Ancaman John

1139 Words
Hal pertama yang dirasakan Celline saat ia bangun adalah bau desinfektan yang sangat menyengat di indera penciumannya. Perlahan, kelopak matanya bergerak terbuka. Menampakkan netra emas yang lembut dan indah. Celline terbaring di sebuah kamar kecil dengan background warna putih. Sebuah selang infus terhubung di lengan kirinya, menyalurkan nutrisi melalui cairan transparan. Celline mencoba bergerak dan merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit. Terutama bagian perut dan punggung belakangnya. Tangan Celline bergerak merayap, memastikan kondisinya sendiri. Ada sesuatu seperti perban yang dibalut menutupi hampir seluruh perut dan punggungnya. Sesuatu ini terasa lebih keras dan tebal. Kedua mata Celline menitikkan air mata saat ia merasakan rasa perih yang menyengat. Saat ini Celline membuat kesimpulan ia tengah berada di rumah sakit. Di sebuah ruang rawat inap kelas paling rendah. Hal terakhir yang Celline ingat adalah ia terkulai lemas di lantai flat dan menjadi korban dari kemarahan John yang tak terkendali. Cambukan demi cambukan ia terima. Teriakan demi teriakan ia keluarkan. Jeritan demi jeritan ia lakukan. Tetapi tak ada seorang pun yang menolong. Hanya kegelapanlah yang memeluknya dalam pelukan hangat. Menyelamatkan Celline dalam keridaksadaran. Mengingat semua ini, membuat Celline merasakan rasa pedih baru. Dia menatap langit-langit ruang rawat rumah sakit dengan nyalang. Rasa sakitnya masih tak berkurang. Terasa semakin semakin merobek-robek dirinya dengan cara yang paling kejam. Kriek Celline terkejut mendapati pintu kamarnya terbuka oleh seseorang. Tubuhnya semakin menegang taktala dia menyadari siapa yang berada di balik pintu. Sesosok lelaki yang saat ini sangat ingin ia hindari mati-matian. Lelaki yang terlalu sering menggores luka dan menelantarkan Celline. "Kau sudah mersa baikan, Sayang?" tanya John, seolah-olah ia tidak pernah melakukan apa pun pada wanita yang kini terbaring tak berdaya di atas ranjang pesakitan. Senyum John tampak lebar, membuat kerut-kerut wajahnya terlihat lebih jelas tertarik sebegitu rupa. Dia menutup pintu ruang rawat dan memilih duduk di salah satu kursi besi yang berada tak jauh dari Celline. Tatapan mata lelaki ini terlihat penuh makna. Dia meneliti secara seksama dari ujung rambut hingga ujung kaki Celline. Rambut pirang bergelombang serwarna madu istrinya masih terlihat indah, meskipun sangat lepek di sana-sini. Tidak apa-apa. Dengan perawatan yang pas, John bisa memastikan rambut Celline bertranformasi bak model ternama. Menggoda dan tampak lembut dalam waktu yang bersamaan. Wajah, lengan, dan kaki jenjang Celline terlihat sempurna. Setidaknya, luka-luka yang John berikan pada Celline hanya sebatas di bagian perut dan punggung belakang. Bagian tubuh lain wanita itu aman dan tak menunjukkan jejak kekerasan sama sekali. Dengan begini, nilai wanita itu masih cukup sempurma untuk dijual dengan harga tinggi. John hanya harus hati-hati agar tak mengungkapkan ketidakmulusan beberapa bagian tubuh Celline kepada pelanggannya. Lelaki biasanya sangat memuja kesempurnaaan. Tak mudah menjual barang yang tergores di banyak sisi. Asalkan Celline tampak baik secara permukaan, itu sudah lebih dari cukup. Dengan begitu John bisa menerima uang yang besar ketika menyerahkannya nanti. Masalah komplain andai pengguna jasa menemukan ketidakmulusan yang Celline miliki, toh nanti John bisa mengatasinya. Yang penting uang sudah lelaki itu dapatkan. "Untuk apa kau menjengukku, John? Belum puas melihat ketidakberdayaanku?" tanya Celline menatap sinis lelaki yang masih menjadi suaminya selama tiga tahun ini. "Jaga mulutmu, Sayang! Jangan terlalu tajam padaku!" John terkekeh kecil, merasa bahagia karena Celline sudah cukup sehat untuk berkomentar sinis. "Apa lagi yang kau inginkan, John? Apalagi yang kau mau dari diriku?!" Suara Celline lirih, menyerupai bisikan. Dia sudah lelah untuk tetap mengimbangi John. Singkat kata, dia lelah tetap bersama lelaki b***t itu. Pernikahan yang awalnya ia kira baik-baik saja, berubah menjadi bencana tak berkesudahan. Celline meringis kecil. Jujur, dia tak pernah mengira lelaki pebisnis seperti John dengan karakter hangat dan jenaka, bisa terpuruk dalam kehidupan dan menyeret Celline jatuh serta ke dalam kehancuran dirinya. Andai perceraian mampu ia lakukan, tentu Celline sudah melakukannya. Tetapi dia tak berdaya. Uangnya tak cukup untuk sekadar membiayai gugatan perceraian. Hidup Celline sudah berubah sangat mengenaskan. Lama-lama yang tersisa dari dirinya hanyalah raga yang tak berjiwa. Perlahan-lahan redup menjemput kematian. "Aku ingin kau merawat tubuhmu baik-baik dan cepatlah sembuh. Aku tak bisa melihatmu sakit terlalu lama. Rumah sakit ini benar-benar menguras kantongku. Sialan! Kau harus cepat keluar dari tempat ini dan harus beraktifitas normal!" Celline tersenyum sinis. Ini adalah pertama kalinya John mencemaskan dirinya. Sebelumnya, setiap kali John melakukan kekerasan, dia tak pernah mau repot-repot merawat Celline. Istrinya itu ia biarkan saja di rumah, merasakan kesakitan demi kesakitan dan tak pernah peduli kapan bisa sembuh. "Kenapa kau membawaku ke rumah sakit jika itu hanya akan menguras kantongmu, bukankah kau selama ini tak pernah peduli padaku? Jangan berubah menjadi malaikat secara tiba-tiba. Aku semakin curiga padamu!" Celline berkata tak senang. Dia memikirkan banyak kemungkinan yang sekiranya bisa dilakukan oleh lelaki itu. Kemungkinan-kemungkinan paling buruk yang bisa terjadi. "Berhenti berkhotbah padaku, Jalang! Bukan kapasitasmu untuk menceramahiku. Aku ingin kau segera sembuh dan segera melakukan apa yang aku mau!" John memukul pinggiran ranjang rumah sakit dengan kepalan tangannya. Celline tersentak kecil dan menutup mulutnya rapat-rapat. Dia mulai takut. John selalu bisa membuat Celline merasa tertekan dalam setiap kondisi yang ada. Jujur, Celline sangat menbenci kenyataan ini lebih dari pada apa pun. "Kau dengar itu? Kau harus segera sembuh dan lakukan hal yang berguna untukku!" Kembali John memberikan ancamannya. Sinar matanya menunjukkan kekejaman. "Kau masih ingin menjualku, bukan?" Celline menatap John dengan rasa was-was. Dia tak bisa menebak keseluruhan pikiran John. Tetapi sedikit saja petunjuk dari gestur tubuh John menunjukkan bahwa lelaki itu masih memiliki niatan buruk terhadapnya. "Ya. Kau harus tunduk padaku!" "Tidak! Demi Tuhan, tidak! Kau tak bisa melakukan semua ini!" "Ya. Aku bisa. Aku memiliki kemampuan untuk memaksamu!" "Kau pikir kau siapa, John?! Ada batas untuk setiap orang melakukan apa yang ia mau. Aku bukan wanita yang bisa selamaya tunduk padamu, John. Kau pikir aku tak bisa melaporkanmu ke polisi atas penganiayaan yang kau lakukan terhadapku? Kau pikir aku akan diam saja jika kau jual diriku seperti p*****r?" Air bening menetes dari sudut mata Celline. Menganak pinak membasahi pipinya dengan isakan-isakan kecil yang terlontar. Celline lelah. Dia sudah didorong sampai batas terjauh dari kemampuannya. Sudah cukup semua ini. Jiwanya sudah tak bisa lagi menerima tekanan dari setiap kemauan John. Biarkan saat ini Celline memberontak. Dia butuh kebebasan. Dia butuh udara segar untuk terlepas dari lelaki b***t seperti John. Celline tak mau seumur hidupnya dikendalikan oleh lelaki ini. Jika ia memang harus melaporkannya pada polisi tentang tindakan John, akan ia lakukan. Jika ia harus masuk ke perlindungan lembaga berwenang, akan ia terima. Selama itu semua bisa membebaskannya dari kekangan John yang mulai tak manusiawi. "Aku sudah mengantisipasi hal ini. Kau pikir kau bisa melwanku, Sayang? Kau lupa kau masih memiliki adik tersayangmu itu yang saat ini masih bersekolah di asrama dengan biayaku?" John tersenyum kejam. Dia menjentikkan jarinya, mulai membayangkan sesuatu. John memiliki kartu as di tangan. "Jika kau melaporkanku ke polisi dan menolak apa yang aku mau, percayalah! Aku bisa membuat adikmu membayar perbuatanmu! Meskipun aku nanti di penjara, tapi aku masih bisa berbuat banyak hal. Kau pikir aku tak memiliki teman yang bisa menghancurkan hidup adikmu? Bagaimana jika kukirim orang untuk menyiksanya? Pasti menyenangkan mendengar anak gadis memohon dengan penuh keputusasaan!" …
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD