Perasaan Suami Hancur

1236 Words
Garis polisi dipasang di sekitar rumah besar Ares dan Arlen. Para tetangga berkerumun di sekitar halaman rumah ingin mencari tahu keadaan Arlen, bersimpati, atau sekadar ingin tahu kronologis terjadinya pemerkosaan pada Arlen. Sementara Ares menangis di sisi Arlen yang didapati pingsan di ranjang dengan kondisi telanjang dan terluka. "Kak Ares ...." panggil Arlen begitu tersadar. Tubuhnya telah ditutupi selimut oleh Ares begitu ia pulang pagi itu. Seperti disambar petir melihat istri sendiri terikat telanjang dan terluka. "Arlen," ucap Ares seraya membelai kepala Arlen. Arlen memperhatikan sekitar. Banyak polisi dan petugas rumah sakit sudah datang untuk mengangkat Arlen ke ambulans. Wanita cantik berambut panjang itu langsung terisak saat teringat kejadian buruk yang telah menimpanya. Rasa sakit luka di kepala dan perih di bagian vitalnya tidak sesakit luka batin yang ia rasakan. "Arlen, sabar, Sayang," ujar Ares berusaha menenangkan istrinya meskipun dia sendiri bergetar oleh kesedihan luar biasa. Arlen akan diangkat petugas untuk dinaikkan ke ambulans. Saat melihat beberapa petugas datang dan ingin menyentuhnya, Arlen langsung berteriak histeris dan ketakutan luar biasa berusaha menghindari para petugas. "Jangan! Jangan! Jangan sentuh saya!" teriak Arlen. "Mbak, tenang ya. Kita petugas rumah sakit, mau bawa Mbak ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan," jelas salah satu petugas. Namun, Arlen tetap ketakutan dan berusaha lari saking paniknya. "Huaaaaa! Tolong! Tolong!" jerit Arlen dan dia menangis ketakutan. "Sayang, Arlen, aku di sini, Sayang." Ares dengan hati hancur memeluk istrinya. "Kak Ares!" Arlen menangis terisak dalam pelukan Ares. Ares ikut terisak, merasa sangat bersalah atas apa yang menimpa Arlen. "Maaf, Sayang. Maaf," ucap Ares. Hatinya sudah patah berkeping-keping. Istri yang sangat ia cintai dan sayangi gagal ia jaga. Istrinya telah ternoda. Dengan pebuh ketabahan, Ares menggendong Arlen dan masuk ke ambulans. Arlen ketakutan dan terus mencengkeram Ares. Para tetangga semakin kepo dan mendekati Arlen dan Ares. Bahkan ada beberapa laki-laki yang menatap Arlen tak senonoh, mencoba melihat lekuk tubuh Arlen. "Mbak Arlen, gimana keadaannya, Mbak?" "Duh, kok bisa kayak gini, Mbak? Kenapa Mbak Arlen nggak teriak minta tolong?" "Mbak Arlen lihat nggak wajah pemerkosanya?" Arlen semakin kuat menangis dan berusaha menyembunyikan wajah di d**a Ares. Malu, pusing, takut, marah. Semua bercampur aduk. "Ayo, Mas. Berangkat sekarang, Mas. Kasihan istri saya," pinta Ares kepada petugas ambulans. Arlen pun dibawa bersama Ares yang terus memeluknya menuju rumah sakit. *** "Ini akan sulit, Tuan Ares. Nyonya Arlen nggak melihat wajah pelaku. Saat ini kondisi Nyonya Arlen juga masih sulit untuk ditanyai. Namun, kami akan tetap mengupayakan optimal," kata polisi penyidik. Ares menatap polisi putus asa. "Tolong, Pak. Jangan sepelekan masalah ini. Kalian polisi, kalian pasti punya akses untuk menyapu kota Jakarta ini dan sekitarnya. Kalian bisa menggeledah di tempat mana saja dan siapa pun." "Bukan begitu, Tuan Ares. Kami nggak menyepelekan masalah ini. Kami udah memeriksa penjuru kota, mencari tahu di markas-markas penjahat, bahkan kami sudah mengecek stasiun dan bandara mengantisipasi agar pelaku tidak kabur. Tapi memang saat ini kami belum dapat info akurat mengenai ciri-ciri pelaku." Ares sangat stress. Matanya ia pejamkan dan satu tangannya menutupi wajahnya. Sudah lelah dan emosi luar biasa. "Dugaan kami, kemungkinan pelaku bukan penjahat jalanan ataupun perampok, karena tidak ada satu pun barang di rumah Tuan dijarah. Berdasarkan pemeriksaan di TKP, kami menemukan beberapa barang milik pelaku yang terjatuh di dekat Nyonya Arlen. Sebuah kartu anggota VIP club malam ternama dan foto Tuan Ares dan Nyonya Arlen berukuran postcard. Sepertinya terjatuh dari dompet pelaku. Coba Tuan Ares pikirkan, barangkali ada musuh Tuan yang menyimpan dendam. Karena pelaku kemungkinan orang yang mengenal Tuan Ares dan Nyonya Arlen." Polisi menatap Ares serius. Sementara Ares terguncang mendengar fakta mengejutkan itu. Musuh? Dia tidak pernah bertengkar ataupun bermasalah dengan siapa pun. Meskipun Ares bekerja di perusahaan teknologi yang notabene memiliki banyak pesaing, tapi Ares tidak merasa pernah bermasalah dengan karyawan perusahaan lain. Baik saat menang tender ataupun dinas ke luar kota. Di kantornya sendiri pun Ares disenangi hampir semua karyawan perusahaan Twirl Bird. Ares memandang kartu anggota VIP club malam yang disebutkan polisi. Sebuah club malam bernama "Desire Tomb" milik bule Australia. Tempat itu bukan sekadar club malam biasa. Ada event setiap malam Sabtu dan Minggu di mana akan diadakan tari striptease di bagian underground gedung di Sabtu malam dan acara cari jodoh pada minggu malamnya. Bukan acara perjodohan biasa layaknya cowok dan cewek jomblo dipertemukan. Dari luar mungkin tampaknya seperti itu. Namun, sebenarnya itu lebih ke media pencarian pasangan berorientasi seks unik, misal cowok masokhis ingin mencari cewek yang mau berkencan dengannya untuk disiksa, wanita-wanita berumur kesepian yang merindukan belaian, pria atau wanita hyperseks, biseks, homo, dan semacamnya. Benar-benar bukan tempat yang bagus untuk dikunjungi. Tidak banyak orang tahu. Ares sendiri tahu bukan karena dia anggota club itu, melainkan punya kenalan klien wanita bernama Astrid yang ia kenal saat rapat kerjasama perusahaan mereka. Astrid bekerja di perusahaan fashion sebagai marketing online division. Jadi, perusahaan Astrid ingin menjadikan Twirl Bird sebagai sarana memasarkan produk mereka secara online. Ares sebagai manajer dan IT perusahaan sering bertemu dengan Astrid. Mereka jadi akrab layaknya dan memang biasa terjadi di dunia kerja. "Aku mencari pasangan kencan lelaki muda. Kamu tahu, Ares? Mereka malah memberiku dobel! Aku dapat dua brondong kece. Bayangkan aja, threesome dengan dua lelaki muda!" ujar Astrid saat mereka makan siang menunggu rapat lanjutan di sebuah hotel. Astrid wanita seksi dan glamour. Sifatnya juga blak-blakan. Ares hanya tertawa mendengar celotehan Astrid. Ares tidak menyangka cerita Astrid itu sekarang memberinya info tentang musibah yang dialami istrinya sendiri. Jadi pemerkosa Arlen adalah anggota VIP Desire Tomb. Pasti dia bukan orang miskin. Polisi benar. Tidak mungkin pelaku itu adalah preman jalanan yang menyerobot masuk ke rumah lalu memperkosa Arlen. "Siapa kau?" gumam Ares frustrasi memikirkan pelaku b***t yang sudah menyakiti istrinya. "Tuan Ares, kami sangat bersimpati pada apa yang menimpa Nyonya Arlen. Kami berharap agar kondisi Nyonya Arlen cepat pulih. Satu hal yang pasti, Tuan Ares bisa menanyakan mengenai ciri-ciri pelaku pada Nyonya Arlen di saat kondisinya membaik. Ini demi kemajuan kasus ini," ujar polisi yang terus terngiang-ngiang di telinga Ares. Ares masuk ke ruang tempat Arlen dirawat. Tangan Ares mengepal. Tubuhnya gemetar lagi. Ares tidak sanggup melihat kondisi Arlen, istri cantik dan seksinya yang selalu jadi pujian semua orang, terbaring tidak berdaya seperti itu. Mata Arlen perlahan terbuka. Ia terbangun dengan rasa sakit masih mendenyut di tubuhnya. "Kak Ares ...." panggil Arlen melihat suaminya berdiri tegang di dekat pintu kamar. Ares tersenyum menyapa Arlen. "Kamu udah bangun, Sayang? Mas beliin jus sirsak kesukaan kamu." Ares menghampiri Arlen dengan membawa cup berisi jus. Arlen menyesap jus yang diberikan Ares. Masih kesusahan bangkit, tapi dia sangat haus. Setelah beberapa menit mereka lewati dalam keheningan, akhirnya Arlen bicara. "Aku nggak lihat wajahnya, Kak," ujar Arlen. Ares tersentak. Ditatapnya mata sang istri dalam. Mata Arlen sudah berlinang lagi. Ares segera memegang tangan Arlen. "Tenang, Sayang. Yang penting kamu sehat dulu," kata Ares. "Gimana aku mau sehat kalau lihat wajah Kakak sedih terus?" Arlen menangis. Ares mengecup kening Arlen. "Maafin Kakak, Arlen." Arlen menggeleng. "Ini bukan salah Kakak." Ares merenung. Rasa sesal terus mengejarnya. Jika saja ia mengantarkan Arlen ke rumah ibunya di Bandung, pasti tidak seperti ini akibatnya. Atau jika tidak sempat ke Bandung, mereka bisa pergi ke kosan Marcell, atau di mana saja asal tidak di rumah itu sendirian lalu diperkosa penjahat. Ares berusaha kuat menahan kesedihannya. Jika tidak ada Arlen, ia pasti sudah berteriak sekencangnya dan menangis sambil memaki dirinya sendiri. "Kak Ares," ucap Arlen meremas tangan Ares. "Ada tato serigala di lehernya dan parfumnya beraroma cokelat," lanjut Arlen. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD