bc

Same Old Love

book_age4+
886
FOLLOW
4.9K
READ
love-triangle
friends to lovers
goodgirl
student
drama
comedy
bxg
highschool
first love
classmates
like
intro-logo
Blurb

Orang bilang, bahwa perempuan akan lebih memilih dia yang bisa membuat nyaman dan selalu ada dibanding dia yang istimewa. Tapi, Irene Alicia Hanendra merasa bahwa hal itu tak berlaku buatnya. Dia menyukai Kevin Aldrich Kesuma sejak berusia 6 tahun. Mereka sering bermain bersama sejak kecil, dan baginya Kevin sangat istimewa. Sampai ketika masuk ke jenjang SMA, Irene bertemu dengan Dean Alvaro Wijaya, anak kelas sebelah yang suka kepadanya sejak pertama kali bertemu.

Dean berulang kali mendekatinya, tetapi Irene selalu mengabaikannya. Disisi lain, Kevin juga adalah kakak kelasnya di sekolah. Pria itu sangat populer karena jabatannya sebagai ketua OSIS. Dia banyak digandrungi oleh gadis-gadis di sekolah bahkan terlihat sangat dekat dengan sekretaris OSIS. Karena tidak mau kehilangan Kevin, dengan cepat Irene menyatakan perasaannya. Namun sayangnya, Kevin tidak memberikan jawaban dan malah menggantung Irene.

Di saat seperti itu, Dean selalu hadir untuk Irene dan menjadi sahabat untuk gadis itu. Akankah Dean bisa benar-benar memenangkan hati Irene? Atau malah Irene hanya menjadikannya sebagai pelampiasan?

chap-preview
Free preview
Selamat datang Kehidupan SMA
Kediaman Keluarga Hanendra Pagi ini sangat cerah. Terlihat tiga orang anggota keluarga sedang duduk dengan khidmat menyantap sarapan mereka. Mereka belum menyadari bahwa ada satu lagi anggota keluarga mereka yang belum berkumpul diantara mereka. Tiba-tiba, jam sang tangan sang kepala keluarga berbunyi sambil menunjuk pukul tujuh tepat. Dia langsung mematikan suara jam tangannya dan melanjutkan sarapannya. Tak lama, sebuah suara mengalihkan perhatian mereka bertiga. “Selamat pagi, om dan tante!” suara seorang pria muda mengalihkan perhatian ketiganya. “Kevin? Kamu sudah datang sepagi ini. Ada apa?” tanya Ruth sebagai nyonya di keluarga Hanendra. “Irene sudah selesai? Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur PLS, tan.” Jawab Kevin membuat Ruth melihat kearah suami dan putri bungunya Genie. Mereka ternyata tidak sadar kalau Irene tidak bersama mereka dan kemungkinan masih tidur. “Masuknya hari ini, ya? Waduh! Genie! Panggil kakakmu itu diatas!” perintah Ruth pada putri bungsunya hanya diangguki oleh Genie. “Aduh maaf ya, Vin. Kami lupa kalau Irene masuknya hari ini. Kami pikir, dia masuknya Minggu depan samaan dengan Genie. Ternyata kami lupa kalau Genie masih SMP. Hehehe,” cengir Othman, papa dari Irene dan Genie. “Oh, begitu ya, om. Ya sudah, saya boleh duduk sambil menunggunya?” tanya Kevin. “Silakan saja! Kamu ini selalu sungkan! Anggap saja seperti rumah sendiri.” ujar Ruth pada Kevin. Ya, dia langsung duduk di sofa ruang tamu untuk menunggu Irene bersiap. Bisa dibilang, terlambat adalah kebiasaan Irene. Keluarga Hanendra sudah mengenal keluarga Kevin sejak kecil. Ruth dan Magda, ibunya Kevin sudah berteman sejak SMA. Sampai menikah pun mereka tetap menjalin tali persahabatan antar satu sama lain. Jadi kalau Kevin main kesini sudah biasa bagi mereka. Dari kecil dia juga sering menginap dan bermain dengan Irene disini. Sementara itu… “Woy kebo! Bangun woy!” Genie menggoncang-goncang badan Irene yang masih memeluk gulingnya. “Kak Kevin~” gumam Irene gak jelas membuat Genie gerah dan langsung menimpuk kakak perempuannya itu dengan bantal. Setelah kena timpuk, Irene langsung terbangun dan menatap kesal pada Genie. “Apaan sih?” tanya Irene kesal. “SEKOLAH WOY! ITU PANGERANMU DAH NUNGGU, g****k!” teriak Genie membuat Irene teringat kalau hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. Dia keenakan karena sudah terlalu lama liburan. “Astaga! Jam berapa ini?” tanya Irene panik. “Jam 7, g****k! Waktumu tinggal setengah jam lagi. Mungkin sepuluh menit lagi kak Kevin cabut tuh! Wek!” jawab Genie diakhiri dengan ejekan pada kakaknya itu. “Apa?! Aku harus cepat!” Irene langsung lompat dari ranjangnya dan bersiap-siap. Dia sangat kalap bukan main saat tahu Kevin sudah menunggunya. Dia berusaha untuk siap sekilat mungkin. Untung saja, pakaian dan bukunya sudah siap. Salahkan drama Korea yang terlalu asyik yang membuatnya lupa waktu dan begadang semalaman untuk marathon. Dengan gerakan super sigap, akhirnya Irene selesai dan turun kebawah. Dia hanya tinggal mengikat rambutnya dan memakai bedak tabur tipis ke wajahnya. Dia ini sangat cantik walau dengan penampilan polosnya. Dia juga tinggi dan badannya ideal. Dari SMP sudah banyak yang menyatakan cinta padanya. Tapi sayang, hatinya hanya untuk Kevin seorang. “Aku selesai, kak!” Irene turun dan menghampiri Kevin dibawah. “Hobi banget telat ya. Dasar kamu ini, ya! Kalau telat lagi, gak bakalan kakak jemput. Kakak rela menunggu karena ini adalah hari pertama buatmu. Mengerti?” tegur Kevin dibalas anggukan semangat oleh Irene. “Oh iya, Papa! Mama! Genie! Aku berangkat ke sekolah dulu ya! Jangan merindukanku!” pamit Irene setelah memberi salim kepada kedua orang tuanya. Setelah kepergian Irene, Genie malah mengejek sambil berguman,”Pandai banget ya kak Irene membuat kak Kevin berjanji untuk menjadi ojek gratisnya pergi ke sekolah. Kita gak semiskin itu kan, ma?” “Hei, jangan begitu! Mereka teman dari kecil dan hal itu wajar. Kevin juga sudah punya SIM dan bawa mobil. Mana asyik naik mobil sendirian. Ihh! Gemas deh, pengen jodohin mereka.” Balas Ruth dengan nada gemas. “Mama malah dukung anaknya pacaran padahal masih bocah.” Kesal Genie dengan nada sok dewasa. “Bukan mendukung, tapi kalau ada di depan mata, ngapain cari yang lain.” Tambah Othman sang ayah sambil ber-cas dengan istrinya kompak. “Hidih!” Genie malas melihat reaksi kedua orang tuanya dan memilih masuk. Disisi lain… Kediaman Keluarga Wijaya “Dean! Kamu ini kalau gak mau sekolah, langsung mama nikahkan, ya!” teriak Elly mengguncang tubuh anak semata wayangnya itu. Dia belum juga bangun walaupun waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat. “Eumm… nikahkan aja, Ma! Pilih yang cantik ya, kayak Hinata-chan.” Gumam Dean sambil memeluk gulingnya yang bergambar waifu. Mendengar jawaban sang anak, membuat Elly kesal dan beranjak ke kamar mandi. Wanita paru baya itu mengambil segayung air sambil menyiram wajah anaknya yang kelewat manja itu. ‘BYUR!!’ “Aduh, tsunami!” Dean langsung terbangun sambil dengan wajah panik. Dia kemudian melihat kearah sang ibu yang sudah sangat kesal padanya. “Cepat siap-siap! Kamu harus sekolah, anak nakal!” suruh Elly menarik putranya dari ranjang. “Iya, Ma! Ampun!” Dean mengalah dan langsung melangkah ke kamar mandi sambil mengacak rambutnya kesal. Padahal tadi dia sedang bermimpi indah bertemu dengan waifunya. Dan hari ini adalah dimana dia harus kembali ke dunia belajar yang menurutnya sangat membosankan. Dengan malas, dia bersiap-siap tanpa memedulikan waktu. Sekolahnya akan masuk pukul delapan tepat. Dan ini sudah pukul tujuh tiga puluh. Perjalanan dari rumah ke sekolah memakan waktu hampir setengah jam. Entahlah, Dean juga sama sekali tidak peduli kalau pun dia terlambat. “Aduh! Anak ini! Bawa ini bekalmu!” Elly saat Dean sudah keluar dengan seragamnya yang dipakainya ngasal. “Kebiasaan kamu semakin buruk, ya Dean!” tegur Eddy sang ayah membuat Dean memutar malas bola matanya. “Ma, Pa, aku pergi dulu. Kita lihat saja ya, aku gak bakalan terlambat kok!” ujar Dean sambil mengambil kunci motor besarnya. Melihat itu, Eddy langsung berdiri dan berteriak,”Nak, kamu belum punya SIM! Papa antar aja!”. Tapi sayang, sang anak sama sekali tidak memedulikan perkataan ayahnya. “Sudah kuduga.” Gumamnya kesal lalu kembali duduk. “Sudahlah sayang, lagipula peraturan pemerintah tidak sekaku itu. Asalkan dia mengenakan helm dan berkendara aman.” Istrinya berusaha mendinginkan suasana hati sang suami. “Itu dia masalahnya! Dean mana pernah bawa kereta dengan aman. Selalu kayak kesetanan gitu.” Balas sang suami membuat istrinya tersadar kalau memang sang anak tidak pernah memedulikan apapun apalagi saat membawa motornya. Ya, kedua orang tua ini hanya berharap Dean bisa berhati-hati di jalan dan tidak terjadi apa-apa. Dalam perjalanan ke sekolah, seperti dugaan kedua orang tuanya, Dean memang balap-balap. Dia tidak mau berhenti di lampu merah, makanya dia mencari jalan tikus dengan masuk ke g**g-g**g sempit. Di jalan se-sempit itu pun, Dean masih saja meng-gas motornya. Dia terlalu santai, sampai tanpa sadar, dia nyaris menabrak seseorang. ‘CKIITTT!’ Dean meng-rem paksa motornya yang nyaris menabrak seorang siswi yang bisa dia tebak adalah satu sekolahnya. “Haduh!! Jantungku!” gadis itu masih terkejut dan napasnya tersenggal-senggal karena berpikir bahwa dia memang akan tertabrak. “Sorry! Gue mau cepat nih! Dah mau telat soalnya.” Ujar Dean membuka kaca helmnya lalu menyalakan motornya lalu pergi. Tapi tak sampai beberapa meter, dia berhenti lagi. “Woy! Lo mau bareng gak? Itung-itung sebagai tanda permintaan maaf gue. Lo bakalan telat kalau nunggu angkot di simpang.” Tawar Dean pada gadis itu. Gadis itu masih diam dan memperhatikan kalau memang dia akan terlambat kalau semisal dia naik angkot. Akhirnya dia mengangguk dan naik ke motor gede milik Dean. “Yosh! Pegangan ya! Terserah mau megang besi atau meluk gue. Kita akan sampai tepat waktu.” Ujar Dean lalu meng-gas keretanya. ‘BRUMM!!’ Dean langsung membalap otomatis membuat gadis itu menjerit. “Kyaaa!!! Pelan dong!” teriak gadis itu dari belakang. “Gak bisa! Kita udah telat!” jawab Dean. Karena sedemikian takut, gadis itu memeluk erat Dean dari belakang. Ya, pria itu agak terkejut sih, tapi kalau yang namanya cowok juga senang aja. Mereka pun bergerak cepat menuju SMA Nusa Bangsa. SMA NUSA BANGSA Sebuah mobil mewah memasuki kawasan parkir SMA Nusa Bangsa. Melihat mobil itu, para siswi kelas XI dan XII langsung mengerubungi mobil itu. Mereka tahu siapa yang datang. Ya, mereka selalu begitu saat menyambut Kevin Aldrich Kesuma, sang ketua OSIS. Para gadis gemas sendiri apalagi sang ketua OSIS yang ganteng dan pintar itu masih jomblo. Banyak dari mereka berlomba menjadi pacarnya Kevin. ‘Kok banyak cewek bejibun begini?’ kesal Irene dalam hatinya. “Rene, turunnya hati-hati ya! Mereka banyak banget soalnya.” Kevin mengingatkan dan dibalas anggukan oleh Irene. Seturunnya Kevin dari mobil, pria itu diperebutkan ala idol di sekolah itu. Sedangkan Irene memilih turun belakangan karena tidak mau di massa oleh para siswi yang ganjen menurutnya. ‘BRUMM!! BRUMM!!’ “Geser,epribadeeeh!” teriak Dean membuat para sisiwi yang mengerubungi Kevin minggir karena motor gedenya masuk dengan gak nyantai di sekolah. Dean langsung parkir dan membuka helmnya. Sedangkan gadis yang diboncengnya itu turun dan nyaris saja pingsan. “Oi! Bilang makasih, kek?” Dean berharap. “Saya sudah nyaris mati, tau!” teriak gadis itu langsung pergi. “Nama lo siapa?” tanya Dean sambil teriak soalnya tuh cewek udah main pergi aja. “Rebecca!” balasnya tanpa berbalik. “Ohh!!” Dean hanya mengangguk-angguk. Pria itu pun turun dari motornya lalu mengambil tasnya. Dia agak kesulitan mau masuk karena banyaknya sisiwi-siswi yang sedang berkumpul disini. ‘Ada apa sih ini? Rame-rame kayak lagi pembagian sembako?’ kesal Dean dalam hatinya. ‘BRUKK!’ Dean bertabrakkan dengan seorang gadis. “Haduh! Sorry! Rame banget soalnya.” Gadis itu minta maaf pada Dean dan tatapan mereka bertemu. Tiba-tiba angin berhembus membuat ikatan rambut panjang gadis itu berterbangan. Dean tersenyum tipis memandangi wajah cantik nan indah gadis itu. Tiba-tiba tangan gadis mengancingkan bajunya yang menampakkan kausnya di dalam. “Sorry kalau lancang! Tapi perhatikan sedikit penampilanmu.” Ujar gadis itu sambil tersenyum dan berlalu dari hadapan Dean. Jangan ditanya, Dean masih deg-deg ser sendiri memandangi gadis itu. “Bidadariku” gumamnya sambil memandangi kepergian sang gadis yang tak lain adalah Irene. Tak lama, Irene berbalik lagi dan tersenyum sopan padanya. Ya tentu saja, Dean membalas dengan senyuman pada Irene. “Terkunci! Dia mesti jadi pacarku!” gumam Dean sebagai tekad pada dirinya sendiri. Setelah itu, Dean masuk ke sekolah untuk mengikuti upacara pertamanya di SMA. Tapi sialnya, Dean langsung kena strap karena lupa memakai dasi. Dia harus menghormat bendera sampai jam istirahat dan tidak bisa ikut kelas pertama. Di kelas X-A “Selamat pagi semua, perkenalkan nama ibu Juwita. Mulai sekarang kalian adalah anak didik ibu karena saya adalah wali kelas kalian. Jadi saat ini, ibu mau kalian saling memperkenalkan diri satu per satu, ya.” Bu Juwita memperkenalkan diri pada murid-muridnya. Dia juga menyuruh para murid saling memperkenalkan diri. Setelah memperkenalkan diri, Bu Juwita langsung memulai pelajaran di jam pertama. Tanpa terasa, bel istirahat menjadi kelegaan bagi seluruh murid di sekolah. Para guru keluar dari kelas dan para murid langsung bubar dari meja mereka. Kini Irene membereskan buku-bukunya dan mengambil uangnya untuk jajan ke kantin. “Irene! Kita sekelas rupanya.” Sapa Danael yang adalah teman SMP Irene. “Iya! Seru juga ada lo! Lo itu sangat pintar dan selalu ngasih PR buat gue! Pertahankan ya, prestasi baik lo, Dan!” balas Irene membuat Dana, biasanya dipanggi begitu agak tersinggung. “Eh Marsha! Mau ke kantin barengan?” ajak Irene pada Marsha yang adalah teman sekelompoknya waktu PLS (MOS). “Okay, Rene. Oh iya Danael, senang berkenalan dengan kamu, ya.” Marsha mengiyakan ajakan Irene sambil bertegur sapa dengan Dana. Pria itu hanya tersenyum dan mengangguk singkat pada Marsha. Sejujurnya, dia agak terpesona pada Marsha. Setelahnya, kedua gadis itu meninggalkan kelas dan dia duduk mengambil bekalnya. Dana bukan berasal dari keluarga kaya, atau bisa dibilang pas-pasan. Masuk kesini dia mengandalkan beasiswa, dan dia bertekad harus lulus dengan nilai terbaik disini. Walaupun dia tahu Irene adalah saingannya, tapi baginya pertemanan itu lebih penting. Ya, bersaing sehat sajalah. “Eh, dia kan yang tadi gue jumpa diparkiran.” Irene bergumam saat melihat Dean masih dilapangan di tengah terik panas tetapi guru belum juga puas menghukumnya. “Kamu kenal?” tanya Marsha pada Irene. “Gak juga. Pasti bakalan kenal juga, sih. Namanya juga satu sekolah.” Jawab Irene sambil menggidikkan bahunya lalu melanjutkan perjalanan menuju kantin. Dean masih belum berhenti di hukum. Jujur, saat ini dia sangat lapar dan haus. ‘Dasar guru BK s****n! Kalo gue mati gimana coba? Masa cuma gak pake dasi doang dihukumnya begini?’ rutuk Dean dalam hatinya. Dia ingin guru BK yang tadi menghukumnya segera mungkin mengampuninya dan membiarkannya makan siang dan minum. “Dean Alvaro Wijaya!” panggil pak Ranto sang guru BK yang terkenal tegas. ‘Akhirnya…!’ Dean bersyukur karena merasa Tuhan menjawab doanya saat ini. “Jangan ulangi lagi kesalahanmu, ya! Biasanya siswa/i baru jarang melakukan yang seperti ini. Mereka terlalu bersemangat untuk hari pertama, bukannya malah melanggar peraturan sekolah. Kamu tidak akan lolos kalau kamu melanggar peraturan, bahkan menjelekkan nama sekolah di luar sana!” Pak Ranto mengingatkan. ‘Idih! Serem banget dah! Gue gak bakalan macam-macam lagi.’ Dean begidik ngeri dalam hatinya. Dia mengangguk dan langsung mengambil tas seperginya pak Ranto.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook