Oh My King-04

1584 Words
Pengawal membawa Yuri dan Nita ke dalam penjara tanpa mendapatkan pemberontakan dari kedua gadis itu karena mereka masih mengagumi interior ruangan yang memanjakan mata. Sampai di tempat mereka akan mendekam, mereka tercengang. Penjara tersebut sangat minim cahaya. Aroma darah sangat menyengat indra penciuman Yuri dan Nita hingga hampir membuat kedua gadis itu memuntahkan isi perut mereka. Tanpa belas kasih, pengawal itu mendorong tubuh Yuri dan Nita hingga lutut Nita lecet saking kerasnya mendarat di lantai. Sedangkan Yuri, dia merintih sambil memegangi jidatnya yang mencium lantai. Mungkin memar biru sudah menghiasi jidat cantiknya. "Kita apakan mereka?" "Kita tidak berhak melakukan apa pun kepada mereka karena hanya alpha lah yang berhak menghukum mereka." "Ya, kau benar." "Aku tidak mencium aroma apa pun dari tubuh mereka. Apa mereka memang manusia?" "Manusia?! Bagaimana bisa makhluk itu menginjakkan kakinya ke dunia kita?" "Entahlah, aku tidak tahu." "Kita jangan lengah dulu, siapa tahu mereka witch dan mereka menyamarkan bau tubuh mereka." "Kau---" "Alpha memanggil kita." Pengawal yang berbincang-bincang tadi menghilang dari pandangan Yuri dan Nita. "Gila! Mereka cepat banget ngilangnya. Aku yakin sekarang, mereka memang bukan manusia." kata Nita. "Ah, sialan! Dahiku sakit sekali." ringis Yuri seraya mengelus dahinya yang nyut-nyutan. Nita menatap sahabatnya, tangannya terjulur memegangi dagu Yuri. Di ruang yang minim cahaya itu, Nita menajamkan tatapannya. Kemudian mata gadis itu membulat saat melihat dahi Yuri yang membiru. "Dahimu membiru." ujar Nita penuh kekhawatiran. "Sudahlah. Lupakan saja! Sekarang bagaimana nasib kita?! Kita akan di apakan oleh makhluk tak jelas itu?!" "Entahlah, aku juga tidak tau." "Dosa apa aku bisa terlempar ke dunia entah berantah ini?!" "Dosamu banyak." Yuri menatap Nita kesal. "Apa? Perasaan aku tidak pernah membuat dosa." "Dosamu itu banyak. Waktu SMA kau suka memberi laki-laki harapan palsu alias php, kau suka menjahili orang-orang termasuk aku, kau pernah membully, kau pernah melemparkan hp baru ku ke dalam kolam ikan, kau---" "Cukup!" decak Yuri memotong ucapan Nita yang mengungkit dosa masa lalunya. Sementara itu. Di ruangan alpha. Alpha duduk di kursinya dengan tidak tenang. Alpha itu bernama Nicolas Stenford. Umur sang alpha 30 tahun. Wajahnya tampan namun sayang dia selalu memasang wajah datar dan dinginnya. Dia terkenal sebagai alpha yang kejam dan dingin. Menarik nafas dalam-dalam kala aroma aneh tercium olehnya. Apa indra penciumannya tidak salah? Dia mencium aroma strawberry, walau samar. Terkadang tercium, kadang tidak. Jantungnya berdegup kencang mencium aroma itu. Sementara, wolf dalam dirinya meraungkan kata mate. Pengawal yang di panggilnya lewat mindlink tadi langsung menghadap kepadanya dan berlutut di depan Nico. "Jadi, kenapa bisa penyusup masuk ke dalam wilayah kita?" tanya Nico dingin dengan rahang yang mengetat marah. "Kami tidak tau, alpha." "Penyusupnya perempuan atau pria?" "Perempuan, alpha." Jantung Nico berdebar tanpa sebab yang pasti. "Bawa mereka ke sini!" "Baik, alpha." Kedua prajurit itu meninggalkan ruangan alpha. Tak lama kemudian, pengawal kembali ke ruangan alpha dengan membawa kedua gadis yang mereka tangkap tadi. Kedua gadis itu menunduk takut-takut. Alangkah bahagianya sang alpha saat melihat matenya. "Berlutut!" Yuri dan Nita tidak berlutut hingga membuat pengawal itu geram dan memaksa kedua gadis itu berlutut di atas lantai. "Arghh!!" teriak Nita kesakitan saat lututnya yang terluka tadi mengenai lantai. Yuri langsung menatap Nita penuh kekhawatiran. "Kenapa?" "Lututku. Hikss. Sakit." Iris abu-abu terang Nita menatap Yuri dengan berkaca-kaca. Nico yang awalnya hanya diam menatap matenya langsung berdiri dari kursinya dan membawa Nita duduk di kursinya. Nita tentu saja kaget setengah mati saat merasakan seseorang mengangkat tubuhnya serta mendudukkan dirinya di atas kursi. Tak hanya itu, Nico juga menghapus air matanya dengan lembut. "Jangan menangis, mate." "Hatiku terasa sakit melihat air mata jatuh di pipimu." Blush~ Biar bagaimana pun, Nita hanya perempuan biasa yang mudah baper. Pipinya yang awalnya putih bersih memunculkan rona merah muda. Gombal, batin Yuri seraya memutar bola mata malas. Nico mencubit pipi Nita gemas. "Jadi, siapa namamu, mate?" Nita menatap mata Nico heran. "Siapa yang kau panggil mate?" "Kau, sayang." "Hah? Aku?" "Iya." "Tapi aku Nita bukan mate." "Oh, jadi namamu Nita. Nama yang cantik. Dan namaku Nico. Nama kita sama-sama diawali dengan huruf N." "Uhuk! Uhuk!" Yuri membuat suara orang batuk-batuk karena malas melihat drama yang di buat kedua orang yang berada di depannya. Belum lagi jidatnya masih nyut-nyutan. "Tunggu dulu. Namamu Nico, bukan kah namamu alpha? Dan mate, setahuku itu artinya pasangan. So?" Sialan, aku di cuekin. Umpat Yuri dalam hati. "Alpha itu artinya pemimpin suatu pack, sayang. Dan mate artinya memang pasangan. Itu artinya, kamu adalah pasanganku ah lebih tepatnya pasangan hidupku." "Oh." kata Nita bingung tapi tak mempertanyakan lebih lanjut karena menurutnya sangat janggal. Dalam hidupnya, dia baru kali ini mendengar alpha dan pack begitu pun dengan Yuri. Seolah tahu apa yang menganggu otak Nita. Nico berkata, "Aku bukan lah manusia biasa sayang tapi aku werewolf, aku yakin kau tau apa itu werewolf." Nita hanya bisa membulatkan matanya kaget. Apalagi saat mendengar ucapan Nico selanjutnya. "Dan mulai sekarang kau akan tinggal selamanya di sini, sayang. Kau juga akan menjadi luna di pack ini." Apa?? Tinggal selamanya di sini? Gila! batin Yuri kaget. "Sebenarnya ini daerah mana sih?? Kok aneh gini?" tanya Yuri yang dari tadi hanya di cueki. "Dunia yang di penuhi oleh makhluk immortal." jawab Nico acuh. Lagi-lagi Yuri dan Nita menganga kaget. "Jangan ngaco deh. Nggak lucu." balas Yuri seraya terkekeh paksa. "Percaya nggak percaya kalian sekarang ada di dunia ini dan untuk Nita dia tidak bisa lagi balik ke dunia manusia karena dia akan terus bersamaku seumur hidup." kata Nico tajam. Nico menggendong Nita ala bridal style dan meninggalkan Yuri sendirian di ruangannya sedangkan Nita memberontak dari tadi di dalam gendongan Nico. Tapi pria itu saja yang terlalu kuat hingga dia tidak bisa berkutik. "Aku di tinggal sendiri?? Miris sekali nasibku." keluh Yuri pada diri sendiri. "Dunia ini sangat aneh." gerutu Yuri lagi. "Ahh, jidatku." "Huhu..." Sekarang dia bagaikan orang gila yang berbicara sendiri. "Ikuti kami!" perintah prajurit tadi pada Yuri. Yuri hanya menurut saja karena tidak mau duduk menyedihkan di atas lantai terus. Dengan pikiran yang berkecamuk, ia mengikuti prajurit tersebut. Bagaimana dalam sekejap dia bisa masuk ke dunia lain? Apakah dia sudah mati dan arwahnya tersesat ke dunia ini? Ataukah jiwanya menempati tubuh orang lain? Kira-kira itu lah isi pemikiran Yuri. "Ini kamar anda, nona." pengawal-pengawal tersebut pergi dan meninggalkan Yuri seorang diri. Yuri masuk ke dalam kamar yang bernuansa putih polos tersebut. Pakaian mereka semua seperti pakaian kerajaan, seperti yang pernah aku tonton di drama kolosal. Apa ini memang sebuah kerajaan?! Yuri pergi ke dalam kamar mandi dan ternyata ada sebuah lemari yang berisi banyak baju walaupun menurutnya baju itu sangat menyusahkan dan aneh. Berendam dalam bathub yang sudah diisinya dengan wangi-wangian. Setelah selesai mandi, ia memakai baju yang menurutnya tidak terlalu ribet. Baju yang di pakainya 4 lapis. Lapis pertama untuk menutupi dari d**a sampai pusat, lapis kedua untuk menutupi d**a sampai pahanya, dan lapis ketiga untuk menutupi d**a sampai ke mata kakinya, dan terakhir sebuah jubah yang senada dengan warna bajunya, warna putih. "Aduh! Ribet banget nih baju." kesal Yuri. Tapi mau bagaimana lagi, dia tetap memakai baju tersebut daripada tidak memakai baju sama sekali. Membuka ikat rambutnya dan membiarkan rambut birunya tergerai dan tidur di atas kasur yang sangat empuk. Beberapa kemudian, ia mulai masuk ke alam mimpinya karena terlalu lelah. Tak lama setelah itu, datang lah seorang tabib dan mengobati luka di dahi Yuri hingga luka tersebut menghilang dalam sekejap mata. Di sisi lain. Nico menyuruh Nita untuk mandi sedangkan dirinya sendiri tiduran di atas ranjang. Omong-omong sebelumnya luka di lututnya sudah sembuh total karena di obati oleh tabib. Nita hanya menuruti ucapan Nico karena tubuhnya juga terasa sangat lengket. Dia sangat lelah sekarang. Setelah selesai mandi dia mencari baju yang cocok untuknya, namun alangkah kagetnya dia saat melihat baju-baju yang menyusahkan di dalam lemari walau baju tersebut sangat cantik-cantik. Seperti baju kerajaan, batin Nita. Mau tak mau dia memakai baju tersebut, keluar dari dalam kamar mandi sambil mengangkat gaunnya. "Ini baju apaan sih, sangat menyusahkan." keluh Nita dengan bibir yang mengerucut kesal. "Kamu manusia kan, sayang?" tanya Nico tiba-tiba. "Ya iya lah, masa aku hantu sih. Ehh tapi mungkin sih, padahal aku tidak pandai berenang tapi saat bangun tau-taunya aku terbangun di dunia aneh ini. Sangat aneh, bukan?" "Kamu pasti terbawa ke dunia kami karena portal terbuka." "Memangnya ini bukan dunia manusia?" "Bukan. Aku adalah Werewolf dan aku adalah pemimpin di Dark Moon Pack. Ini dunia immortal, sayang." "Bagaimana cara kembali ke dunia manusia?" tanya Nita penasaran. "Manusia yang sudah masuk ke dunia ini tidak akan bisa keluar lagi, sayang." balas Nico. Nita meneguk salivanya dengan kasar, itu berarti dia akan terjebak selamanya di dunia aneh ini. "Apakah aku ini sebenarnya sudah mati?" tanya Nita polos layaknya orang bodoh. "Kamu nggak mati, sayang." kekeh Nico. "Au ah. Kepalaku pusing memikirkannya. Dan aku sangat lelah." "Kalau begitu tidur lah, sayang." "Dimana?" tanya Nita polos. "Di sini. Disampingku." Nico menarik tangan Nita lembut. Nita yang tidak siap di tarik tiba-tiba langsung terjatuh di atas tubuh kekar Nico. "Tidur lah..." Nico membelai rambut Nita lembut. Nita bergerak tidak nyaman. "Aku tidak bisa tidur seperti ini." keluhnya kemudian. Nico terkekeh dan meletakkan Nita di sampingnya. Mengecup kening Nita lama. "Tidurlah." Lalu memeluk tubuh Nita lembut. Nita akhirnya tertidur dalam dekapan hangat Nico. Sungguh, baru kali ini ia merasakan tidur yang begitu nyenyak. Harusnya dia tidak nyaman tidur disamping orang yang baru saja di kenalnya tapi lihat lah, dia begitu nyaman dalam dekapan Nico sekarang. "I love you." bisik Nico lembut, tepat di telinga Nita. -TBC-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD