9. Kebodohan Raihan

1425 Words
"Bos, ada apa ? apa terjadi sesuatu ?." Ucap Wildan khawatir, tidak biasa Bosnya tersebut pagi-pagi sudah menghela napas panjang lewat telepon. "Sedikit masalah Wil." " Hah ? masalah apa Bos, aku akan ke atas sekarang Bos." Wildan segera turun dari kasurnya, Dia menginap di hotel yang sama dengan Raihan, bedanya dia cuma kamar biasa saja. "Jangan.. ! Jangan dulu ke atas aku mau minta tolong sama Kamu, minta cariin baju cewek stelan dengan lengan panjang, pokoknya terserah kamu pilih model yang seperti apa aja, tapi size S atau M. " Wildan langsung menganga mendengarkan ucapan Bosnya barusan."Hah ? b—baju cewek Bos ?" "Hmm, yang penting jangan terbuka dan jangan lupa beli dalaman juga ukuran paling kecil untuk bra Size 36 ambil ukuran di tengah aja takut salah ukuran jadi ambil ukuran itu aja dan celana dalam juga ya." Wildan langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal dia tidak salah dengarkan barusan perintah dari Bos nya untuk membeli DALAMAN CEWEK JUGA ? Ya ampun apa yang terjadi pada Bosnya ini. Ternyata baju yang Grisel pakai tadi malam, berhasil Raihan robekan karena dia lagi sedang on fire jadi, dia tidak sadar telah merobeknya dan nggak mungkin Grisel pulang dengan bathdrobe keluar hotel ini. "Bentar Bos, maksud Bos barusan aku harus beli d—dalaman cewek juga Bos?." Dia menanyakan kembali kepada Bos nya ini, takut dia salah dengar walaupun dia harus siap kena marah dan omelan yang bisa membuat gedang telinga pecah. "Iya dalaman, kenapa kamu mendadak budeg begini sih Wil. " Ucap Raihan dengan kesal. "Nah benarkan, Kumat lagi dia. Tapi ini berarti—." Batin Wildan. "Tunggu Bos, i—itu berarti anda benar sudah unboxing cewek itu semalam Bos ? Ya ampun Bos Anda benar terpengaruh dengan ucapan Aldo." "Hm ceritanya panjang yang jelas aku mabuk berat tadi malam, pokoknya cepat bergerak dan jangan lupa bawa baju ku juga keatas." "I—iya Bos aku akan segera mencarinya." "Tunggu ada satu lagi untuk jaga-jaga tolong beli pil kontrasepsi di apotik. Aku tidak masalah dia hamil anak ku, tapi itu kembali lagi ke pilihan sama si cewek ini." "Astaga Bos jadi sudah sejauh itu, aku kira Bos cuma ciuman dan cuma sekedar foreplay saja sama cewek itu." Wildan menghela napasnya. "Kenapa bisa seceroboh begini sih Bos? Astaga !kenapa nggak pakai pengaman saja sebelum masuk." "Aku mabuk berat mana ingat pakai pengaman." Wildan kembali menghela napasnya. "Apakah tidak masalah sampai sejauh itu, nanti dia bisa menuntut Bos lho, bisa gawat, Tuan dan Nyonya akan marah besar Bos..?" "Nggak masalah, aku dengan senang hati menikah dengannya." Terdengar Wildan menghela napasnya lagi entah berapa kali dia lakukannya, mendengarkan ucapan Bosnya ini. Biasanya sifat Bosnya tidak seperti ini kenapa dia jadi aneh begini. Pasti cewek ini sudah bikin Bos nyaman. "Kenapa Bos jadi bersemangat begini, asal Bos tahu tidak sesederhana yang Bos kira lho?" "Ini pertama kali untuk ku, ada rasa yang berbeda aku rasakan pokoknya sulit untuk aku gambarkan perasaan ku kepada dirinya. Udah buruan aku tunggu kamu dalam waktu dua puluh menit." "Hah? iya Bos." Raihan menutup teleponnya. Ternyata benar tebakan ku. Ya ampun Bos, kita dalam masalah besar. *** Raihan duduk di pinggir kasur, Dia tidak akan biarkan Grisel keluar dari kamar ini dalam kondisi lehernya terbuka, dengan jejak Kissmark yang penuh pada leher dan dadanya. Dia tidak akan biarkan Grisel menjadi pusat perhatian orang-orang jika dia memakai baju terbuka. Bagi Raihan jejak-jejak di leher Grisel adalah sesuatu yang pribadi, sesuatu yang hanya boleh mereka berdua ketahui, bukan konsumsi publik. Sementara itu di kamar hotel bawah, Wildan terlihat panik di kamar hotel. "Ya ampun Bos ada-ada aja, aku harus beli dalaman sepagi ini mana ada toko buka jam segini di Surabaya ? Apa kata orang-orang, kenapa aku membeli DALAMAN sepagi ini ?" "Aaarghh.. Raihan kenapa kamu selalu random begini mana aku harus membeli pil kontrasepsi lagi, yang ada aku dikira membelikan untuk istri ku. Iish, bisa-bisanya dia cuek dan menyeramkan kenapa jadi aneh begini sih semua gara-gara Aldo yang meracuni Bos tadi malam." Wildan masih duduk di kasurnya dia mengumpat Bos nya sendiri sembari memikirkan cara bagaimana dia akan belanja barang-barang pribadi wanita. "Sudahlah, dari pada aku ngomel-ngomel nggak jelas seperti ini mending aku mencarinya segera, takut nggak dapat, bisa-bisa kepala ku di penggal sama Bos galak itu. Huuh.." Wildan bersiap-siap melaksanakan perintah bosnya tersebut. Dia lagi-lagi harus menurunkan harga dirinya lagi demi Bos nya ini. Raihan kembali memijit pelipisnya, pening di kepalanya tak tertahankan. Penyesalan itu seperti racun yang merambat, menyesakkan setiap rongga dadanya. GRISELLA, nama itu terngiang, membawa serta bayangan kehancuran yang telah diperbuatnya. Ia benar-benar menyesal telah merenggut keperawanan gadis itu, sebuah tindakan yang kini terasa begitu b***t, begitu tak terpikirkan. Bagaimana bisa ia sebodoh itu jadi manusia. Dan Aldo Barreto, nama itu tak kalah memuakkan di hidup Raihan sekarang. Ide gila itu, ajakan biadab yang dengan bodohnya ia setujui kemarin. Dari mana Aldo mendapatkan ide-ide semacam ini? Pertanyaan itu berputar di benak Raihan. Jangan-jangan, selama ini Aldo memang sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu, menjebak dan menghancurkan hidup orang lain demi kesenangan sesaatnya itu. "Bangsat.. !" Raihan mengumpat ia merasa kotor, tercemar oleh perbuatan dan pergaulan yang kini begitu disesalinya. Raihan kembali menatap pintu kamar mandi sepertinya Grisel engan untuk keluar dari sana. rasa khawatir kembali dirasakan Raihan. Dia turun dari kasurnya dengan segera mengunakan boxer nya. 'Tok..Tok..' Tidak ada jawaban, Raihan jadi panik. "Grisel..!" "Grisel tolong kita harus bicara sampai kapan kamu harus mengurung diri mu di dalam sana." "Tidak, aku tidak mau bicara dengan mu." Raihan menghela napasnya dengan lega, dia mendengar suara Grisel. "Aku akan terobos masuk ke dalam." "Coba aja aku akan membunuhmu atau aku yang akan mati di dalam sini." "Please jangan lakuin hal aneh, aku akan mengikuti perintah mu. Gila aja kan dia akan menjadi tranding topik dan masuk penjara." Raihan mengelus dadanya sendiri karena panik. "Aku tidak mau melihat muka mu, aku tidak mau keluar sebelum kamu keluar duluan dari kamar ini." Ancam Grisel kepada Raihan. Dia merasa malu dan jijik dengan dirinya sendiri. "Baiklah sepertinya kamu butuh ketenangan, aku akan menunggu mu diluar." Raihan kembali menghela napasnya rasanya sangat sesak yang sulit dia gambarkan. Dia kembali ke kasur sambil menunggu Wildan datang. Beberapa menit kemudian Wildan datang dalam keadaan panik. "Bos kita harus kembali ke Jakarta sekarang juga, itu perintah nyonya karena terjadi sesuatu, Papa Bos dilarikan ke rumah sakit." "A—apa Papa ?" " Iya kita akan ke Jakarta, aku sudah pesan penerbangan pagi ini cuma dapat jadwal pagi ayo buruan Bos." Wildan menyerahkan paperbag kepada Raihan dengan membawa barang-barang pesanan Raihan yang disebutkan oleh Raihan tadi. "Harus banget sepagi ini Wildan ini aja urusan ku belum selesai ?" "Iya Bos. Itu perintah Nyonya." "Hmm, aku harap bukan akal-akalan busuknya dia, awas aja kalau dia berani mempermainkan aku." "Aku juga nggak tahu Bos, Nyonya tiba-tiba memerintah aku seperti itu untuk membawa Bos kembali." "Sebelum pergi aku mau mandi dulu di kamar mu, kamar mandi disini masih di pakai Grisel dia belum keluar sebelum aku keluar sepertinya dia sangat marah kepada ku." Wildan cuma mengangguk saja sampai di Jakarta dia akan menanyakan sama Bosnya. *** "Bos.." "Jalan segera " Ucap Raihan dingin. Wildan mengangguk dan menjalankan mobilnya, dia sangat mengerti perasaan Raihan bagaimana dia selalu bertentangan dengan orang tuanya dalam segi pendapat. Sejak Sekolah Menengah Pertama dulu membuat Wildan paham dengan watak Raihan, makanya dia tidak bertanya apa-apa kalau moodnya tidak baik seperti ini. Tadi saja tanpa sadar Raihan memecahkan gelas dalam genggamannya sendiri. terlihat dia menahan amarahnya sampai dia menggenggam gelas dengan kuat. Kini Raihan hanya diam dia menarik napasnya dalam-dalam dengan kedua mata yang terpejam di dalam mobil l. "Br*ngsek dia sudah main dengan orang yang salah." Gumam Raihan. "Wildan, jangan sampai lengah aku tidak mau hal yang tidak saya ingin kan terjadi di perusahaan, tidak akan aku biarkan dia mengusik perusahaan Mama ku." "Baik Bos aku akan memantau pergerakan mereka dan aku akan menyuruh anak buah kita mengikuti mereka." Perhatian karyawan langsung tertuju kepada Raihan saat dia melewati lobi menuju lift khusus, bagaimana tidak dia dalam kondisi bad mood dengan menampilkan wajah yang seram kemudian ada perban di tangan Raihan yang menjadi pusat perhatian karyawan. Suasana kantor mulai seperti biasa lagi kalau Raihan sudah berada di kantor rasa sesak napas mendadak karyawan rasakan. Raihan dengan terpaksa dia harus meninggalkan Grisel dalam kondisi tidak baik-baik saja seperti itu. Hanya beberapa menit dia sudah berada di ruangannya. Br*ngsek berani sekali dia, dalam kondisi Papa seperti itu dia menyodorkan perempuan ke hadapan ku sepertinya dia mulai berani bermain dengan ku. Raihan kini kembali ke stelan awalnya menjadi pria yang menyeramkan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD