13. Perasaan

2100 Words
Alina menatap lekat pada wajah memerah Melodi yang hanya diam tanpa mau mengatakan apapun atau memandang dirinya sedikit pun. Membuat Alina menatap dengan perasaan khawatir. "Nona, jika saya boleh tahu ada apa? Kenapa nona menangis seperti ini?" Tanya Alina dengan perasaan khawatir. "Tidak ada yang percaya pada ucapanku Alina, tidak ada yang mempercayai aku. Hiks. Hiks aku sendirian Alina, aku sendirian," Isak tangis Melodi pada akhirnya terdengar juga saat gadis mungil itu semakin terisak pilu. Melodi menubruk tubuh mungil Alina, di peluknya tubuh Alina sambil terisak pilu. Melihat keadaan Melodi membuat Alina ikut merasakan rasa sedih yang sama, di peluknya tubuh Melodi yang tengah bergetar hebat kali ini. "Tidak nona. Kau tidak sendirian, masih ada aku di sini yang akan selalu mempercayai dirimu," Lirih Alina semakin mempererat memeluk tubuh mungil Melodi. "Tolong aku Alina. Tolong, bebaskan aku dari pernikahan ini. Pernikahan yang akan aku sesali seumur hidupku," Mohon Melodi semakin menangis. "Nona. Sebenarnya ada apa? Kenapa nona menolak pernikahan ini, apa sebabnya nona?" Tanya Alina merasa sangat bingung. "Kau tahu Alina. Kakak ku saja tidak mempercayai aku, lalu aku harus meminta pertolongan kepada siapa? Siapa Alina," Lirih Melodi. "Nona kau salah. Pak Daniel pasti sangat mempercayai nona, nona tidak boleh berpikir buruk tentang pak Daniel, saya yakin jika pak Da...? Astaga Nona ini apa?" Tanya Alina saat tanpa sengaja selendang yang di pakai Melodi terlepas sedikit menampilkan lengan bagian kiri Melodi yang terlihat bekas cambukan di bagian lengan kecilnya. Membuat Melodi menahan rasa takut kali ini, Melodi menarik selendangnya kembali untuk menutupi luka cambukan yang ada pada lengannya. "I... ni bukan apa - apa kok Alina," Jawab Melodi berusaha untuk tersenyum pada Alina. "Nona bilang ini tidak apa - apa? Tapi ini seperti luka cambukan jika nona tahu. Apa nona sedang menyembunyikan sesuatu padaku, luka ini terlihat masih baru nona?" Tanya Alina bertubi - tubi. Alina kembali membuka penutup selendang Melodi untuk melihat secara detail. "Oh astaga. Alina ini hanyalah luka biasa, sebenarnya tadi saat aku ingin kemari aku tidak sengaja terpeleset dan lenganku mengenai pintu itulah sebabnya lenganku sampai seperti ini," Bohong Melodi berusaha untuk tampil sebiasa mungkin di depan Alina. "Sepertinya jika terpeleset mengenai pintu tidak akan separah ini nona. Apa nona tengah menyembunyikan sesuatu dariku, tolong setidaknya nona jujur padaku?" Tanya Alina dengan perasaan yang masih mengganjal di hatinya." Apa nona di pukul oleh pak Rey?" Tanya Alina curiga membuat tubuh Melodi menegang di tempat. "Ya tentu saja tidak Alina. Mana mungkin Rey berani memukul ku, kau ini konyol sekali," Ujar Melodi berusaha untuk tersenyum geli meskipun hatinya merasa sangat sakit dengan perlakuan Rey pada dirinya." Oh iya, aku baru mengingatnya. Alina jika aku boleh tahu kenapa dengan salah satu matamu. Terakhir kita terpotong karna ada kak Daniel sekarang aku berharap tidak lagi yang menganggu kita," Kata Melodi dirinya berusaha untuk menghindari pertanyaan Alina yang begitu sensitif baginya saat ini. "Sebenarnya aku mengalami hal ini sejak aku masih remaja nona, aku mengalami sebuah kecelakaan tunggal yang menyebabkan salah satu mataku harus seperti ini," Lirih Alina dengan perasaan sedih. "Lalu? Apa kau tahu penyebab dari salah satu matamu?" Tanya Melodi dengan harapan besar kali ini. Ya. Melodi berharap jika Alina lah tersangka yang ia cari. "Lalu sebuah anak panah meleset ke..!! Ucapan Alina terpotong seketika. "Mel," Suara Daniel membuat Melodi menghembuskan nafas kasarnya. Kedua gadis kecil itu menatap ke arah Daniel yang tengah berlari ke arah mereka." Mel tolong maafkan kakak sayang, tidak seharusnya kakak membentak mu tadi. Tolong maafkan kakak ya, kamu mau kan memaafkan kakak mu ini?" Tanya Daniel sambil memeluk sayang tubuh mungil Melodi membuat Melodi pada akhirnya membalas pelukan Daniel pada dirinya. "Kakak tidak bersalah. Mungkin aku sebagai adikmu memang tidak dapat membuat kakak bangga sampai sekarang, tolong maafkan aku kak," Lirih Melodi sambil bersembunyi di balik d**a bidang Daniel, hanya Daniel lah tempat yang paling nyaman bagi Melodi saat ini. Andai saja Rey adalah Daniel mungkin Melodi akan dengan senang hati memeluk Rey setiap harinya. Tapi sayangnya Rey tetaplah Rey dan Daniel tetaplah Daniel selamanya. Tanpa sadar air mata Melodi menetes, Melodi dengan cepat menyembunyikan air matanya. Ia tidak ingin Daniel mengetahui jika ia tengah menangis saat ini, "Ada apa dengan nona Melodi? Kenapa nona Melodi terlihat tengah menutupi sesuatu dari pak Daniel. Bahkan nona Melodi menangis, apa yang tengah nona Melodi pikirkan saat ini?" BATIN Alina pada dirinya sendiri. "Mel. Kakak tahu kau tidak pernah bahagia bertunangan dengan Rey, tapi bisakah kau belajar untuk menerima Rey di dalam hidupmu? Karna sampai kapanpun Rey adalah calon suamimu yang telah di pilihkan oleh kedua orang tua kita," Kata Daniel membuat Melodi dengan cepat melepaskan pelukannya pada tubuh besar Daniel. Air mata Melodi pada akhirnya menetes keluar saat kekecewaan itu kembali ia rasakan, ia kira kakaknya sudah memahami dirinya tapi nyatanya itu hanyalah pemikirannya saja. "Ya, aku akan menerima dirinya kak. Semoga kakak bahagia dengan kehidupanku saat ini. Karna aku baru sadar jika kakakku sendiri tidak pernah sekali pun mencemaskan keadaaan adiknya. Apakah adiknya bahagia atau tidak? Semua tidak akan pernah berarti bagi kakak. Benarkan itu kak?" Ujar Melodi menatap lekat pada kedua mata Daniel yang tengah menampilkan wajah sedihnya. "Pak Daniel apa kau tahu jika lengan Nona Melodi ter....!!! Ucapan Alina harus terhenti saat Melodi menghentikan dirinya. "Oh ya Alina. Aku denger - dengar kau sudah bisa memahami semua pekerjaan yang berada di kantor. Aku ikut senang mendengarnya Alina," Kata Melodi sambil memeluk Alin dengan erat." Tolong Alina. Sembunyikan apa yang sudah kau lihat ini, anggap saja kau tidak pernah melihatnya sama sekali. Anggap saja bahwa noda akan tetap membekas sampai kapanpun, dan aku berharap kau tidak perlu memberitahukan hal ini pada kak Daniel. Sebab kakakku tidak akan mempercayai hal itu Alina, tolong berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan pernah mengatakan apapun. Apapun Alina," Bisik melodi membuat Alina hanya mampu bungkam saat ini. Saat permintaan Melodi seakan begitu sulit bagi Alina untuk mengabulkannya. "Alina. Kau ingin berbicara apa tadi? Lengan? Lengan apa Alina?" Tanya Daniel dengan alis terangkat satu saat pelukan melodi sudah terlepas. "Ah. Itu pak, aku salah bicara tadi," Bohong alina sambil menatap ke arah melodi yang tengah memberikan sebuah senyuman manis pada dirinya. Membuat Alina mengutuk dirinya sendiri karna dengan bodohnya justru mengabulkan permintaan Melodi pada dirinya. ***** Ketiganya tengah menatap ke atas langit. Ya. Saat ini ketiganya tengah duduk di sebuah kursi panjang, Melodi berada di tengah - tengah Daniel dan Alina. Melodi menutup kedua matanya saat bayangan kekejaman Rey terlintas di benaknya. Saat bayangan perlakuan kasar Rey pada dirinya membuat Air mata Melodi hampir menetes tapi gadis itu dengan cepat menahan dirinya sendiri. **** "Apa yang akan kak Daniel lakukan. Jika suatu hari aku sudah tidak berada di dunia ini lagi? Apa kak Daniel akan merindukan aku ataukah kak Daniel akan melupakan aku saat aku sudah tidak berada di dunia ini lagi?" Batin Melodi bertanya pada dirinya sendiri. Apa yang akan Daniel lakukan jika suatu hari ia tidak berada di dunia ini lagi. ***** "Mel. Jika boleh kakak tahu kemana Rey? Biasanya jika dia membawamu pergi kau akan kembali pulang setelah berbulan - bulan dan tumben sekali Rey mengizinkan dirimu untuk menemui kakak?" Tanya Daniel merasa sangat heran saat ia tahu bahwa Rey dengan berbaik hatinya mengizinkan Melodi pulang untuk menemui dirinya. Karna biasanya Rey selalu membawa Melodi pergi tanpa kabar seperti halnya minggu lalu. "Apa. Berbulan - bulan? Kenapa pak Daniel membiarkan nona Melodi pergi selama itu tanpa memberikan kabar sedikit pun pada bapak?" Tanya Alina karna merasa kaget dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Daniel, sang Atasan baiknya itu. "Entahlah Alina. Mungkin saja sifat adikku memang begitu, jika dirinya sudah berada di samping Rey dia akan melupakan kakak kandungnya sendiri dan lebih memilih fokus menatap Rey dari pada menemui kakaknya yang jelas - jelas begitu merindukan dirinya setiap harinya," Kata Daniel sambil menyindir sosok Melodi yang hanya diam tanpa ekspresi saat ini. **** "Bagaimana aku bisa bertemu denganmu kak? Jika aku saja berada di dalam tawanan seorang pria gila seperti Rey. Apa kakak tahu bagaimana perasaan ku? Bagaimana kakak bisa tahu, jika perasaan kakak dan hati kakak sudah tertutup oleh kebaikan Rey. Yang kenyataanya hanyalah sebuah kebohongan belakang," Batin Melodi yang berusaha untuk menahan tangisnya." Apa kakak tahu. Bagaimana tersiksanya aku saat hidup satu atap dengan pria yang memiliki mental terganggu seperti rey? Apa kakak tahu jika Rey adalah pria sakit jiwa. Pria gila yang memiliki dua wajah yang dengan mudahnya menipu semua orang lewat ucapannya," Batin Melodi merasakan rasa sedih dan sakit secara bersamaan. **** "Pak Daniel saya rasa itu tidak mungkin. Saya yakin nona Melodi begitu menghormati anda bahkan sangat menyayangi anda saya yakin itu," Balas Alina mencoba mengubah pemikiran Daniel pada Melodi. "Tidak Alina. Kau itu tidak mengenalnya dengan baik, sedang aku adalah kakak kandungnya tentu aku tahu bagaimana sifatnya. Lihatlah, bahkan Rey tidak tahan melihat sifat manjanya itu," Ungkap Daniel merasa sangat kecewa dengan sikap Melodi pada dirinya. "Pak Daniel kenapa anda justru memarahi nona Melodi. Bukankah pak Daniel begitu merindukan nona Melodi tapi kenapa justru bapak memarahi nona Melodi saat ini?" Tanya Alina merasa sangat bingung akan sikap Daniel pada Melodi yang sangat di luar prediksinya. "Biarkan saja Alina kau hanya membuang - buang tenagamu saja. Karna sampai kapanpun kak Daniel tidak akan mau mempercayai ucapanmu karna hatinya sudah tertutup akan kebohongan dari pria itu. Pria berwujud malaikat tak bersayap dan aku berharap kakak akan tahu kebenarannya. Walau tidak sekarang tapi aku yakin suatu hari nanti kakak akan percaya bahwa Rey bukanlah pria sebaik yang kakak kira. Rey adalah pria yang sa...!!! Ucapan Melodi terpotong oleh suara seseorang. "Maaf jika saya menganggu waktu anda nona. Tapi sepertinya kita harus segera kembali, sebab tuan muda tengah menunggu anda saat ini," Ucap seorang bodyguard membuat Melodi menoleh ke arah pria bertubuh jangkung itu. "Apa harus secepat ini? Di mana Rey?" Tanya Daniel pada sang bodyguard. "Aku di sini Dani. Maafkan aku, aku terpaksa membawa Melodi bersama ku lagi karna aku masih sangat merindukan gadisku, aku harap kau mau mengerti," Kata Rey dengan wajah manisnya membuat Melodi menatap jijik pada sikap pria itu. "Oh tentu saja aku mengerti Rey. Ya sudah, Mel kau baik - baik ya bersama Rey dan kakak harap kau bisa berubah walau tidak sepenuhnya. Dan kakak harap kau bisa jadi seorang tunangan yang baik," Nasehat Daniel membuat Melodi menatap seduh pada Daniel. "Tentu saja kak. Aku akan mengingat akan nasehatmu itu," Ujar Melodi saat tatapan Rey seakan siap menebus jantungnya membuat Melodi berusaha untuk kuat di depan Daniel. Melodi memeluk Daniel begitu erat seakan ini mungkin adalah terakhir bagi dirinya untuk memeluk kakak tercintanya itu," Mungkin ini adalah pelukan terakhir kita kak. Pelukan yang akan selalu aku ingat sampai kapan pun, Aku akan selalu berdoa agar kau selalu bahagia meski tanpa aku di sampingmu. Dan aku berharap kau selalu bahagia kak, karna mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita. Karna mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi," Batin Melodi sambil menghapus air matanya saat ia melepaskan pelukan Daniel pada dirinya. Melodi melangkah ke arah Alina, di peluknya tubuh Alina penuh rasa harap yang amat sangat besar. "Alina. Aku titip kak Daniel ya, jaga dan hibur dia di saat dia tengah bersedih atau sendirian. Tolong jaga kakakku," Bisik Melodi memohon kepada Alina. Melodi melepaskan pelukannya pada Alina," Aku pamit pulang dulu kak. Alina, selamat tinggal," Pamit Melodi saat senyuman tipisnya terbit di wajah cantiknya. Membuat Alina menatap sedih pada sosok Melodi yang seakan tengah menyimpan sebuah luka yang amat sangat besar yang tidak ia ketahui sama sekali. Alina menatap kepergian Melodi yang tengah melangkah pergi di susul Rey di belakangnya, membuat Alina merasa sedikit khawatir saat melihat wajah sedih Melodi yang secara tidak langsung ia tunjukkan pada dirinya. "Alina. Kenapa perasaanku tiba - tiba saja tidak enak, seakan adik perempuanku akan pergi jauh dariku?" Pertanyaan Daniel entah ditunjukkan pada siapa. "Aku juga memiliki perasaan yang amat sama tapi aku juga tidak mampu berbicara apapun pada dirimu. Tolong maafkan aku Pak karna sampai saat ini aku belum bisa berbicara jujur padamu. Sebab nona Melodi melarang keras untuk tetap bungkam di hadapan bapak," Batin Alina merasa sangat menyesal karna tidak bisa berbuat apapun saat ini. "Mungkin itu hanyalah perasaan bapak saja, tapi bisa saja perasaan bapak ada benarnya. Saya pun tidak bisa berbicara apapun sebab saya pun tidak tahu apa - apa pak," Jawab Alina walaupun ia berharap jika Daniel akan paham akan ucapannya itu. "Tidak Alina. Mungkin kau telah salah menilai Rey. Rey tidak seburuk yang kau kira," Balas Daniel menolak dengan keras pemikirannya tentang sosok Rey, membuat Alina hanya mampu menghela nafas lelahnya saja. Benar yang di katakan oleh Melodi bahwa Daniel telah di butakan oleh kebaikan pria itu sendiri. Kebaikan pria itu belum tentu adalah kenyataan karna bisa saja semua itu hanyalah sebuah kebohongan belakang yang berusaha pria itu tunjukkan pada dirinya. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD