Prolog
Senja melihat pesan masuk di ponselnya. Dia begitu terkejut saat melihat pesan dari kekasihnya.
“Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Mulai sekarang kita putus. Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Setelah kau memutuskan untuk menutup auratmu. Aku merasa saat jalan bersamamu seperti jalan dengan ibu-ibu berdaster lebar. Jadi mulai sekarang jangan menghubungiku lagi,”
Senja menatap diam ponselnya yang sedang dia pegang saat ini. Seperti mimpi dia diputusin kekasihnya terlebih lagi kekasihnya menyebut dirinya ibu-ibu berdaster.
“Ya Allah, Apa salah aku ingin berubah lebih baik dan mendekat kepadamu? Apa salah aku memakai jilbab. Menutup auratku, mengikuti perintahmu,” ucap Senja menahan kekecewaan pada kekasihnya.
Senja Rinjani, seorang mahasiswi jurusan Arsitektur di Universitas Brawijaya Malang.
****
“Rin, lo berangkat gak ke kampus hari ini,” ucap Kira teman satu kost Senja.
“Berangkat, Ki. Hari ini cuma satu mata kuliah saja,” ucap Senja tetap fokus dengan desain bangunan yang sedang dia buat.
“Lo di jemputkan sama Arkey,” ucap Kira. Senja menggelengkan kepalanya. Kira yang melihatnya sangat heran. Karena tidak biasanya sahabatnya itu tidak di jemput kekasihnya.
“Tumben lo gak di jemput opa-opa martabak itu,” ucap Kira pada Senja.
“Gue diputusin Arkey. Malahan Arkey bilang gue kayak ibu-ibu berdaster. Apa gak menyebalkan itu anak. Dulu saja ngejar-ngejar gue. Sekarang gara-gara gue makai hijab, dia malahan mutusin gue,” ucap Senja. Kira tidak bisa menahan tawanya mendengar cerita sahabatnya kali ini.
“Ish, Opa-opa Martabak berani mutusin lo. Lihat saja entar dia pasti ngemis cinta ke lo,” ucap Kira.
“Buktinya gue udah diputusin Opa-opa Martabak,” ucap Senja.