan rumah lama Chesa. "Udah sampai kan?" tanyanya. Enggak, tapi gue udah pindah. Chesa tidak bisa mengatakan hal itu!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD