Part 2.

983 Words
Zehra sadar bahwa tidak baik menilai sesuatu secara cepat tanpa benar-benar mengenalnya. ia memilih untuk tidak terbuka pada Marinka sejak awal. Dia masih membentengi dirinya sendiri pada masa-masa perkenalan mereka. Tidak seperti Marinka yang sudah mengumumkan siapa dirinya sejak awal perkenalan mereka. Zehra orang yang penuh rahasia dan berhati-hati, karena memang itulah karakternya. Sementara Marinka tampaknya tidak keberatan jika Zehra mengetahui semua rahasianya. Dari mulut Marinka sendiri, Zehra tahu bagaimana kehidupan pribadi gadis itu. Seperti yang Zehra tahu sejak awal kalau Marinka memiliki seorang ibu asal Rusia dan ayahnya asli orang Indonesia. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang sukses yang kemudian terjun ke dunia politik dan berakhir bekerja di kementrian dan menjadi orang kedutaan. Saat ini kedua orangtua Marinka tinggal di Canberra, Australia. Dan mungkin dalam waktu dekat ayahnya akan dipindahtugaskan ke Negara lain. Marinka juga memiliki seorang kakak laki-laki yang usianya tujuh tahun lebih tua darinya, namanya Keanu Zefree. Setelah lulus kuliah, kakaknya melanjutkan usaha sang ayah dan juga merintis usahanya sendiri dan kini pria berusia dua puluh enam tahun itu sedang berada di Matla, Roma. Marinka mengatakan bahwa untuk sementara waktu kakaknya itu belum memiliki rencana untuk kembali ke Indonesia. Zehra pernah bertanya kenapa Marinka memilih untuk berkuliah di Indonesia alih-alih di Australia atau di Negara lainnya yang ia sukai. Ia juga bertanya kenapa Marinka tidak memilih untuk tinggal dengan kedua orangtuanya. Marinka menjawab bahwa dirinya sudah lelah berkelana. Kewajiban ayahnya membuat mereka harus pindah dari satu Negara ke Negara lainnya. Meskipun hal itu membuat Marinka memiliki banyak teman, namun lama kelamaan ia lelah juga karena harus selalu beradaptasi. Bukan hanya dengan pelajaran sekolah, tapi juga dengan kebiasaan-kebiasaan di lingkungan baru mereka tinggal. Akhirnya dia memilih untuk kembali ke Indonesia, meskipun tidak ada keluarganya disana, setidaknya Marinka sudah tahu seperti apa suasana Jakarta. Dan ia berniat untuk menetap di Indonesia dalam waktu yang cukup lama. Sampai ia siap untuk berpetualan lagi, katanya. Zehra sendiri tidak mengerti dengan pola pikirnya. Sementara Zehra sendiri sangat ingin bisa berkelana dan berkeliling Negara lain untuk menambah wawasannya, Marinka yang memiliki kesempatan itu justru malah menolak dan enggan untuk menikmatinya. Satu hal lagi yang membuat Zehra bingung dengan Marinka adalah kebiasaan Marinka yang lebih banyak menghabiskan waktunya di kediaman Zehra alih-alih di rumahnya sendiri. Ya, Marinka tampaknya lebih menyukai tinggal di tempat Zehra alih-alih tinggal di rumahnya sendiri yang luas dan memiliki asisten rumah tangga. Ketika Zehra bertanya kenapa, gadis itu menjawab bahwa tinggal di rumah besarnya rasanya sepi. Dia suka tinggal bersama Zehra dan juga ibunya serta adik Zehra di rumah Zehra yang sederhana karena menurutnya ia seolah tinggal bersama ‘keluarga’. Ibu Zehra sama sekali tidak menolak kehadiran Marinka. Ibunya memang wanita penyayang dan sangat penuh perhatian. Jangankan pada Marinka yang berstatus sebagai teman baik Zehra, pada orang asing yang baru saja dikenalnya pun, ibunya tak pernah ragu untuk menawari mereka makan. Bagi ibunya, Marinka lebih tampak sebagai seekor anak kucing yang tersesat dan butuh perlindungan daripada seorang gadis kaya yang manja. Suatu saat Zehra juga pernah menanyakan keheranannya pada sang ibu. Dan ibunya malah mengatakan bahwa kemungkinan Marinka tidak betah tinggal di rumahnya sendiri karena Marinka kesepian. Ibunya lantas menasehati Zehra dan adiknya supaya bisa bersikap lebih baik pada Marinka dan menganggapnya sebagai saudara mereka sendiri dan supaya mereka mau berbagi. Dan karena adik Zehra, Zacky menyukai Marinka dan sudah menganggapnya sebagai kakak sendiri, Zacky tidak pernah ragu untuk bersikap manja pada sahabatnya itu. Pada akhir pekan, seperti biasa Marinka datang berkunjung ke kediaman Zehra. Gadis itu bertindak seolah dirinya adalah pemilik kamar. Bergelung di atas tempat tidur Zehra sementara Zehra sendiri memilih untuk menghabiskan waktunya dengan mengerjakan pekerjaannya di atas meja belajar. Mereka sudah menyelesaikan ujian semester mereka dan saat ini mereka sedang diberi jatah libur selama beberapa hari sebelum nanti semester baru akan dimulai. Untuk mahasiswa baru seperti mereka, mereka tidak bisa menentukan jumlah mata kuliah apa yang akan mereka ambil selain jumlah yang sudah ditentukan oleh pihak kampus. Sementara untuk semester tiga dan kedepannya, mereka diperbolehkan untuk mengambil mata kuliah lain selain mata kuliah wajib di semester yang mereka jalani. Dan jika Marinka berleha-leha tentang jumlah mata kuliah yang ingin diambilnya di semester tiga nanti, maka berbeda halnya dengan Zehra. Dia ingin mengambil semua mata kuliah yang bisa dia ambil sampai memenuhi jatah maksimal karena dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya secara sia-sia dan bertekad untuk lulus kuliah dalam waktu sesingkat-singkatnya. Zehra bahkan sudah mempersiapkan dirinya untuk melamar sebagai asisten dosen di tingkat duanya nanti. Bukan hal yang tidak mungkin, minimal menjadi asisten lab akan dia kejar. Selain untuk menambah pengalaman dan mengisi waktu luangnya, dia melakukan itu untuk mendapatkan penghasilan tambahan lain untuk biaya kuliahnya. Marinka mengomentari pilihan Zehra. Menurutnya Zehra terlalu terfokus pada pendidikan dan menjauh dari pergaulan. Padahal seharusnya masa kuliah itu bisa Zehra nikmati dengan bergaul sebanyak-banyaknya. Namun pemikiran Zehra berbeda dengan pemikiran Marinka. Tentu sebagai salah satu bagian dari masyarakat, Zehra pun ingin bergaul dan memiliki banyak teman. Menghabiskan waktu dengan nongkrong di café, membahas banyak cerita bukan hanya tentang mata kuliah dan dosen yang menyebalkan. Tapi juga tentang gosip yang terjadi di luaran kelas, tentang siapa yang berkencan dengan siapa dan siapa yang sudah lulus dan kini bekerja dimana. Tapi Zehra bukan Marinka. Zehra harus bekerja keras untuk bisa melanjutkan kuliah dan harus mengirit biaya supaya ia tidak membebani ibunya. sementara Marinka, selain punya orangtua yang akan menyokong semua kebutuhannya, ia juga memiliki seorang kakak yang akan memberikan apa yang dia minta. Terkadang hal itu membuat Zehra iri. Tapi ia kemudian ingat pesan ayahnya untuk selalu bersyukur dan tidak selalu membandingkan hidup dengan orang yang berada di atas kita. Ia yakin, akan ada waktunya nanti dia berleha-leha. Bukankah kerja keras tidak akan mengkhianati hasil? Ya itulah prinsip yang ia pegang saat ini. "Aku heran sama kamu." Ucap Marinka secara tiba-tiba. Zehra membeku, hanya sejenak sebelum melanjutkan pekerjaannya. "Kenapa?" "Kamu orang yang tertutup dan jarang bergaul, menurut kamu, kamu bisa kerja jadi apa nantinya?" tanyanya ingin tahu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD