Setelah tiga minggu berturut-turut Heru membantku. Di minggu yang ke-empat, dia tidak mengantarku, malah Heru dengan kasar menyentakku ke dinding di ujung bangunan kelas 1 C, kelas paling pojok di sekolah tempat kami mengajar. "Kalau kamu ingin mencari perhatian dariku, kita bisa memilih waktu yang tepat. Jangan menggabungkan urusan pribadi dan pekerjaan," ucapnya kesal, lalu meninggalkanku. Hari itu aku ingin marah tapi aku mengalah, karena itu kekuranganku. Heru mungkin berpikir aku gadis penggoda daripada berpikir aku mengatakan kebenarannya. Lalu aku mendengar alasan sebenarnya Heru tidak ingin membantuku lagi, gosip beredar di seluruh sekolah tentang kami dan dia diputuskan kekasihnya karenaku. Aku cukup tahu diri dan merasa bersalah. Selama beberapa minggu aku tidak tersesat berk

