Bab 3 Tubrukan yang tidak di sengaja

1028 Words
Dengan langkah cepat dan sedikit tergesa gesa Yura menuju ke tempat parkir mobilnya, dimana ia harus secepatnya sampai disana, ia merasa sedikit ketakutan kala itu. Namun tiba tiba... "Brugh..." Ia menubruk seseorang karena tidak melihatnya, kepalanya yang sedari tadi menoleh ke belakang seakan mengawasi apakah ada yang membuntutinya. "Akh!" Teriak Yura seketika karena ia langsung terjatuh, terjerembab ke lantai dengan telapak tangan yang tanpa terasa tergores disana hingga mengeluarkan bintik bintik darah yang mulai berkumpul. Yura hanya bisa mengaduh sembari mendongak, menatap tubuh kekar dengan pakaian casual dan rambut yang klimits, parfum mahal yang lelaki itu kenakan, menandakan bahwa ia bukan lelaki sembarangan, karena Yura paham betul parfum yang ia cium bukanlah parfum yang ada di pasaran, namun sayang ia tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh masker dengan warna hitam, tapi Yura masih bisa melihat kulit putih yang kontras berlawanan dari masker yang di kenakannya. "Akh maaf, maaf...saya tidak sengaja..." Ucap Yura seketika, karena ia merasa ia yang bersalah telah berjalan tanpa melihat ke arah depannya, dan ia mencoba untuk berdiri dengan susah payah. "Tidak apa apa, apa kamu terluka?" Tanya lelaki gagah tersebut pada Yura, dan berusaha membantu gadis itu untuk berdiri dengan uluran tangannya. "Saya tidak apa apa." Ucap Yura, dan lelaki itu pun pergi begitu saja dari sana, saat Yura menoleh, ternyata lelaki itu menghampiri pak Bowo dan terlihat berbincang bincang akrab. "Aduh...kenapa orang baik malah berteman dengan pak guru itu sih." Dengus Yura dalam hatinya, sembari berlalu pergi menuju mobilnya. Dengan lincah tangannya membuka pintu mobil yang tidak terkunci, saat Yura akan masuk kedalam. "Brak!" Suara pintu mobil terbanting. "Astaga!" Teriak Yura begitu saja saking kagetnya, ternyata lelaki yang memakai masker tadi yang telah menutup paksa pintu mobilnya. "Maaf, tolong ikut aku sebentar." Ucap lelaki itu sembari menarik paksa pergelangan tangan Yura, hingga gadis itu tidak bisa menolaknya, lelaki itu ternyata mengajak Yura menuju ke UKS, disana sudah ada seseorang yang berjaga, seorang wanita, ya dia biasanya memang penjaga UKS di sekolahan Yura. "Na...tolong kamu obati luka di tangan siswi ini." Ucap lelaki itu pada penjaga UKS yang terlihat sangat akrab. "Tumben sekali kamu perhatian dengan siswi disini Rend..." Ucap penjaga UKS yang mulai mengambil perlengkapan untuk mengobati luka Yura. "Eh...bu...saya tidak kenapa napa ini." Ucap Yura dengan nada meningginya dan akan beranjak pergi dari sana. Namun lelaki itu terburu menahan tubuh Yura, tepatnya di kedua pundak gadis itu, lalu menekannya menahannya agar duduk disana dan tidak kemana mana. "Kamu diam saja disini! hanya sebentar...sebentar saja." Ucap lelaki itu yang lalu melangkah pergi menuju ke pintu UKS, seakan terkesan mengamping sembunyi di balik pintu, lelaki itu mencoba seakan mengintip keluar dari sana. "Ada apa sih bu sebenarnya?" Tanya Yura yang begitu sangat penasaran dengan apa yang dilakukan lelaki tersebut. "Tidak apa apa, sudah menurut saja ya..." Ucap penjaga UKS yang di panggil Na oleh lelaki tersebut. "Sudah pergi." Bisik lelaki itu yang baru saja tiba di dekat keduanya. "Nah...sudah, sekarang kamu boleh pulang. Hati hati ya di jalan...tidak usah mampir kemana mana, cepat pulang saja, mumpung hari belum gelap." Ucap penjaga UKS yang seolah mengingatkan Yura, dan Yura pun yang merasa penjaga UKS itu adalah orang yang baik, hanya bisa mengangguk dan mebalas senyuman ke arah keduanya, lalu berpamitan pergi keluar menuju ke tempat parkirnya tadi. "Gila! sebenarnya apa yang sedang terjadi? aku ditahan seolah olah sedang ada yang mengawasiku, memangnya aku ini anak pejabat apa? haiz..." Gerutu Yura di sepanjang perjalanannya. Hingga beberapa saat saja Yura sudah sampai di depan rumahnya, memasukan mobilnya ke dalam garasi mobil, namun wajahnya menjadi kecut dan cemberut saat ia belum melihat mobil papanya terparkir disana. Dengan langkah gonti ia berjalan masuk kedalam rumah, disana ia sudah di sambut bibi asisten rumah tangga yang biasa mengurusnya. "Bibi...kapan papa pulang?" Tanya Yura pada bibi yang mengekor mengikutinya dan sedang membawakan tas sekolah yang biasa ia pakai. "Sabar Non...tuan pasti sedang dalam perjalanan." Ucap bibi asisten rumah tangganya, lalu Yura pun duduk di kursi meja makan, ia akan makan malam sendiri malam itu, namun seketika ia teringat bahwa papanya akan pulang, dan ia pun memutuskn untuk makan malam nanti saja setelah papanya benar benar sampai rumah. "Bi...aku ke kamar dulu saja deh, aku mau mandi dan bersiap siap menunggu papa pulang, nanti kita makan bersama sama bi..." Ucap Yura dengan senyum terkembang karena senang. "Non...siap siap saja deh, bibi juga mau siap siap, mau menyiapkan makan malam sebelum tuan datang." Ucap bibi asisten rumah tangganya. Lalu Yura pun akhirnya pergi menuju ke lantai dua rumahnya, dengan membawa tas sekolahnya yang akan ia bawa menuju ke kamarnya. Hingga beberapa saat ia usai dengan mandinya, dan sudah duduk di depan kaca rias nya, menatap ke depan, kearah kaca rias dengan memakai beberapa krim perawatan kulit wajah yang ringan, namun bayangannya membayangkan tadi di sekolah. Ia benar benar masih kepikiran apa yang di laluinya, apa yang ia lihat. "Orang itu siapa? sebenarnya dia itu siapa? mau apa?" Ucap dalam hati Yura, dan tiba tiba pintu kamar nya sudah di ketok dari luar beberapa kali, namun tidak ada suara bibi disana. "Bibi ini mesti iseng deh...kan aku maunya di kasih tahu kalau papa sudah datang bi..." Ucap Yura dengan gerutu tidak jelasnya, namun tiba tiba matanya terbelalak tidak percaya atas apa yang di lihatnya, seketika senyumnya terkembang, raut wajah yang di tekuk tadi kini berubah sangat bahagia. "Papa..." Teriak Yura saat melihat sosok papanya yang sudah berdiri di luar pintu kamarnya yang baru saja ia buka. "Papa kapan tiba nya?" Ucap Yura sembari berhambur kedalam pelukan papanya. Dan disambut pelukan hangat pula dari papanya. "Maaf sayang...papa pulang telat...papa sibuk sekali sayang...maaf ya..." Ucap papa Yura dengan memberikan sebuah kotak pada anak gadisnya sebagai tanda permintaan maafnya. "Papa mau nyuap ya? hehe...Yura terima barang suapannya...oke papa...jangan buat Yura khawatir lagi ya pah...hemmmz...Yura tidak akan marah kalau papa terlambatnya karena calon mama Yura ya..." Ucap goda anak gadisnya yang membuat lelaki dengan usia 43 tahun itu tersenyum sembari menyentil kening puterinya. "Anak nakal, berapa minggu papa tidak lihat kamu, sekarang kamu jadi pintar menggoda papa ya...awas ya..." Ucap papa Yura dengan candaan pula.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD