bc

My Guardian My Prince

book_age18+
105
FOLLOW
1K
READ
tomboy
powerful
princess
twisted
bxg
royal
secrets
sentinel and guide
reckless
bodyguard
like
intro-logo
Blurb

Tidak ada manusia yang bisa merubah takdir, namun manusia bisa merubah nasib. Seburuk apa pun nasib, bisa kita ubah asalkan dengan niat yang baik.

-Dera-

Pantaskah jika aku mencintaimu? Aku hanya bisa mencintaimu dengan cara melindungi mu.

-Rayen-

Kisah seorang putri dari sebuah kerajaan, karena peperangan yang terjadi dia harus di pisahkan dari orang-orang terkasihnya. Apakah dia akan kembali menemukan kebahagiaannya? Temukan jawabannya di sini.

Cover by: Lana media

chap-preview
Free preview
Bab. 1 Dera
“Kak, Dera!” teriak salah seorang anak gadis berambut panjang. “Mila, jangan lari nanti kalau jatuh sakit,” ucap Dera. Dera adalah seorang gadis cantik berambut hitam legam namun dia sangat tomboi, dia besar di sebuah panti asuhan selama hampir dua puluh tahun, setelah usianya menginjak sembilan belas tahun dia memutuskan untuk pindah dari panti dan menetap di sebuah apartemen sederhana yang dia beli dengan hasil usahanya membuka sebuah kafe. Dia anak yang cerdas, melewati pendidikan sekolah dasar hanya dengan tiga tahun dan SMP dan SMA hanya dua tahun, tak heran jika di usia saat ini dia sudah mempunyai sebuah kafe miliknya sendiri dan bisa membantu kebutuhan di panti. “De, kamu libur, Nak?” tanya seorang wanita paruh baya. “Tidak, Bu. Aku titipkan kafe sama sekretaris ku,” ucap Dera. “kamu istirahat dulu sana, adik-adikmu sangat senang atas kedatanganmu.” “Aku mau menemui anak-anak, Bu. Soalnya setelah ini aku mau langsung balik lagi ke kafe,” ucap Dera dan beranjak pergi menemui anak-anak panti. “Terserah kamu saja, Nak.” “Ayah, Ibu. Di mana pun kalian berada saat ini, aku sangat merindukan kalian, tidaklah kalian rindu padaku?” batin Dera saat dia bermain bersama anak panti lainnya. Dera menghabiskan waktu siang dengan mengunjungi tempat di mana dia di besarkan dengan penuh kasih sayang meski itu bukanlah keluarganya sendiri, namun baginya itu adalah anugerah Tuhan karena dia masih di beri kesempatan untuk hidup di dunia ini. Setelah sore hari Dera pamit pada Ibu panti untuk kembali ke kafe, dia mengendarai motor sport miliknya. Saat sampai di sebuah taman Dera berhenti dan melihat burung-burung, entah anugerah atau apa Dera bisa tahu apa yang para burung itu inginkan, menurutnya itu hanya sebuah kebetulan saja. “Hai, Nona!” sapa seseorang pada Dera. “Siapa kamu?” tanya Dera. “Aku hanya seseorang yang sedang bosan karena tidak ada teman bicara,” ucapnya. “Dasar aneh,” ucap Dera seraya pergi, namun baru beberapa langkahnya Dera berhenti dan berbalik. “Tunggu, sepertinya aku pernah melihatmu! Tapi di mana? Apa kita pernah bertemu sebelumnya, Tuan?” tanya Dera. “Entahlah, mungkin saja,” ucap pria itu. “Dasar aneh,” gerutu Dera seraya pergi. “Nona, namaku Rayen. Tolong ingat itu,” ucap pria bernama Rayen itu. “Terserah Anda,” ucap Dera yang sudah menaiki motornya. “Anda sudah besar, Nona. Aku berjanji akan selalu melindungi mu dengan cara apa pun,” ucap Rayen seraya memandangi kepergian motor Dera. Dera mengendarai motornya dengan perlahan, dia memikirkan siapa pria tadi? Sepertinya mereka pernah bertemu. “Sepertinya aku memang pernah melihatnya, tapi di mana? Ah, sudahlah tak penting juga,” batin Dera. * Malam telah tiba terlihat seorang pemuda sedang duduk di balik kemudi mobilnya yang terparkir di depan sebuah kafe, seraya tersenyum mengawasi gadis yang ada di dalam kafe tersebut. Yah, dia adalah Rayen yang sedang memperhatikan Dera, Dera yang merasa ada yang mengawasi dirinya pun menoleh ke arah mobil Rayen dan menghampirinya. Rayen hanya tersenyum ketika dia menyadari jika Dera menghampirinya, bukannya pergi Rayen malah keluar dari mobilnya dan melambaikan tangan seraya tersenyum pada Dera. “Anda lagi, Tuan! Kenapa anda diam di sini dan mengawasi ku? Apa tujuan anda sebenarnya? Apa Anda ingin membawaku kabur? Atau Anda ingin menghancurkan kafe ku? Tapi sebelum itu semua terjadi aku akan menghajar anda lebih dulu,” ucap Dera panjang lebar, dan Rayen hanya tersenyum melihat Dera mengajukan rentetan pertanyaan itu. “Nona Dera yang cantik, meskipun Anda tidak ada anggun-anggunnya, semua tuduhan yang anda tanyakan itu tidak ada yang ben-,” “Tunggu dulu, dari mana kamu tahu namaku? Wah, jangan-jangan kamu selama ini membuntuti ku, ya?” ucap dera memotong ucapan Rayen. “Aku belum menyelesaikan ucapan ku, Nona kenapa Anda memotongnya?” ucap Rayen. “Terserah kamu saja. Cepat katakan siapa kamu sebenarnya dan apa mau mu?” tanya Dera. “Aku tahu namamu sejak kamu masih kecil, dan aku adalah jodohmu,” ucap Rayen seraya tertawa. “Maaf Tuan Rayen yang terhormat, tak sudi aku punya jodoh sepertimu, orangnya tidak jelas.” “Nona jangan seperti itu, aku hanya bercanda. Aku tahu siapa kamu sebenarnya dan aku sangat mengetahui tentang dirimu,” ucap Rayen. “Tidak penting, pergi sana dan jangan muncul lagi di depanku,” ucap Dera dengan ketus. “aku tidak bisa janji, Nona. Karena dimana pun Anda berada, di situ pula aku berada.” “Terserah,” ucap Dera. “Dan satu lagi Tuan, Rayen. Jangan panggil aku Nona, namaku Dera bukan Nona.” Rayen tersenyum melihat kepergian gadis itu. “Setelah ini kamu akan tahu siapa sebenarnya dirimu, Dera,” ucap Rayen. Setelah kepergian Rayen, Dera sangat kesal dengan tingkah aneh orang itu, seraya membereskan semua tumpukan kertas di meja kerjanya, dia bergegas pulang dan meninggalkan kafenya seperti biasa, sekretarisnya yang akan menutup kafe miliknya. Dera memacu motornya dengan kecepatan sedang dia merasa lelah dan ingin segera beristirahat di atas kasurnya, namun hal itu urung dia lakukan kala dia sampai di parkiran apartemen, karena sosok Rayen sudah menunggu di sana. Rayen terlihat berbeda di mata Dera, rambut gondrong sebahunya dikucir dan meninggalkan anak rambut, serta alis tebal dan juga bibir yang merah, badan atletis dan jangan lupakan kaos berwarna abu serta celana jeans yang melekat di badannya sangat sempurna menurut Dera. “Astaga apa dia malaikat pencabut nyawa yang menghampiriku?” ucap dera seraya menstandarkan motornya. Setelah dengan saksama meneliti pria tampan yang memainkan ponselnya seraya bersandar di kap mobil, Dera sadar ternyata dia adalah Rayen pria yang sehari ia temui dan sangat menjengkelkan yang selalu muncul tiba-tiba di depannya. “mau apa kamu?” tanya Dera pada Rayen. “Astaga,” ucap Rayen kaget. “Nona Dera bisa anda jangan membuatku terkejut, saya belum siap mati muda, loh.” “Tidak usah, drama. Kenapa sih kamu selalu muncul di depanku? Tidak ada pekerjaan atau memang kamu pengangguran,” ucap Dera. “Saya sudah bilang tadi, dimana pun Anda berada, di situlah saya berada, Nona.” “Terserah, dan tolong jangan terlalu formal begitu,” ucap Dera seraya berbalik ingin pergi, namun gagal karena pergelangan tangannya di tarik oleh Rayen dan menyeretnya masuk ke dalam mobilnya. “Rayen apa-apaan kamu? Kamu mau bawa aku ke mana?” tanya Dera. “Ikut saja. Dan tenang aku tidak akan macam-macam, mungkin hanya satu macam saja,” ucap Rayen seraya tersenyum tipis. Bugh! Satu pukulan mendarat di pipi putih Rayen, dan Dera lah pelakunya. “Dera!” “Apa? Mau lagi, hah?” ucap Dera seraya mengepalkan tangannya di depan wajah Rayen. “Astaga, kamu ini seorang putri tapi penampilan dan pukulan mu seperti tentara perang,” ucap Rayen. “Iya, aku seorang putri, putri pukul dan kamu sudah merasakan pukulan ku, jadi jangan macam-macam denganku,” ucap Dera seraya membuka pintu mobil, namun tak berhasil Rayen menguncinya. “Setelah kamu memukulku kamu mau pergi begitu saja, Nona?” ucap Rayen seraya masih memegangi pipinya yang terasa panas. “Makanya jangan sembarang membawa anak orang, kamu pikir aku apa tiba-tiba main tarik-tarik?” “Memang kamu anaknya siapa?” tanya Rayen geram. Seketika air muka Dera berubah sayu akan pertanyaan Rayen, “ya, kamu benar, aku ini anaknya siapa? Hanya anak yang tak di inginkan oleh orang tuanya hingga dia di buang di panti,” ucap Dera. Rayen merasa bersalah atas apa yang barusan dia katakan, “ maaf, Dera. Aku tidak bermaksud seperti itu, ak-.” “Sudahlah lupakan, ayo kita pergi kamu mau mengajakku ke mana?” ucap Dera. “Ya, baiklah kita pergi.” Suasana di dalam mobil tampak sunyi, sesekali Rayen melirik ke arah Dera yang tengah asyik melihat keluar jendela, perasaan bersalah menyelimuti hari Rayen. Dia menyesal menanyakan hal seperti itu. “Dera, aku minta maaf. Jika tadi ucapku menyinggung perasaanmu,” ucap Rayen. “Hm,” gumam Dera. Dan keadaan kembali hening. Perjalanan menuju tempat Rayen membawa Dera memakan waktu tiga puluh menit, hingga tanpa terasa Dera terlelap dalam tidurnya. Setelah sampai di tempat tujuan Rayen berusaha membangunkan Dera, namun tak ada respons dari Dera, Rayen hanya tersenyum melihat wajah ayu Dera, terlihat tenang saat dia tertidur. “Aku harap dengan aku membawamu ke tempat ini akan memberimu petunjuk siapa jati dirimu yang sebenarnya, Dera. Agar aku bisa lebih mudah menjelaskan tentang semua ini kepada mu, maafkan aku, maaf,” ucap Rayen seraya merapikan rambut Dera. Hampir satu jam mobil Rayen sampai di sebuah bukit nang asri, dan saat itu pula Dera terbangun dari tidurnya, saat ia membuka mata pandangan pertama yang dia lihat adalah wajah damai Rayen yang tengah terlelap di sampingnya. “Astaga! Apa aku tadi tertidur?” ucap Dera. “Hei, Rayen. Bangun,” ucap Dera seraya memukul pelan pipi Rayen. “Eh, Dera? Kamu sudah bangun?” tanya Rayen. “Belum aku masih tidur,” ucap Dera ketus. Rayen menyunggingkan senyumnya seraya mengusap pucuk kepala Dera, “Iya jika ini mimpi aku tak mau bangun.” “Hoi, sadar!” bentak Dera. “Iya, Nona. Jangan marah-marah nanti cepat tua,” ucap Rayen seraya membuka pintu mobil. “Dasar, anak siapa sih ini?” gerutu Dera. “Ayo turun,” ucap Rayen setelah membukakan pintu mobil untuk Dera. Saat turun Dera tertegun melihat pemandangan di depannya, sebuah bukit dengan indahnya gemerlap lampu, dan juga bintang-bintang di langit yang begitu cerah. Seumur hidupnya, Dera hanya beberapa kali menikmati indahnya malam. Waktunya dia habiskan untuk belajar dan bekerja untuk menghidupi dirinya juga untuk membantu kebutuhan panti. Tak ayal jika saat ini dia sangat terpesona oleh indahnya alam yang sangat indah ini. Tak henti-hentinya ia tersenyum seraya menutup mata dan merentangkan kedua tangannya agar badannya bisa merasakan kesejukan ini. Dan hal itu tak luput dari perhatian Rayen, dia tersenyum melihat Dera tersenyum, selama ini dia tahu Dera selalu bekerja keras untuk dirinya dan panti. Sedari dulu Rayen hanya memperhatikan Dera Dari jauh, setelah Dera dewasa dia baru menampakkan dirinya di depan Dera. “Eh, Rayen kenapa kamu membawaku kemari?” tanya Dera. “Entahlah, hanya ingin saja.” “Selalu tidak jelas. Dasar pria aneh,” cibir Dera, Rayen hanya tersenyum. Malam semakin larut, setelah puas menikmati indahnya alam di malam hari mereka berdua memutuskan untuk pulang. Rayen mengantarkan Dera ke apartemennya, selama perjalanan pulang suasana tak sehening waktu berangkat, terkadang Dera bertanya tentang Rayen, dan Rayen menjawabnya dengan singkat, hal itu membuat Dera kesal. Sesampainya di apartemen Dera, mereka turun dan salin diam saat Dera keluar dari mobil. “Tidak mau menawari aku mampir?” ucap Rayen memecahkan keheningan. “Tidak, sudah malam tidak baik seorang pria bertamu ke tempat gadis,” ucap Dera. “Baiklah, sebelum aku pergi, ulurkan tangan kananmu,” ucap Rayen. Hal itu membuat Dera menautkan kedua alisnya. “Sudah tidak usah heran, sini tanganmu.” Tanpa persetujuan dari Dera, Rayen memegang tangan Dera, dan melepas gelang permata merah di pergelangan tangan Dera. “A-apa yang kamu lakukan? Si-siapa kamu sebenarnya?” ucap Dera gugup. Pasalnya Dera sering mencoba mencopot gelang miliknya namun tidak pernah berhasil, bahkan memotong dengan gunting atau pisau pun tidak bisa, dia heran terbuat dari apa tali gelangnya itu, karena di mata Dera gelang itu hanya terbuat dari kain berwarna coklat. Namum ini, Rayen dengan mudah melepaskan gelang tersebut dengan mudah tanpa alat apa pun. “Rayen! Siapa kamu sebenarnya?”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
4.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook