Bab 129: Rahasia Eda Terbongkar

2044 Words
"Kenapa Hera tidak dikasih tahu?" Tak ada jawaban dari Archi. "Apa kau ingin Hera mencintaimu suatu hari nanti? Begitu?" "Tidak, tentu saja," Archi langsung mengelak. "Aku tidak ada keinginan sampai kesitu." "Lalu?" "Aku hanya berpikir ini bukan urusannya." "Bukan urusannya? Archi, dia adalah istrimu. Tentu saja, itu akan menjadi masalahnya. Dan inilah masalahnya, tidak ada komunikasi diantara kau, Adrian dan Hera sehingga semuanya jadi salah paham begini." Archi terdiam lagi. Kediaman Archi membuat Constantine semakin senewen. "Mengapa kau tidak berpikir sampai sejauh itu? Huh?" "Aku mendapat tekanan dari banyak pihak, termasuk orang tuaku sendiri. Kau tahu, Constantine, ini semua tidak mudah." Archi mulai kehabisan kata-kata untuk menjelaskan apa isi hati dan pikirannya, dan Constantine mulai kehabisan cara untuk mengerti sepupunya sendiri. "Jadi, sekarang, apa yang mau kau lakukan?" tanya Constantine. Pertanyaan itu terdengar seperti lecutan. Archi menggelengkan kepala. "Dimana Hera?" Archi menggeleng lagi. "Kau tidak tahu dimana Hera sekarang berada?" Tanpa menunggu jawaban dari Archi, Constantine sudah tahu jawabannya. Ia menggelengkan kepalanya. "Kau tahu, kalau kalian berdua sampai berpisah, The Holy Lord akan sangat marah." Bukan hanya marah sebenarnya. Tapi mungkin Archi dan Hera juga akan mendapatkan hukuman. Terutama Archi, karena ia adalah pihak yang dianggap memulai semua ini. Dan Adrian, ya, pangeran itu juga akan dihukum. "Kau sudah mengirimi Hera pesan?" Archi menggeleng. "Menghubunginya?" Archi juga menggeleng. "Terus apa maumu sekarang, Archi? Kau mau masalah ini berlarut-larut?" Constantine geram. Pasalnya, kalau masalah ini berlarut-larut, maka tugasnya juga akan berlarut-larut. Sementara di luar sana, Constantine punya banyak urusan yang harus diselesaikan. Oh, bahkan ini bukan masalahnya. Sekali lagi, ia disini karena perintah dari pusat. "Kau harus segera berbaikan dengan Hera," saran Constantine. Namun, Archi tahu, bahwa mengajak Hera berbaikan saat ini sungguh sulit. Setelah pertengkaran hebat yang terjadi, Hera bahkan bersumpah tidak akan mau menemui Archi lagi. Bagi Archi, sumpah itu saja sudah cukup menjadi bukti bahwa Hera tidak mau memperbaiki pernikahannya. Rasa sakitnya sudah terlalu dalam, berdarah-darah. "Archi, apa yang kau pikirkan?" tegur Constantine ketika Archi terus saja terdiam. Archi menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan. "Aku berpikir bahwa ini semua tidak ada jalan keluarnya," Archi berkata sambil tertunduk, "Mungkin memang akan begini akan selamanya." "Ah!" Constantine melenguh. "Kau harus segera menghubungi Hera dan meminta maaf padanya. Kau harus berjanji bahwa kau akan memperbaiki semuanya. Itu perintah dari pusat." Archi mendengus. Ia mengangkat kepalanya. "Constantine, mengapa harus aku-" "Karena kau yang memulai semua masalah ini, Archi," serobot Constantine, gregetan. "Dan kau adalah suaminya. Kau adalah kepala rumah tangganya. Belajarnya mengambil sikap berdasarkan kepentingan bersama, bukan karena keegoisan semata." Jleb! Ucapan Constantine menusuk jantung Archi. Keegoisan semata. Ya, akhirnya Archi menemukan bahasa yang menerangkan dirinya. Egois. Ya, Archi sadar sekarang bahwa ia adalah pria yang sangat egois. Ia ingin mendapatkan semua hal yang diinginkannya tanpa mengorbankan apapun. Archi tidak ingin mengecewakan keluarganya, tidak ingin kehilangan Rotsfeller di belakang namanya dan tidak ingin nama baiknya tercemar. Namun, Archi juga tidak ingin kehilangan Jullia. Ia masih ingin mendapatkan gadis yang dicintainya itu. Astaga, betapa Archi baru menyadari hal ini. Egois. Ya, ia merasa sangat egois sekarang. "Kau tidak bisa mengelak lagi," Constantine memutuskan. "Kau harus memperbaiki hubunganmu dengan Hera. Saranku, kau yang harus mengalah, menghubungi Hera duluan dan meminta maaf. Tapi kalau kau punya cara lain, silahkan saja, aku tidak melarang. Yang penting pernikahan kalian harus selamat." Constantine bangkit dari tempat duduknya saat ia tak lagi mendengar alasan-alasan ataupun argumen dari Archi. Ia bersiap untuk pergi, tapi sebelum itu, ia berkata, "Asal kau tahu, Archi. Waktu itu Hera sempat datang ke tempatku." Archi tergelak. "Dia datang dan bertanya apakah kau punya wanita lain yang kau cintai-" "Tunggu, kau kan yang bilang tentang Jullia kepada Hera." Archi nyaris memekik menyadari ini. Ia baru ingat bahwa dahulu Eda pernah bilang kalau Constantine yang mengatakan tentang Jullia kepada Hera. Archi berdiri. Matanya yang membulat. "Kau yang mengadu kepada Hera tentang Jullia, Constantine!" "Mengadu apa?" Constantine tak mengerti. "Jangan gila. Buat apa aku bercerita tentang Jullia pada Hera? Aku saja tidak tahu kalau ternyata kau masih berhubungan dengan perempuan itu." "Kau yang bilang waktu itu kepada Hera, Constantine!" Archi bersikeras. "Itulah sebabnya Hera datang ke Nazhreth untuk menemui Jullia." "Apa??" Constantine makin tidak mengerti. "Kau ini bicara apa?? Aku tidak mengatakan apapun kepada Hera! Justru ya, Hera datang kepadaku sambil bersedih. Katanya, dia ingin kau mencintainya tapi ia melihatmu seperti sibuk sendiri!" Archi menggeleng tak percaya. "Kau jangan pura-pura bodoh, Constantine. Kau juga yang ikut berkontribusi mengacaukan semua ini!" "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Archi." "Kau yang bilang kepada Hera kalau aku masih punya hubungan dengan Jullia dan kau juga yang memberitahu kalau Jullia tinggal di Nazhreth kan??" "Astaga, Archi, buat apa aku memberitahu itu semua?? Huh?? Dengar, aku bahkan tidak tahu kalau Jullia tinggal di Nazhreth!" Archi terkesiap. Matanya nyalang dan berkaca-kaca, hampir menangis. Apa ini? Ada apa? Archi bingung. Permainan apa ini? Mengapa Constantine bilang ia tidak tahu dan tidak pernah mengatakan apapun?? Archi tak habis pikir. "Siapa yang bilang kalau aku memberitahu Hera tentang Jullia??" tanya Constantine balik. Dan pada saat itulah, Archi sadar dengan kebohongan yang dikatakan Eda. Astaga, bagaimana ini bisa terjadi? Archi telah menemukan fakta baru yang mencengangkan. Ya, ia tidak mungkin salah. Eda pernah bilang katanya Constantine yang mengatakan tentang Jullia kepada Hera. Dan nyatanya... "Eda..." gumam Archi. "Eda??" Constantine menjengat, seperti ia telah mendengar sebuah kelancangan. Pria tampan itu mencondongkan tubuhnya ke Archi. "Jangan bilang kalau Eda yang mengatakan tentang Jullia kepada Hera?" "Eda bilang kau yang mengatakan tentang Jullia-" "Bullshit! Kurang ngajar!" Constantine meradang. "Itu fitnah! Aku tak pernah mengatakan apapun kepada Hera! Archi, Eda telah berbohong padamu!" Archi tak bisa berkata apa-apa. Ia terlalu terkejut. "Archi, Eda sedang berusaha mengadu domba kita!" Constantine makin meradang. "Jadi dia orang yang berada dibalik semua kekeruhan ini." Tangan Archi terkepal, begitu juga dengan tangan Constantine. Archi merasa tertipu, sedangkan Constantine merasa difitnah. Keduanya marah pada orang yang sama. Archi membalikkan badan. Ia mulai berpikir jangan-jangan bukan hanya ini saja kebohongan yang dikatakan Eda. Jangan-jangan Adrian juga terprovokasi oleh Eda! Jangan-jangan Eda telah membohongi semuanya selama ini! Jangan-jangan- "Eda!" gertak Archi. Amarahnya memuncak. *** Sore menyingsing kota Meyhem dengan kesegaran yang mengisyaratkan akhir musim. Di batas horison, matahari bersiap untuk tenggelam. Langit yang tadinya berwarna biru perlahan memerah. Hera berdiri sendirian di jembatan, memandangi tampilan bayangannya yang memantul di permukaan sungai Saint. Angin sore berbisik di sela-sela pepohonan di bawah. Aroma ikan bakar tercium dari kedai-kedai ikan yang dibuka tak jauh di sekitar jembatan. Lagi, untuk kesekian kalinya, Hera merenungi nasibnya. Marigold mengiriminya pesan berkali-kali, tak ia jawab. Orang tuanya menelponnya, juga tak ia jawab. Orang-orang di jembatan berlalu lalang memandanginya, ia tak peduli. Depresi telah menghantamnya bagai tsunami emosi yang menyeretnya ke arus mati. Tiba-tiba saja, segalanya hanyut. Habis. Dan ia merasa tak punya semangat hidup lagi. Seseorang yang pernah berkata, "The loneliest moment in someone's life is when they are watching their whole world fall apart and all they can do is stare blankly. You want to cry but the tears can't even drop and you feel nothing. It's like the world has just ended. You don't cry. You don't hear. You don't see. You stay. For a second, the heart dies." Dan itulah yang dirasakan Hera saat ini. Sudah. Sudah banyak kata yang dituang disini untuk menjelaskan apa yang Hera rasakan. Sudah. Sudah banyak kata yang ditulis disini untuk menggambarkan kesedihannya, kekecewaannya dan harapannya yang perlahan terus memudar. Dan untuk saat ini, Hera tak mau berpikir apa-apa lagi. Ia memegang batang jembatan besi yang dingin. Setan di kepalanya membujuk bahwa ia seharusnya menceburkan diri ke bawah jembatan. Setan di kepalanya mempertanyakan hakikatnya hidup jika hanya jadi bualan dunia. Setan di kepalanya menyuruhnya melihat orang-orang di sekitarnya, mereka yang bahagia dan dipenuhi cinta. Setan di kepalanya menyuruhnya untuk melihat ke dalam dirinya, membandingkan dirinya yang kering akan cinta dan kasih sayang. Setan di kepalanya menyuruhnya untuk mati. Hera memejamkan matanya. Air matanya tak lagi keluar. Namun, saat itulah, ia mendeklarasikan kepada dunia bahwa jiwanya sudah mati. *** "Gak diangkat," kata Archi lalu mematikan teleponnya. "Hera gak angkat." "s**t!" gerutu Constantine. "Ya sudah, nanti kalau Hera kembali ke Istana ini, kau harus katakan yang sebenarnya." Archi mengangguk. Tadinya ia ingin menelpon Eda dan menghardik semua perbuatannya. Namun, Constantine menahan. Katanya, waktunya belum tepat. Katanya, Hera harus tahu tentang ini terlebih dahulu, lalu pernikahan mereka diselamatkan, barulah ia bisa melabrak Eda. Kali ini Archi menyetujui usulan Constantine. Sebenarnya karena Archi juga tak merasa mempunyai usulan yang lebih baik daripada usulan dari Constantine. Archi ingat bahwa Eda meminta uang beberapa juta crownos demi informasi yang salah itu. Astaga, Archi merasa sangat bodoh. Sudah mendapatkan fitnah, malah ia memberikan uang yang sangat besar. Argh! Archi merasa buruk sekali. Ia tak percaya bahwa Eda, sahabatnya selama ini, tega melakukan hal tersebut. "Sebaiknya kita memang ikut Game of Lie saja supaya tidak bisa dibodohi seperti ini," saran Constantine. Game of Lie adalah sebuah pelatihan keras yang terletak di suatu tempat rahasia yang diadakan khusus untuk menguasai berbagai teknik kebohongan, intelijen dan rahasia-rahasia besar dunia. Archi mengangguk. Rasanya ia juga ingin mengikuti permainan khusus keturunan Rotsfeller itu untuk bisa menguasai orang lain dan dunia. Ah, tapi Archi ingat kalau orang tuanya tidak mengizinkannya. "Game of Lie hanya untuk orang-orang yang haus kekuasaan, Archi," begitu kata Lady Claudia. "Kita sudah hidup begitu nyaman sebagai keturunan Rostfeller disini. Kita cukup hidup dan menjalankan bisnis keluarga saja. Kita tidak perlu yang aneh-aneh. Kita tidak usah mengikuti saudara-saudara kita yang ikut Game of Lie. Kamu tahu, permainan itu lebih banyak kerugiannya daripada manfaatnya." "Tapi orang tua kita melarang," pungkas Constantine, mengenang bahwa orang tuanya juga berpikir hal yang sama dengan orang tua Archi. Tanpa izin dari orang tua, anggota Rostfeller tidak bisa mengikuti Game of Lie. "Yah, mereka terlalu takut kita gagal," kata Constantine. "Atau sebenarnya mereka lebih takut lagi kalau kita berhasil?" timpalnya. Kebanyakan para pemenang Game of Lie memang berubah menjadi mengerikan. Pasalnya, mereka akan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain dan dunia, dan karenanya, mereka menjadi sombong dan merasa sangat berkuasa. Raja Nathaniel adalah salah satu orang yang sangat mahir melakukan Game of Lie. "Jadi, sekarang gimana?" tanya Archi. "Apa? Game of Lie?" "Bukan. Masalah ini..." "Seperti yang sudah aku katakan, Archi. Kau tunggu saja Hera sampai kembali ke istana, dan kalian berdua harus bermusyawarah dengan kepala dingin. Kau jelaskan semuanya baik-baik. Kalau Hera sudah mau mengerti. Maka, kau tinggal melabrak Eda." "Bagaimana dengan Adrian dan Jullia?" tanya Archi. Tapi itu tidak terdengar seperti sebuah pertanyaan, melainkan sebuah permohonan. Archi berharap Constantine masih mendukungnya untuk memperjuangkan Jullia, tapi ia takut sepupunya akan berkata bahwa ia egois, yang mana ia memang mengakui bahwa ia egois. Sangat egois. "Kau masih tidak ingin kehilangan Jullia," Constantine menebak. Dan ia tak butuh jawaban lagi karena tebakannya seratus persen benar. "Jullia mengandung anakku, Constantine. Mungkin itu yang membuatku sangat berat untuk melepaskannya." "Tanyakanlah kepada Adrian, apa dia mau mengurusi anakmu?" Meskipun Archi yakin Adrian mau, tetapi ia tetap menggeleng. "Aku rasa Adrian akan keberatan." "Ah, mau bagaimana lagi, Archi. Semua sudah terjadi. Adrian sudah menjadi suami Jullia. Kau juga yang mengizinkan mereka menikah awalnya. Ini sungguh rumit, tapi tidak ada cara lain-" "Adrian nanti juga akan dijodohkan kan?" potong Archi. Constantine memandang lekat-lekat Archi, merasakan bahwa sepupunya ini masih ingin memisahkan Adrian dengan Jullia. "Ya, benar. Adrian akan dijodohkan. Tapi itu nanti tergantung kepada Adrian lagi." Archi mengernyit. "Karena pernikahan Adrian dan Jullia sudah terdengar sampai ke pelosok negeri, maka pastinya Adrian dianggap aib bagi keturunan Rotsfeller. Ia pasti akan mendapat hukuman. Ia mungkin tidak dihukum karena pernah menjalin cinta terlarang dengan Hera, tapi aku rasa ia pasti dihukum karena telah menikah dengan Jullia." "Lalu, apa hukumannya?" Constantine menggeleng. "Pasti itu adalah hukuman yang sangat pedih," Archi menyimpulkan. Dan sepanjang pengetahuannya, hukuman terpedih adalah berjalan telanjang sepanjang kota sambil dilempari batu. Tak lupa duri-duri di atas tanah yang harus dipijak sampai berdarah-darah. Mengerikan. Kalau ia mati, ia mati dengan tragis. Kalau ia hidup, ia akan mengalami trauma seumur hidup. Gangguan mental pun rawan menghampiri. Titian neraka, begitulah nama hukumannya. Biasanya yang menerima hukuman ini adalah para pelaku zinah, homoseksual, i****t dan khusus anggota Rotsfeller, yakni mereka yang berani menikah tanpa persetujuan keluarga atau menolak perjodohan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD