Chapter Null
Starting a new life after huge turbulence happend in my life is not easy. Knowing that another people i love dying in front of my eyes and gone forever is like a glass broke.
Hurt.
Lost.
Broke in to pieces.
Kesakitan itu mungkin tak terlihat, biarlah aku yang merasa bahwa kehilangan itu menyakitkan. Jika aku bisa memilih, takkan aku mau ia pergi namun takdirNya tak bisa terelakkan.
Hingga akhirnya aku sadar bahwa tak sepatutnya aku menangisi kepergiannya segitu dalamnya meskipun ia adalah orang yang paling ku sayang setelah Mama dan Papa.
Tapi tetap saja hatiku masih tak bisa menerima kepergian yang begitu mendadak itu. Seperti kehilangan arah, aku bahkan tak tahu bagaimana menyusun kembali hati yang sudah hancur lebur ini.
Meski banyak yang selalu mengingatkan untuk tidak terlalu larut seperti ini, tapi aku hanya manusia biasa. Mungkin tak sama dengan yang lain tapi inilah aku dengan segala kesedihan yang aku rasakan.
Maaf jika duka ini terlalu larut. Aku tahu tak sepantasnya begini, tak bisa aku lupakan begitu saja setelah semua kenangan tiba-tiba terlintas di kepalaku. Bahkan aku belum bisa membuatnya bangga, tetapi aku terlambat, Tuhan lebih sayang.
Semuanya berubah. Aku berubah.
Aliya
------------
Hei, i'm back. Klik + dan tambahkan ke library kalian ya. Hujani aku dengan vote dan komen kalian
#dahgituaja
#awastypo
Dudui
Danke,
Ifa