Pembicaraan Ilyash dan Rezen

1058 Words
Hari itu, Pangeran Ilyash pergi menuju kebun Hamush*, dan tak ada yang ia lakukan di sana selain terduduk terdiam di bawah pohon cherry prunus padus. Dirinya saat itu seperti tengah memikirkan nasibnya sendiri, yang tentu saja membuat Adalard yang mengawasinya kini merasa kasihkan kepada Pangeran Ilyash saat itu. “Apakah kesedihan mu itu merupakan sebuah penyesalan karena anda menyarankan Pangeran Vernom untuk pergi, atau karena anda takut ketahuan oleh Baginda Raja, Pangeran Ilyash?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen yang kala itu berdiri tepat di hadapannya, membuat dirinya yang tengah terduduk di bawah pohon itu pun kini menolehkan pandangannya ke arah sang Kepercayaan Kerajaan dan menghapus air matanya di hadapan Rezen pada saat itu. “Rezen? Kau sudah mengetahuinya?” sebuah pertanyaan yang di tanyakan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu, membuat Rezen yang berada di hadapannya kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Pangeran, untuk kemudian Rezen pun ikut terduduk di bawah pohon cherry tersebut. “Apakah kau akan memberitahukan hal ini kepada Ayah, Rezen?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash membuat Rezen kini menolehkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian menggelengkan kepala untuk menjawabnya, “Apakah kau mengira jika aku akan memberitahukan hal ini kepada Ayahmu, Ilyash?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen kala itu, membuat Pangeran Ilyash dengan cepat menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Tidak … Aku, hanya tidak menyangka jika kau tidak memberitahukannya kepada Ayah, Rezen … apakah kau akan di hukum juga bila ketahuan mengetahui siapa pelakunya namun tidak memberitahukannya kepada Raja, Rezen?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu, membuat Rezen tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya berkata, “Jikalau Saya di hukum, saya tidak akan menyesal karenanya, Pangeran!” jelas Rezen kepada Pangeran Ilyash, yang membuat dirinya kini tertegun mendengar hal itu. “Apakah Ayah akan memenggalku?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu, membuat Rezen kini menolehkan pandangannya ke arah sang Pangeran untuk kemudian menggelengkan kepala seraya berucap, “Tidak Pangeran … tidak akan ada yang memenggalmu karenanya!” jelas Rezen kepada Pangeran Ilyash yang kini menghembuskan napasnya menanggapi hal itu dan kemudian menganggukkan kepala menanggapi penjelasan Rezen kepada dirinya saat itu. Pandangan Rezen kini kembali menoleh menatap Pangeran Ilyash yang kemudian Rezen pun berucap, “Apakah anda membutuhkan bantuan?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen kepada Pangeran Ilyash pada saat itu pun membuat Pangeran Ilyash kini menolehkan pandangannya ke arah sang Kepercayaan kerajaan yang kembali berucap, “Saya bisa membantu anda, agar setidaknya anda terlihat tidak terlibat di dalam masalah ini, Pangeran!” jelas Rezen kepada Pangeran Ilyash yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian berucap, “Dan mengorbankan salah satu tabib yang tidak bersalah untuk di hukum? Tidak Rezen … itu merugikan orang lain!” jelas Pangeran Ilyash kepada Rezen yang pada saat itu cukup terkejut mendengar penjelasan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash kepada dirinya saat itu. “Lalu … apakah anda membutuhkan bantuan yang lainnya? Saya bisa membantu anda menjelaskan semuanya kepada sang Raja, agar setidaknya anda tidak mendapatkan hukuman yang berat, Pangeran!” jelas Rezen lagi, seolah dirinya menawarkan diri untuk membantu Pangeran Ilyash di sana, namun tanpa di duga Pangeran yang kala itu berusia sembilan tahun saat ini menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan itu. “Tidak Rezen … saya tidak akan melibatkan siapapun di dalam permasalahan ini, karena saya tahu di sini adalah salah saya sepenuhnya!” jelas Pangeran Ilyash kepada Rezen yang mengerutkan dahinya menanggapi ucapan Pangeran Ilyash saat itu yang kini menoleh menatapnya seraya kembali berucap, “Biarkan saya yang menghadapi Raja dan mengakui semua hal yang saya lakukan, yang membuat kakak pergi dari Kerajaan ini!” sambung Pangeran Ilyash lagi, yang tentu saja membuat Rezen terkejut atas keberanian yang di miliki oleh Pangeran terakhir dari Kerajaan Valens itu. Rezen menganggukkan kepala seraya tersenyum dengan senang sekaligus bangga ketika melihat sang Pangeran memiliki sifat yang dewasa dan berani. “Baiklah, Pangeran Ilyash … saya menghormati seluruh keputusan anda!” ucap Rezen kepada Pangeran Ilyash yang kini tersenyum tipis menanggapi perkataan Rezen di bawah pohon cherry prunus padus. … to be continue.  P.s: *Hamush Adalah kebun apel hitam yang sengaja ditumbuhkan tepat menghintari Aidanum oleh Joseph Muller (Raja ke VII), kebun itu selain diperuntukan untuk warga dan kerajaan namun juga memiliki peran penting dalam menjebak seorang dewi. Hamush diambil dari kata ‘hamus’ (latin) yang memiliki arti “umpan”, dan umpan itu diperuntukan untuk para dewi. Apel hitam adalah buah yang sengaja diambil dari negeri Sanghwa dan kembali ditanam di negeri Valens untuk kepentingan tradisi, Dewi menyukai apel hitam karena legenda mengatakan bahwa ketika kerajaan Naga belum terpecah, Raja Naga Agung menemukan seorang dewi yang tersesat di bumi yang nampak kelaparan pada saat itu. Pengetahuan sang raja mengenai makanan dewa dan dewi yang berbeda dari manusia biasa membuatnya hanya dapat menawarkan apel hitam yang terdapat di sakunya sata itu dan tak disangka, dewi itu menyukai apel tersebut dan membawa sebagian buah yang tak termakan ketempat asalnya yaitu kayangan dan dewi itu menyebarkan berita bahwa buah hitam yang diberikan seorang lelaki yang ia temui adalah buah terlezat yang pernah ia icip hingga akhirnya banyak dewi yang sengaja turun untuk mencuri apel hitam yang hanya tumbuh dari negeri Agung yang kini dikenal sebagai Negeri Sanghwa.   Tak ada pohon lain yang mendominasi selain Apel hitam di taman Hamush, pohon itu sengaja dibentuk seperti sebuah taman yang melingkar yang memiliki sebuah jembatan kayu di satu sisinya dengan sungai kecil terbuat secara alami di taman tersebut. Pusat dari taman itu adalah pohon Cherry Prunus padus, pohon dengan bunga putih kecil yang selalu mendominasi disetiap dahannya, di sana pula terdapat sebuah ayunan duduk yang sengaja dibuat oleh Raja Muller VII untuk sang Putri. Di sekitar pohon tersebut dibuatlah sebuah kursi taman untuk memperindah taman.   Taman Hamush memiliki jam kunjungan, tidak seperti taman lainnya yang terbuka untuk desa, jam yang diperuntukkan untuk warga adalah jam dua belas hingga jam tiga sore, itu sudah merupakan sebuah aturan yang ketat dan bahkan masuk ke dalam perundang-undangan kerajaan. Alasan peraturan itu dibuat adalah para Dewi yang akan turun untuk mencari buah apel berkisar jam delapan hingga jam sebelas pagi serta jam empat hingga jam lima sore. Itu mengapa Raja Muller VII membuat peraturan seperti itu, agar warga tidak mencurigai bahwa sebenarnya dewi-dewi itu nantinya akan diculik dan ditumbalkan. … 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD