Lelah yang dirasakan Raimas membuatnya terburu-buru masuk kedalam mobil tanpa memperhatikan sekitar.
“Duh cape banget ya ternyata pindahan” keluhnya “Pengen cepet-cepet pulang dan rebahan” Kresek. “Duh, apaan nih” Raimas meraba kursi yang didudukinya.
“Yaaahhh kamu Rai, ko gak lihat-lihat sih duduknya” kata Indra yang sedang menopang kepalanya dengan tangan diatas stir melihat tingkah Raimas yang baru saja masuk.
“Emang apa ini?” Raimas mengambil sesuatu yang terlanjur ia duduki. “Ya ampun Indra, maafkan aku gak lihat tadi, yah bunganya jadi patah” Raut sedih terlihat di wajah anggun Raimas.
“Gak apa-apa yang penting bukan hati kamu yang patah” hati Raimas menghangat pipinya merona.
“Aku jadi merasa bersalah bunganya patah gini, padahal jarang-jarang kamu kasih bunga ke aku, maaf ya Dra” Raimas meminta maaf dengan menangkupkan tangannya dihadapan Indra sangat merasa bersalah.
“Gak apa-apa Raimas ku cintaku sayangku, hanya sebatang bunga aja, masih ada bongkahan hatiku untukmu aku pegang”
“Ikh gombal” Raimas membetulkan posisi bunga yang patah. “Yaudah kita pulang yu, cape nih aku”
Seperti biasa, sepanjang perjalanan ditemani oleh senandung cinta yang bahagia untuk menghilangkan penatnya perjalanan yang setiap sore dipastikan jalanan ramai, tidak macet, hanya padat merayap.
“Wah wah wah ada yang baru pulang nih, uhuy dianter pacar pula cie cie cie” sesampainya di rumah mereka disambut oleh Ibnu yang melihat mereka diambang pintu.
“Lho ada kak ibnu disini” bersamaan dengan Raimas, Indra turun dari mobil dan langsung menyapa Ibnu.
“Iya, mau ambil mobil, kebetulan gue juga udah baikan. Gimana kabar lo Dra? Yu masuk dulu” yang sebelumnya Indra hanya ingin mengantar Raimas sampai pekarangan rumah saja, ia terpaksa masuk memenuhi undangan Ibnu.
“Baik ka, alhamdulillah” jawab Indra singkat.
“Gimana kuliahnya, lancar juga?”
“Alhamdulillah, Cuma akhir semester ini kita lagi persiapan magang, tapi belum nyari tempat magang yang pas dimana, kakak punya rekomendasi gak?” Indra dan Ibnu membuka pembicaraan seru. Ibnu yang cerdas dan dapat membahas apapun dengan lawan biacaranya membuat siapapun yang ada dihadapannya nyaman.
“Terus gimana hubungan kamu dengan Raimas?” Tanya Ibnu datar. Sebelum menjawab Indra celingukan melihat keadaan lalu bicara dengan sedikit berbisik.
“Kemarin Ayah Rai juga menanyakan hal yang sama kak, kemarin aku belum siap menjawab apapun, semalam aku gak bisa tidur ditanya hubungan sama ayah Rai, tapi sekarang aku sudah ada rencana untuk melamar Rai, tapi belum menemukan waktu yang pas” Deg. Hati Ibnu sedikit tercubit mendengar penuturan Indra “takut lamaran ku tertolak” Indra berbisik lebih halus.
Sama dengan Indra, Ibnu membalas dengan bisikan “Kayanya bakalan di tolak deh Dra, kalo kamu kelamaan lamarnya”
Indra kaget mendengar penuturan Ibnu “Haha” Ibnu tertawa “Santai Dra, aku Cuma bercanda, yah kamu harus coba Dra, perempuan itu harus ditegasin kalau benar-benar gak mau kehilangan dia, telat sedikit bisa diembat sama yang lain” terang Ibnu “Raimas ada dekat sama cowok lain gak di kampus?” Ibnu sedikit mengorek tentang Raimas setelah ada goresan perih dalam dadanya, ia jadi ingin lebih tahu tentang Rai.
“Sejauh ini sih engga ada, hanya pertemanan biasa saja dengan yang lain. Rai lebih dekat dengan teman-teman perempuannya, dan tentunya aku yang special hehe” Indra terkekeh malu. Ibnu hanya menganggu mendengar jawaban dari Indra. Cubitan dalam hatinya sedikit demi sedikit terasa lebih perih dari sebelumnya karena mendengarkan penuturan Indra yang membuat banyak pertanyaan baru dalam pikirannya.
“Mengapa hatiku terasa berat dan perih mendengar Indra akan melamar Rai?” Bisikan dalam hati itu terus bicara bahkan sampai Indra hilang dari penglihatannya.
“Cie cie cie yang dapat bunga dari pacar” Ibnu menetralkan dirinya dengan menggoda Rai.
“Ikh si kakak, bikin kaget aja, masuk kamar gak ketuk pintu, gak salam”
“Lha pintunya aja gak di tutup, mau ngetuk apa. Lagian senyum-senyum sendiri liatin bunga, ciiee bahagia banget di kasih bunga sama pacar uhuy” Raimas merona, senyum melihat bunga ditanganya. “Tuh tuh tuh liat tuh, dilanjutin senyumnya mmmm mau donk dikasih bunga juga” Ibnu terus menggoda.
“Ikh kakak apaan sih ganggu aja orang lagi bahagia gini, jangan sirik deh”
“Dih, masa sirik”
“Iya deh, kakak ada apa ke sini? Mau ambil mobil?” Raimas menyimpan bunganya hati-hati.
“Aaaakkkhh” Ibnu merebahkan badannya di kasur “Enaknya rebahan sih ini mah, sini temenin aku rebahan”
“Kakak, bukanya jawab pertanyaan aku” Raimas manyun. Ibnu masih terdiam dan menarik nafasnya panjang mengistirahatkan hatinya. “Kalau Cuma mau tidur mah gak usah jauh-jauh ke sini” ucap Raimas sinis dan matanya mengerling. Ibnu masih terdiam tak menjawab.
Buuk. Satu bantal berhasil mendarat di kepala Ibnu “Apa sih kamu Rai, ganggu aja” Ibnu membalikkan badan, tersenyum. Bahagia telah berhasil menggoda istrinya.
“Oh kakak mau rebahan aja kesini, mau beneran pindah tidur aja, hmmmm nih aku temenin nih” Raimas memukul-mukulkan guling.
“Aw aw aw, ampun Rai, Rai ampun, udah-udah kamu jangan KDRT sama suami” Tangan Ibnu melindungi kepalanya.
“Biarin nih-nih rasakan” sementara Ibnu terus meminta ampun.
“Ada apa ini ko rame banget” tiba-tba ibu datang.
“Ini bu, kak ibnu datang-datang main masuk dan main tidur aja, gak salam gak apa”
“Diakan suami mu, ya wajar masuk gitu aja”
“Ibuuu ko malah belain kak ibnu bukan aku yang anak nya” Raimas cemberut.
“Sudah-sudah ayo kita makan, ayah sudah nunggu di meja makan”
“Iya bu” jawab keduanya bersamaan. Raimas masih cemberut melangkah menuju meja makan.
“Kamu lucu kalo lagi cemberut” bisik Ibnu. Hati raimas menghangat, ada bunga yang tumbuh didalamnya dan perlu disiram biar segar.
“Malam ini kamu nginep di sini Nu?” Ayah membuka percakapan.
“Uhuk” Raimas terbatuk mendengar pertanyaan ayah
“Emang boleh yah?” sambil melirik istrinya.
“Uhuk” Terbatuk lagi, Rai terlihat salah tingkah dua kali batuk, dan mengambil minum menetralkan tenggorokannya.
“Tentu boleh, kamu kan suami Rai” Ayah tersenyum menggoda “Ada baiknya kalian segera mengurus surat-surat nikah” Usul Ayah.
“Uhuk-uhuk” pasangan itu batuk bersamaan. Ibnu sama sekali belum memikirkan hal itu, ia masih meraba pernikahannya apakah lanjut atau tidak, mumpung masih siri pikirnya.
“Dari tadi kamu diam aja Rai” Ibu bersuara.
“Aku masih kuliah bu, belum terlalu memikirkan tentang pernikahan, apalagi yang dadakan dan nembak seperti ini. Jujur masih ingin focus kuliah” ungkap Rai.
“Kuliah sambil menikah itu sudah biasa Rai zaman sekarang, dan supaya tidak ada fitnah diantara kalian nantinya. Omongan orang gak enak lho Rai, apalagi sama yang belum nikah tapi sering jalan-jalan berdua aja” Ayah mengungkapkan kekhawatirannya.
“Mmmm” Raimas berfikir “Mungkin tidak dalam waktu dekat ini yah, kasih aku waktu dulu ya, mungkin sampai akhir semester ini saja, sampai selesai magang deh minimal, setelah itu kita urus surat-surat, ga apa-apakan kak?” Rai melempar pembahasan.
“Iya yah, insya allah masih banyak waktu untuk kita saling mengenal dan mendamaikan hati, aku masih berduka karena Yasmin, dan tidak ingin menjadikan Rai sebagai pelampiasan karena Yasmin pergi selamanya” Ungkap Ibnu jujur.
“Baiklah kalau begitu, Ayah dukung keputusan kalian, Ayah hanya bisa mendoakan kalian sakinah mawaddah wa rahmah, akur-akur dalam menjalani rumah tangga, dan saling terbuka, komunikasi adalah yang paling penting dalam rumah tangga” Ayah memberikan doa dan nasihat.
“Aamiin” Semua mengaminkan doa Ayah.
Setelah makan, Ibu dan Ayah menikmati waktu berdua di ruang tv. Sedangkan Ibnu mengekor dibelakang Rai menuju kamarnya.
“Rai, aku nginep di sini ya?” Ibnu memasuki kamar Rai dan berdiri membuka jendela membiarkan angin masuk memberikan kesejukan.
“Ikh jangan, pulang aja gih kak” Tolak Raimas.
“Disini aja deh temenin kamu ngerjain tugas” ibnu mendekati raimas yang sedang membuka leptop bersiap mengerjakan tugas, mencoba menggoda sang istri.
“Engga, aku gak mau di ganggu, sana kaaaak” Raimas mendorong Ibnu pelan. Ibnu tak mau kalah dan kembali mendekat
“Masa kamu gitu sama suami, dosa lho”
“Engga aku gak mau di ganggu, biarin dosa juga ukh” Rai cemberut tak ingin di ganggu.
“Emang lagi ngerjain tugas apa sih, kali aja aku bisa bantu”
“Sebenernya lagi nyari-nyari tempat magang yang cocok kak, dan kalau bisa aku sama teman-teman pengen satu tempat magang biar gampang ngerjain tugasnya, ditambahkan kita juga lagi mau buka studio baru, jadi bakalan double job semuanya, kan kalo kita bareng-bareng mah bisa lebih ringan” ternag Rai panjang lebar. Ibnu hanya mengangguk-ngangguk.
“Coba aja ke tempat aku kerja, kali aja bisa. Biasanya ada juga kok anak magang, walau gak banya, tapi tidak ada salahnya memanfaatkan kesempatan kecil kan” Ibnu memberi usul.
Ada benarnya juga usul dari Ibnu, perusahaan periklanan tempat ibnu bekerja sangat nyambung dengan jurusan yang iya tempuh pada saat mencari ilmu saat ini. Perusahaan Ibnu sering menerima para mahasiswa magang, selain karena mereka masih muda dan cekatan, biasanya ide-ide baru pun bermunculan dari para junior dan itu menambah point plus pada perusahaan untuk terus berinovasi.
Tak terasa sudah hampir tengah malam mereka berbincang tentang perkuliahan dan pekerjaan, Raimas sangat banyak mendapat masukan dari Ibnu yang sudah senior dalam hal pekerjaan dna perkuliahan.
“Terus rencana kamu besok kemana? Kalo gak ada rencana kita jalan yu!”