Pagi harinya Naka terbangun dan ia langsung menghela napas panjangnya. Dengan jelas ia ingat apa yang sudah ia lakukan pada Dira. Pria itu merasa sangat bersalah karena telah melanggar janjinya sendiri. Bahkan, bagaimana Dira menangis semalaman sebelum pada akhirnya perempuan itu tertidur karena lelah.
Danapati Bayanaka bukanlah penganut seks bebas meskipun dia lama tinggal di luar negeri untuk menempuh pendidikannya. Tadi malam merupakan malam tersialnya karena salah satu temannya telah menjebaknya dengan memberikan obat perangsang ke dalam minumannya. Oleh karena itu, kesialan itu membuat ia segera pulang karena ia tidak ingin membuat masalah dengan menyentuh perempuan yang bukan istrinya.
Mengingat kata istri, ia pun langsung menoleh ke samping dan tidak mendapati Dira di sampingnya. Naka pun lantas meraup wajahnya dengan kasar sebelum ia bangun dari ranjangnya. Kemudian ia mengenakan celana pendek yang ada di lemari pakaiannya. Setelah mengenakannya ia pun bergegas mendekati nakas kembali untuk mengambil ponselnya.
“Selidiki siapa semalam yang udah berani menjebak aku!” pinta Naka pada Danar setelah panggilannya direspon oleh asistennya tersebut.
“Baik, Pak,” jawab Danar.
Meskipun Naka sudah sangat yakin jika yang menjebaknya adalah Mita, ia tetap harus mencari bukti kuat agar perempuan itu tidak bisa mengelak. Apalagi Naka juga curiga jika ada dalang di balik model perempuan itu.
Kemudian tanpa sengaja mata elang Naka melihat ada noda darah di spreinya. Ia pun lantas kembali menghela napas panjangnya. Tiba-tiba saja ia merasa sebagai laki-laki brengseek. Meskipun sebenarnya Dira halal untuk dia sentuh, tetap saja cara yang Naka lakukan semalam salah. Di dalam hati pria itu sebenarnya juga terselip sebuah rasa bangga karena ia merupakan laki-laki pertama yang menyentuh Dira.
Setelah mengakhiri panggilannya, ia pun berjalan untuk memasuki kamar mandi yang terletak di sudut kamar. Ia membersihkan dirinya sambil memikirkan apa yang akan ia katakan kepada Dira nanti. Jika boleh jujur, sebenarnya Naka malu untuk bertatap muka dengan Dira. Tadi malam adalah pengalaman pertama yang ia lakukan, dan tentu saja itu membuatnya merasa canggung. Namun, ia harus segera membicarakan masalah ini dengan Dira agar tidak berlarut-larut dan terjadi kesalahpahaman.
Selesai mandi, Naka segera berganti pakaian dan keluar dari dalam kamarnya. Ia pergi ke dapur untuk mencari istrinya karena sudah menjadi kebiasaan perempuan cantik itu untuk menyiapkan sarapannya.
Benar saja, perempuan cantik itu tampak sibuk menyiapkan sarapan. Rambut panjang Dira juga masih terlihat lembab. Tentu saja melihat itu Naka kembali merasa bersalah.
Kemudian ia pun duduk di tempat yang biasa dia duduki dan menunggu Dira hingga selesai. Tak berapa lama Dira pun akhirnya selesai dan duduk di seberang Naka. Biasanya perempuan itu duduk tepat di samping suaminya, tapi tidak dengan sekarang. Dira seakan menjaga jarak dengan Naka dan tentu membuat pria itu hanya bisa diam. Ia tahu apa yang Dira pikirkan saat ini. Mungkin saja perempuan itu sangat membenci dirinya dan di dalam hati sedang memakinya saat ini.
“Mau sarapan pake apa?” tanya Dira bernada dingin.
Melihat ada perubahan sikap pada diri sang istri, tentu membuat Naka tidak terkejut. Sekarang, istri mana yang tidak akan marah jika dipaksa untuk melayani suaminya. Apalagi pernikahan mereka bukan pernikahan biasa dan sudah ada perjanjian sebelumnya, tentu saja wajar jika Dira marah kepadanya.
“Roti aja pake selai kacang,” jawab Naka.
Mata Naka tampak tidak berkedip. Pria itu terus saja menatap ke arah perempuan yang duduk di seberangnya dalam diam. Meskipun Dira tidak mau melihat ke arahnya tetap saja Naka tidak mengalihkan pandangannya.
Setelah menyodorkan piring yang berisi roti dengan olesan selai kacang pada Naka, Dira kembali fokus pada makanannya sendiri. Tidak ada lagi pembicaraan hingga mereka berdua selesai sarapan. Pelayan yang melihat ketegangan di antara majikannya itu pun langsung bisa menyimpulkan jika mereka sedang bertengkar. Selama kurang lebih empat bulan menikah ini merupakan kali pertama mereka terlihat saling bersikap dingin.
“Habis ini ada hal penting yang mau aku bicarakan sama kamu,” ucap Naka memberi tahu.
Mendengar itu Dira hanya diam. Perempuan itu tidak menjawab perkataan Naka karena ia tidak mau berbicara jika tidak penting.
Marah? Tentu.
Kecewa? Apalagi.
Sekarang siapa yang tidak akan kecewa dan marah jika dirinya dianggap hanya sebagai pelampiasan ketika sedang mabuk. Apa Naka menganggapnya seperti perempuan bayaran yang biasa dipakai sewaktu-waktu?
Setelah itu Naka langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya. Tak lama setelah itu Dira pun menyusul karena ingin mendengar alasan Naka kenapa tega berbuat seperti itu kepadanya.
Sesampainya di dalam kamar, Dira melihat Naka sudah duduk di sofa menunggu dirinya. Ia pun lantas duduk tak jauh dari pria itu berada. Perempuan itu tampak menatap ke arah Naka yang juga tengah menatapnya. Dira dapat melihat tatapan berbeda dari sorot mata suaminya. Meskipun tatapannya tajam tetap ada kelembutan di dalamnya.
“Aku minta maaf, karena semalam sudah melanggar janji ku sendiri, tapi kamu jangan cemas aku akan bertanggung jawab penuh ke kamu,” ucap Naka mulai membuka mulutnya.
Mendengar ucapan Naka membuat Dira langsung tersenyum sinis. Entah kenapa ia merasa jika Naka seperti menyesal sudah menggauli dirinya semalam. Dira tidak perlu tanggung jawab dari Naka dan jika pria itu memang benar-benar menyesal harusnya ia tidak perlu meminta maaf yang seolah-olah ia tidak sengaja melakukannya.
“Semalam ada yang menjebak ku dengan mencampurkan obat ke dalam minuman ku,” lanjut Naka.
Pria itu merasa harus menjelaskan pada Dira agar perempuann itu tidak salah paham kepadanya. Bagaimanapun ia memang salah karena telah meminta haknya pada Dira secara paksa dan tentu saja itu membuat Dira marah kepadanya.
Dira tampak masih diam mendengarkan penjelasan Naka. Bahkan, sesekali perempuan itu tampak menyunggingkan sebelah sudut bibirnya seakan sedang mengejek Naka. Jika boleh jujur, ia memang tidak suka dengan sikap Naka yang seperti ini.
“Kamu tau apa yang membuat aku kecewa sama kamu?” tanya Dira pada akhirnya setelah lama diam.
“Tau, aku udah melanggar ucapan ku sendiri,” jawab Naka.
“Sekarang kecewa ku bertambah satu lagi, apa kamu mau tau?” tanya Dira lagi.
“Tentu …! Katakanlah supaya aku bisa memperbaikinya. Aku nggak mau kita diam ketika ada sesuatu yang mengganjal. Semua harus dibicarakan agar nggak terjadi salah paham. Kita bukan cenayang yang harus menebak isi hati dan pikiran pasangan kita,” ucap Naka dengan panjang lebar.
Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pria yang duduk tak jauh dari dirinya membuat Dira tampak berpikir. Apa yang dikatakan oleh Naka memang ada benarnya. Di dalam sebuah pernikahan atau hubungan apa pun itu, yang terpenting adalah adanya komunikasi yang bagus dan tentunya harus dua arah. Jangan sampai komunikasi terjadi hanya satu arah saja karena itu tidak akan mendapatkan solusi, menurutnya.
“Aku kecewa banget setelah kamu minta hak dengan paksa kamu malah minta maaf dan seakan nyesel. Apa aku ini kayak perempuan bayaran yang biasa dipakai sewaktu-waktu, gitu?” tanya Dira.
Kali ini suara Dira sudah setingkat lebih tinggi dari pada sebelumnya. Jika boleh jujur, saat ini ia ingin berteriak sekencang-kencangnya tepat di depan muka Naka agar pria itu tahu sebesar apa emosinya.
Naka tampak terkejut mendengar perkataan yang baru saja keluar dari mulut istrinya. Ia tidak pernah menduga jika Dira bisa sampai memiliki prasangka seperti itu. Tentu saja ini harus segera dia luruskan agar tidak semakin melebar ke mana-mana, menurutnya.
Mata Naka juga melihat bagaimana saat ini Dira memandangnya. Ada kilat amarah yang terlihat di dalam sorot mata perempuan itu. Ia harus segera memadamkan kilatan itu sebelum semakin membesar menjadi sebuah kobaran api.
“Bu … bukan begitu. Aku sama sekali nggak punya pikiran seperti itu. Kamu itu istri ku, ingat istri sah ku dan selamanya akan tetap jadi istri ku dan aku minta maaf karena aku nggak bisa pegang ucapan aku, Ra. Tolong kamu ngerti! Bagi ku laki-laki itu yang dipegang ucapannya,” ucap Naka mencoba menjelaskan dengan perlahan berharap Dira bisa mencerna ucapannya.
Serba salah? Tentu.
Kaget? Sudah pasti.
Siapa yang tidak kaget ketika maksudnya telah di salah artikan terlalu jauh seperti ini. Bukan maksudnya seperti yang Dira katakan. Memang benar kata orang jika perempuan itu adalah makhluk paling unik.
“Aku lebih memilih pulang karena ada perempuan yang halal untuk aku sentuh yaitu kamu, istri sah ku,” lanjut Naka.
Dira tampak terdiam mendengar penuturan dari suaminya. Kali ini tatapan perempuan itu sudah berubah. Naka sudah tidak melihat lagi kilatan amarah di dalam sorot mata perempuan yang duduk tidak jauh darinya.
“Selama ini aku berusaha menahan semua hasrat ku karena aku nggak ingin membuat kamu kecewa. Aku ingin mendapatkan hak ku sebagai seorang suami kalau kamu bersedia memberikannya dengan tulus dan aku nungguin itu,” tambah Naka.
Ketika mengatakan itu Naka tampak menggeser duduknya mendekati Dira. Ia ingin berbicara dari hati ke hati agar perempuan itu tidak salah paham lagi terhadap dirinya.
Dira tampak masih terdiam dan tetap setia mendengarkan penjelasan dari suaminya. Bahkan, ketika pria itu meraih tangan untuk dia genggam, ia hanya diam tak bereaksi apa-apa. Dira seakan pasrah dengan apa yang sedang dilakukan oleh Naka kepada dirinya.
“Asal kamu tau, aku menyukai kamu sejak kita masih sering main bersama dulu, kamu adalah cinta pertama ku, Ra,” tambah Naka.
Deg …!
Apa yang baru saja dikatakan oleh Naka membuat Dira pun tercengang. Perempuan itu tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Apa benar yang dikatakan oleh Naka sama dengan apa yang masuk ke dalam telinganya?
“Sekarang kamu sedang bercanda, kan?” tanya Dira dengan lirih.
Bahkan, ketika mengatakan itu suaranya terasa berat untuk keluar. Rasanya ada yang menyangkut di dalam tenggorokannya. Kali ini ia tidak ingin larut ke dalam kejahilan Naka. Ya … pria itu dari dulu selalu suka menjahili dirinya. Bahkan, tak tanggung-tanggung ketika Naka sedang mengerjai dirinya.
Dira merasa jika Naka sedang menge-prank dirinya. Ia tidak boleh hanyut ke dalam permainan Naka yang nantinya bisa membuat hatinya terluka lebih dalam lagi.