Bab 186 : "Kisah Tentang Manusia "

1936 Words
Malam itu, kelembutan angin bersama pesawat menderu-deru di angkasa. Julius mencium Luna pada bibirnya dan segala hal yang romantis kembali muncul. syuuuuuu....... Mula-mula Mr. Westphalia hanya menulis segaris kalimat dengan kata kunci "Borjuis''. Muda-mudi dalam ruangan segera tahu maksudnya dan mereka membolak-balik buku-buku mereka yang tebal. "Kita akan membicarakan ketidakadilan yang sesungguhnya.'' tutur David saat Luna sibuk sendiri membaca buku yang tergeletak di atas meja. Klub keadilan akhirnya ia hadiri. Luna hanya menyunggingkan senyum. Mr. Westphalia kemudian mengatakan dengan mata berkilat-kilat, kalimat-kalimat gagah yang memukau. "Oh dunia semakin gila! Orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin. Oh, aku mendengar jerit tangis disana-sini, kaum proletar papa sengsara kelaparan, kaum proletar miskin tiada tara, kaum proletar berkerja mati-matian untuk mendapatkan upah yang sangat sedikit. Inikah yang disebut keadilan?'' Mr. Westphalia menjorokkan matanya kepada Luna. "Inilah ketidakadilan sesungguhnya! Siapa biangnya?Borjuis!!'' Luna merasa tertohok. "Kondisi kaum proletar di negeri ini sungguh menyedihkan. Orang-orang kapital, borjuis, mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Mereka dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Sedangkan orang-orang kaya Borjuis tinggal di lingkungan mewah. Ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.'' Mr. Westphalia menarik nafas. " Bagaimana kalian pikir sebuah negara bisa menganut paham "Kepemilikan pribadi'' ini, yang ujung-ujungnya adalah kehancuran manusia-manusia yang dikhianati bangsa? Dalam klub keadilan ini, kita sudah banyak membahas-bahkan menangani masalah-masalah perdata manusia-manusia kerdil yang ingin diraksasakan. Tapi kali ini, kita akan menghadapi masalah sesungguhnya, ketidakadilan sebenarnya, yaitu adalah terpetak-petaknya derajat hidup, perlakuan, dan kehormatan antara kaum proletar dan borjuis!'' Seekor burung tonggaret melintas di luar jendela yang basah, berteduh pada ranting-ranting maple, mengibaskan sayapnya, memuncratkan sepercik air. Lalu, dengan seribu mata lembingnya ia terdiam mendengarkan koar-koar Mr. westphalia layaknya burung ababil menyimak tausiah nabi Sulaiman as. Mr. Westphalia kemudian menjelaskan tentang perihal-perihal tersebut berawal dari industrialisasi Eropa pada abad ke-19 yang melahirkan manusia-manusia kapital dan buruh. Pada masa itu, uang membutakan seseorang untuk bertindak secara rasional. Tenaga buruh diporsir habis-habisan sementara orang-orang berduit yang menikmati hasilnya. Rasa humanisme dienyahkan dari kalbu. Ketidak adilan merajela. Untuk itu, Mr. Westphalia mengusulkan diadakannya usaha untuk mengembalikan manusia kepada perasaan tersucinya, hakekatnya adalah kemanusiaan. Disini, ia mengemukakan tentang optimisme sejarah bahwa akan ada revolusi besar-besaran terhadap kaum borjuis oleh kaum proletar dikarenakan ketidak adilan ini, yang menyebabkan orang-orang susah bersatu, membentuk suatu masyarakat bukan lagi individualis. ''Seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh seluruh lapisan negara guna kemakmuran rakyat secara merata,'' kata Mr. Wastphalia, ia melanjutkan. ''Tapi tidak untuk faktanya,...dan orang-orang bahkan, memperalat agama untuk kepentingan mereka. Agama adalah projeksi manusia atau Feurbach dan hanya mencerminkan struktur-struktur kuasa masyarakat. Manusia harus membebaskan diri dari semua ketergantungan dan otoritas, baik manusiawi maupun ilahi.'' ''Setuju!!!!!!'' semua orang mengangkat tangan mereka kecuali Luna Sore harinya yang muram, Luna menaiki tangga ke atap datar dan melihat bukit-bukit bertonjolan meminta pengakuan. Ia menatap jauh ke seberang, melewati batas-batas langit dan sinar emas, melintas segala peristiwa yang telah berlalu di benaknya dan ia menjadi sedih. Apa sebenarnya makna adil? Ia bertanya-tanya, apa sebenarnya makna Tuhan? Apa dan apa dan apa yang sebenarnya dan bukan sebenarnya? Seseorang telah meninggal di suatu tempat, akibat tertipu oleh keadilan. Yang satunya lagi mati akibat memperjuangkannya. Luna menjadi bingung, mengapa takdir baik tidak berada di tempat orang baik? Mengapa ia harus melakukan semua ini, politik ini, pencitraan ini, perjanjian ini. Mengapa harus ada pencitraan palsu. Topeng monyet. Hari itu ia merasa sangat lelah. Ia menatap langit dan mencoba menemukan Tuhan. Apakah agama adalah sebuah dogma? Apakah dan apakah Politik ini menggiringnya ke dasar laut, dan perkara bukan lagi tentang hitam putih, tetapi siapakah yang mampu bertahan. Pesta Rahasia Bangunan konstruksi modern gaya Italia, dengan dua sayap yang menjorok maju dan tiga serambi tangga rumah, terpapar di bawah bentangan angkasa biru yang dilintasi beberapa ekor tonggaret. Beberapa pohon poplar dan cypress yang berselang jauh letaknya, berdiri diam, menebar disamping kiri dan kanan bangunan seperti parasit. Sementara himpunan semak-semak alder, bunga-bunga milkweed, margot, dan akasia berpencar dalam petak-petak lahan diantara bangunan itu dengan pagar besi yang memisahkannya dengan jalanan. Namun ada juga yang bergumul merambati batang-batang poplar dan cypress dengan ranting-ranting yang bersilangan sehingga menyebabkan mahkota-mahkota bunga dari aneka bunga berwarna itu reot kesana kemari, tak dipedulikan orang. Minggu itu adalah pagi hari di akhir musim semi yang cukup cerah. Murid-murid Honeysuckle sedang fokus pada pertunjukan musik di dalam bangunan yang letaknya sekitar satu kilometer dari asrama mereka. Berdayu-dayu irama moonlight sonata, turkish march dan balerina-balerina yang meliuk-liuk laksana nyiur di pantai. Itu adalah hiburan mingguan yang diberikan Honeysuckle pada siswanya kali ini. Walau yang memberikan hiburan pun sebetulnya para murid jua yang berhari-hari telah latihan hanya untuk ini, untuk menerima sanjungan tanpa daya. Sekitar jam dua belas siang, mereka semua kembali ke peraduan. Melewati barisan pohon-pohon tak bertuan, mereka bernyanyi tralala trilili menembangkan lagu tanah air. Dipujinya pohon-pohon tinggi yang mereka lewati karena gagahnya pohon tersebut sebagai pohon yang menyimpan banyak sejarah. Minggu itu mereka awali dengan kesenangan. Setelah ini, kesenangan yang lebih memukau menanti. Luna berjalan dengan amat hati-hati. Kakinya yang jenjang tidak begitu tangkas menghalau batang-batang rumput yang menjilati betisnya. Hari itu adalah giliran pakaian lengan panjang selutut berwarna biru dari bahan licin yang mendapat hati di tubuhnya. Pakaian yang sederhana, seolah-olah bahwa ia telah menyatu dengan lingkungan barunya. Dan karena ia memang sudah sedikit menyatu, dengan pembuktian bahwa ia semakin akrab dan terbiasa dengan iklim Margot serta Honeysuckle, dan orang-orang Margot telah juga sedikit akrab dengannya, dengan pembuktian pula bahwa Luna telah mengenal beberapa dari mereka. Minggu lalu Gavin mengajaknya kembali keliling Margot dan mereka bertemu pak tani, bu tani, para penggembala, pedagang-pedagang kecil, dan masih banyak lagi. Maka Luna bertambah cantik saja rupanya, dan ia semakin dikagumi atas kerendahan hatinya. Maka Luna bertambah tambah cantik lagi rupanya. Luna berjalan di tengah-tengah murid yang tengah bercengkerama sambil bercanda. Saat sampai di persimpangan, mereka berbelok teratur dan Gavin tiba-tiba sudah berada di sampingnya. ''Hi Gavin!'' seru Luna, riang. ''Hi!'' Diam beberapa jurus. ''Darimana saja kau? Mengapa aku tadi tidak melihatmu?'' Gavin tersenyum, barangkali menahan tawa. Luna menaikkan kedua alisnya. ''Sekarang kau sudah mulai memperhatikan aku ya, Lady.'' Luna merasa tersedak. ''Kau bahkan telah menyapaku duluan sekarang.'' Terdengar angin berkesiut di antara cabang-cabang pohon. Di langit, burung-burung mural mengepakkan sayapnya. Luna berhenti melangkah. Gavin juga ikut berhenti di dekatnya. Anak-anak lain yang tidak tahu menahu terus berjalan melewati mereka sambil menoleh sebentar dan bertanya-tanya di dalam relung hati yang paling dalam; ada apa dengan mereka? Sampai orang terakhir usai melintas di depan dua orang itu, Luna berbicara, ''Apa ada yang salah dengan itu semua?'' Gavin menggeleng. ''Hanya seperti sebuah pertanda.'' ''Apa?'' ''Aku tidak tahu.'' Gavin menggenggam jemari Luna. Gadis itu refleks mengibaskannya. Gavin menggenggamnya lagi. Luna mengibaskannya lagi. Pertentangan itu mengundang kegaduhan sebentar. "Diamlah, Gavin, kau membuatku takut.'' Gavin tertawa manis. "Kenapa?'' "Kau sangat aneh hari ini.'' Angin berhembus menyejukkan. "Kau gugup karena aku berusaha meraihmu, Luna.'' Pipi Luna bersemu merah. Gavin memandanginya. Oh, belum pernah ada seorang lelaki di dunia ini yang berkata dan memandang Luna dengan cara seperti itu. Ada sebuncah kebahagiaan yang terjalin di antara mereka. Tetapi Luna terlalu malu untuk mengungkapnya dan ia memilih beralih pada hal-hal yang tampak serius. ''Jadi, apa kau mendengar kabar baru dari pemerintahan?'' ****** Gavin merentangkan kedua tangannya pada hempasan udara. Ia merasa sebuah kelembutan. Gavin melihat Luna, ''Kita harus meresmikan hubungan kita.'' ''Apa?'' Sepertinya Gavin belum bercerita tentang sebuah pesta bawah tanah yang diadakan oleh para murid di Honeysuckle atas dasar cinta monyet dan masa remaja. ''Pesta itu diadakan tengah malam, di ruang bawah tanah.'' Sebenarnya pesta itu baru ada beberapa bulan belakangan ini sejak dua orang genius nan jenaka alias Toto Trotsky dan Kermit dinyatakan mampu mengolah suatu ruang kedap suara dengan syarat............ ada dana! Maka, murid-murid yang tergila-gila akan cinta kasih, atau pengharapan dari yang terkasih, atau yang perlu membuktikan diri, berbondong-bondong merencanakan niat untuk pembangunan pesta tersebut. Dana dialirkan secara diam-diam lewat sumbangan sukarela. Lokasi ditentukan di tempat paling bawah yang jauh dari pemeriksaan. Waktu juga ditentukan, mengikuti siklus menstruasi yang periodik. Kemudian, ditentukan pula puncak pesta pada tengah malam, ketika seluruh staf pengajar dan urusan t***k bengek asrama terlelap. Segala hal didaftar dan disusun, dibuat kerangkanya, dikemas secantik mungkin, dipublikasikan dengan cara yang paling rahasia. Maka jadilah pesta itu disebut pesta rahasia. Gavin berbisik. ''Kita resmikan hubungan kita disana.'' "Kau gila?! Aku tidak akan datang kesana.'' "Apa?'' "Aku tidak suka pesta.'' Luna berjalan mendahului Gavin dengan cepat. Pria itu mengejarnya. "Kau tidak suka pesta? Aku juga tidak suka. Tapi kau harus kesana'' "Kenapa?'' "Karena kau belum benar-benar mengenal anak-anak Honeysuckle jika belum datang ke pesta itu.'' "Coba katakan padaku tentang anak-anak Honeysuckle yang belum aku tahu.'' Gavin menarik tangan Luna.''Pesta rahasia adalah hal istimewa bagi mereka.'' "Oh ya? Seistimewa apa?'' "Seistimewa saat kau jatuh cinta.'' Luna menelan ludah. "Oh, jangan bilang kau membayangkan pesta seperti yang diadakan kaum bangsawan dan borjuis itu, Luna? " Bibir Luna seketika terkatup untuk menunjukkan keterkejutannya atas hal tersebut. "Pesta disini berarti kebebasan.'' Dan dengan berkata demikian, Gavin melepaskan genggamannya. ***** Siang hari kala itu menjadi hidup dengan dengung lembut lebah diantara bunga-bunga bermadu ketika Luna melintasi mereka dan duduk di taman usai makan siang. Pemandangan di seberangnya adalah segala manusia yang menjelma menjadi murid-murid Honeysuckle dan bermain bersama angin dan udara. Mereka menari, berlari, bermain-main bersama bianglala, dan Luna memperhatikan mereka sambil berfikir, "Apa itu pesta rahasia?''. Apakah ia benar-benar harus datang ke pesta itu atau ia bisa saja absen dan seluruh dunia tidak akan ada yang tahu. Luna terus memikirkan ini, antara penasaran dan ketakutan menyatu dalam dirinya. Betapa pun, pesta proletar akan jauh berbeda dengan pesta bangsawan maupun borjuis. Luna membayangkan keliaran dan ketidakteraturan seperti ia membayangkan kawanan kuda yang dilepas di alam liar. Oh, tentu tidak seburuk itu kan? Tentu saja, manusia tidak seliar kuda dan kuda tidak lebih baik dari manusia. "Apa yang kau pikirkan, Luna?'' Isadora tiba-tiba datang dan duduk di sebelahnya. Ia menggenggam sebuah toples yang di dalamnya ada seekor kupu-kupu. "Apa yang kau bawa, Isadora?'' Luna balik bertanya. Isadora melirik pada toplesnya dan terkekeh, "Tadi aku menemukannya tidak bisa terbang di pot, sayapnya putus. Jadi aku membawanya dan menaruhnya di toples ini.'' "Apa kau akan merawatnya?'' "Merawatnya?'' Isadora kebingungan. "Aku ingin sekali merawatnya, Luna. Namun, aku tidak yakin. Bagaimana bisa aku merawatnya?'' Luna diam saja sambil memandangi toples tersebut. "Apa yang kau pikirkan, Luna?'' Isadora kembali bertanya. Nafas alam terdengar mendesah. Angin berayun di cabang-cabang pohon. "Kira-kira kau akan datang tidak ke pesta rahasia?'' Bisik Isadora ketika Luna tidak mengutarakan apapun. Luna terkejut. "A...aku tidak tahu.'' "Ah, kau harus datang, Luna. Akan ada banyak kejutan disana?'' "Benarkah?'' "Iya, tentu saja. Kau tidak boleh menduga-duga pesta itu sekarang. Karena pesta itu pasti tidak akan pernah ada dalam bayanganmu.'' Isadora bersemangat menceritakan ini tapi Luna belum terlihat terlalu antusias. "Apa pesta itu liar?'' "Liar??!!!'' Isadora menaikkan nada suaranya waktu mengatakan ini seolah-olah ia tidak mempercayai pendengarannya. Ia memandang mata Luna dan mencoba membaca pikirannya. Angin berkesiut diantara mereka dan Isadora menggelengkan kepala. "Kau yang akan menentukannya sendiri ketika kau datang, Luna.'' Dan dengan berkata demikian, Isadora kembali kepada kupu-kupu di dalam toplesnya. "Kalau kau mau pergi ke pesta itu, bilang saja padaku, aku mau pergi bersama denganmu.'' kata Isadora lagi. "Sebenarnya aku mau kita pergi dengan laki-laki tapi tidak bisa, petugas Honeysuckle pasti akan curiga.'' Isadora melenguh pendek, membuang pandangannya pada hamparan bunga-bunga Honeysuckle. Ia berkata lagi pada ketiadaan. "Di pesta rahasia itu, semua gadis mengungkapkan siapa pria idamannya.'' Pada suatu titik di langit, terdengar suara burung layang-layang mengepakkan sayapnya. Luna memandangi Isadora yang sibuk dengan kupu-kupu di dalam toplesnya sambil kembali berfikir, apakah dia benar-benar akan datang?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD