CHAPTER 7

1251 Words
Author POV Setelah masuk ke kamar dan menguncinya, Nadi bersandar di pintu lalu menumpahkan semua tangisannya yang tertahan di pelupuk mata. Semua kalimatnya kepada Al memang kebenaran, dirinya adalah sosok yang tidak pantas untuk siapa pun.  Tentang masa lalunya yang belum diketahui oleh Al seorang, hati Nadi tau bahwa hal itu akan menyakiti mereka berdua jika terus dirahasiakan. Oleh karenanya, Nadi harus mengakhiri hubungan mereka sebelum terasa mulai menyakitkan. Sama juga dengan harapan yang ditawarkan Al padanya tadi, Nadi memutuskan untuk menolak kebaikan hari pria itu. Al terlalu baik untuknya. Nadi bahkan bukan hanya sekedar gadis biasa yang misterius, lebih dari itu sebenarnya Nadi hanya wanita rusak yang tidak akan dicintai oleh siapa-siapa, seperti kata Rezo padanya. Setelah berhasil menenangkan diri dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda, Nadi dikejutkan dengan nomor baru yang ada di ponselnya. Seseorang mengirim pesan berisi peringatan tentang kesepakatan mereka tempo hari. Nadi meremas ponselnya kuat-kuat, tidak percaya bahwa Rezo sampai-sampai memboikot nomornya dan mengirimi pesan teror. Dengan nafas tercekat, Nadi menghapus semua pesan tersebut. Jika sampai Al atau Theo sampai tau, maka resiko yang ditanggung Nadi akan lebih besar. Lebih baik dirinya yang berkorban sendiri. Lagi pula semua itu bermula karena kesalahannya dulu yang tidak bisa melihat jiwa sesungguhnya dari Rezo. Sahabat yang disangkanya adalah teman paling pengertian, rupanya adalah pria yang menyimpan obsesi gila padanya. Tok Tok Tok Nadi terkejut saat pintu kamarnya diketuk. Nadi bepikir bahwa yang berusaha masuk itu adalah Al. Dilihat dari sifatnya, pria itu memang tidak akan mudah menyerah. Dengan menghela nafas, Nadi menguatkan hatinya, melangkah mendekat ke pintu. Dia memang harus menyakiti hati Al lagi dengan kata-kata menyakitkan yang dia punya, agar pria itu menjauh darinya. Nadi membuka sedikit pintu, namun bahunya masih bersandar pada belakangnya. Sehingga siapa pun yang mengetuk pintu itu hanya akan melihat lengan kemeja nadi sedikit. “Aku sudah bilang, kau tidak perlu menujukkan perhatianmu yang berlebihan itu. Aku tidak layak mendapatkannya,” ucap Al dingin. “Kupikir, bukan begitu cara yang tepat untuk bicara dengan kekasihmu, bukan begitu Nad?” Nada bingung itu membuat Nadi sadar bahwa orang yang mengetuk pintunya bukan Al. Setelah membuka pintu lebih lebar, Nadi bisa melihat Rizky. Keberadaan Rizky juga merupakan hal yang dihindari Nadi. Melihat Rizky selalu mengingatkannya dengan sosok yang ingin dihindarinya selamanya, sehingga ketika melihat wajah Rizky dengan jelas, Nadi tergesa menutup pintu. Tapi Nadi selalu kalah cepat. Sebelah kaki Rizky sudah melangkah duluan dan membuat pintu jadi tidak bisa ditutup. Nadi mendesah lelah, melihat wajah Rizky yang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan sudah hal biasa. Tapi Nadi yakin bahwa lelaki itu sedang marah. “Kenapa lagi? Kenapa kalian tidak bisa membiarkan aku dengan tenang sebentar saja?”ucap Nadi ketus. “Aku ingin bicara berdua denganmu. Biarkan aku masuk Nad,” pinta Rizky memohon. “Katakan saja, aku tidak ingin bersama dengan siapa-siapa pun saat ini.” balas Nadi. “Aku yakin kau lebih suka jika hal ini hanya kita yang tau,” bisik Rizky pelan. Sementara Al yang melihat keanehan pada interaksi Rizky dan Nadi mulai mendekat memastikan. Al selalu tidak menyukai Rizky bahkan dengan kedua saudaranya yang lain. Diam-diam dalam hatinya, Al merasakan cemburu mendalam dengan kedekatan dan interaksi antara Nadi dan Rizky. Rizky dapat merasakan radar bahwa Al mulai mendekati mereka, sehingga dia hanya diam dan berusaha mengirimkan kode pada Nadi lewat matanya. Nadi yang mengerti ikut melirik dari ujung matanya bahwa Al mulai melangkah ke arah mereka. Tidak ada pilihan lain, Nadi menarik tangan Rizky ke kamarnya lalu segera menutupnya. Nadi mentap pria itu dengan pandangan tajam dan menuntut. “Katakan,” ucap Nadi. Rizky duduk di kursi dan melihat ke sekeliling kamar. Lalu matanya tertuju pada Nadi dengan serius, seolah-olah Nadi adalah rekan bisnis yang hendak memutuskan kerja sama proyek yang besar. “Katakan bahwa saudaraku yang b******n itu telah datang ke tempat ini dan mengancammu!” Mata Nadi membelalak, tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. “Ba. Bagaimana kau bisa tau, Riz?” tanya Nadi, suaranya sedikit bergetar saat ingatan malam itu datang lagi memenuhi kepalanya. Rizky memegang bahu Nadi dan mengguncangnya sedikit. Wajahnya kini menegang saat tau dugaannya tepat. “Ya, dan posisimu saat ini bukan bertanya Nad, tapi menjawab dan memberi keterangan. KENAPA kau diam saja dan menutupi hal ini dari kami semua? Bahkan kuyakin Al juga tidak tau,” seru Rizky. “Apa yang telah dilakukan b******n itu padamu lagi, hah? Apa kau mau menunggu dia membunuhmu dulu baru kau mau memberitahu pada kami?” tambahnya. Kali ini Nadi tidak bisa menyembunyikan air matanya yang tadi memang selalu ingin keluar, seakan Nadi punya stok air mata seluas danau. “Ak..Aku.. terlalu takut, hiks. Kau tidak akan tau rasanya, hiks hiks,” Melihat Nadi yang terisak, Rizky merutuki diri. Memaksa Nadi dan membuatnya tertekan bukanlah maksud Rizky. Dia hanya sangat kesal, marah, dan terlampau khawatir pada Nadi yang menyembunyikan teror dari saudara gilanya. Tapi di luar segalanya, hati Rizky dipenuhi dengan rasa lega ketika Reza tidak melakukan tindakan buruk pada Nadi. Yah, walaupun teror dan pemaksaan juga termasuk hal buruk, tapi hal itu tidak sebanding dengan ketakutan yang ada di kepalanya. Membayangkan Nadi yang terkapar tanpa nafas dan lain sebagainya. Rizky meraih bahu Nadi dan merangkulnya dari samping. Lalu menepuk-nepuk punggung Nadi yang masih menangis di bahunya hingga perempuan itu sedikit lebih tenang. “Lalu, apalagi alasanmu dengan menyembunyikan semuanya dari pacarmu itu?” tanya Rizky. “Kau tau, dia bisa salah paham pada apa yang telah terjadi,” tambahnya. Nadi yang masih duduk hanya terdiam dengan pandangan yang tertuju pada kaca jendela. Di luar sana sudah sore, langit terlihat kelabu seperti pikirannya saat ini yang buntu dan tidak tau harus berbuat apa. “Aku sudah putus dengannya,” cicit Nadi dengan suara serak. Sesungguhnya kalimat itu sangat susah keluar melewati mulutnya. Bahkan harinya juga seakan diremas saat kalimat itu terdengar oleh telinganya sendiri. Rizky menyerngit, alisnya terangkat. Tidak mengerti dengan jalan pikiran Nadi. “Apa yang kau katakan? Kau memutuskannya?” Nadi mengangguk ragu. Rizky geleng-geleng kepala, walaupun hatinya sedikit senang mendengar Nadi memutuskan hubungan dengan pacarnya, namun nuraninya masih merasa hal itu bukanlah hal yang terbaik untuk saat ini. “Lalu apa yang kau maksud dengan barang-barangnya yang terletak di sofa depan, juga keberadaannya di rumahmu saat ini. Dari posisinya di kantor, kau taukan dia bukan orang yang sepengangguran ini?” tanya Rizky. Keinginan untuk menyanggah pertanyaan Rizky hilang begitu saja saat Nadi memikirkan lagi bahwa semua kalimat itu adalah kebenaran. Al, pria itu tidak akan mudah menyerah. “Jangan menyakiti hati orang yang peduli padamu, Nad. Setidaknya cobalah memberi pengertian kepadanya. Jika dia memang mencintaimu, maka dia akan menerima semua kekurangan serta kelebihanmu. Juga dengan kondisimu yang kau bilang adalah barang rusak itu.” Perasaan Nadi saat ini seperti naik roller coaster, sejenak Rizky akan membuatnya merasa emosi dan marah. Lalu kemudian akan membuatnya terdiam dan menyesali diri sendiri. “Saat ini kau memang butuh waktu untuk memikirkan semuanya sendiri, Nad. Silahkan, aku akan menunggu sepanjang waktu itu memang kau masih tidak yakin dengan keputusamu. Tapi aku tidak akan tinggal diam jika pengobatanmu sampai tertunda apapun alasannya. Kalau perlu, saat ini aku akan memberitahukan semua hal yang kau rahasiakan kepada Al. Jika dia tau dari orang lain dan bukan darimu, hal itu akan lebih memicunya untuk bertindak di luar nalar.” “Kau bisa lihat kan Nad, Al mencintaimu. Dan jika pria seperti dia sudah jatuh cinta, dia akan melakukan hal yang lebih gila dari pada yang pernah kau bayangkan,” tambah Rizky sebelum keluar dari kamar dan membuat pikiran Nadi berpacu dengan kesunyian dan waktu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD