Kota itu mendidih pelan. Sejak gudang meledak gas, semua orang kayak kehilangan arah. Bar-bar kecil dipenuhi bisik-bisik yang bikin udara makin sesak. “Lo denger kabar? Dargo masih koma,” bisik seorang pria gempal, tangannya gemetar waktu menuang minuman. “Kalau bos segede dia aja bisa tumbang, berarti ada monster lain di kota ini.” “Monster atau hantu, sama aja. Kita bisa jadi target kapan aja.” Gelak tawa tipis terdengar, tapi bukan tawa senang—lebih ke tawa orang ketakutan. Mereka semua tau, malam ini kota udah bukan milik mafia lagi. Ada pemain baru. — Di kantor polisi pusat, meja rapat bergetar kena pukulan Komandan Suryanto. “Dargo kita temukan pingsan di TKP! Gimana caranya mafia segede itu bisa dilumpuhin, sementara kita yang bersenjata lengkap malah kejebak gas kayak orang

