Indra menatap nyalang kotak yang ada di hadapannya. Hubungannya telah berakhir. Perasaannya benar, Raimas dan Ibnu diantara mereka pasti ada sesuatu. Ia memutar setir, pelan. Tak ada tujuan. Hilang sudah tujuan hidupnya. Walau perlahan, tetap saja rodanya mengarah kerumah, tempat pelarian terbaik. Matanya kosong, langkah gontai membawanya dalam satu-satunya ruangan yang akan ia jadikan ruangan terakhir ia tuju. Menjatuhkan diri, tak peduli apakah itu sakit bahkan berduri. Atau nyaman senyaman tumpukan kapas. Saat ini sangat tidak peduli. Ia tutup tubuhnya segera dengan selimut yang tidak tebal, dan memejamkan mata. Bahkan dua hari sudah ia tak keluar dari dalam kamarnya. Tak makan, hanya sesekali mimun air yang tersedia di kamarnya. Ia tak menggubris ribuan ketukan pintub dari sa

