Kabar yang Beredar

1176 Words
Meski pun hal kedua mengenai kabar buruk mengenai Pangeran Vernom tidak terdengar dari dalam maupun dari luar, pada kenyataannya kabar itu secara diam-diam beredar begitu saja di dalam wilayah kerajaan dan tentunya membuat Pangeran Ilyash yang mendengarnya kini penasaran mengenai kabar-kabar yang tidak jelas yang beredar di sekelilingnya, hingga pada akhirnya Pangeran Ilyash pun secara sengaja mendekati salah satu tabib dan juga para pelayan kerajaan yang tengah berkumpul di samping taman iris siang itu. “Ehem!” deheman sang Pangeran membuat ketiga orang yang tengah berkumpul di sana pun segera menoleh dan memberi hormat sopan kepada Pangeran Ilyash yang kala itu berjalan beriringan dengan sang pelindung. “Apa yang sedang kalian bicarakan? Tampaknya seru sekali!” ucap Pangeran Ilyash kepada ketiga wanita muda di sana, meski pun Pangeran Ilyash kala itu berumur sembilan tahun, namun wibawa yang ia perlihatkan harus lebih tua dari umurnya, yang membuat para wabnita di sana juga merasa segan kepada anak kecil tersebut. “Maafkan kami Pangeran … kami berbincang ringan, dan melupakan pekerjaan kami, ampuni kami!” ucap salah satu tabib di sana, yang terlihat ketakutan. Namun, dahi Pangeran Ilyash kini berkerut ketika menyadari jika perasaan takut yang diperlihatkan oleh sang tabib terlalu berlebihan, yang membuat dirinya menduga jika sang tabib sudah ketakutan lebih awal bahkan sebelum dirinya menegur ketiganya di sana kala itu. “Apa yang anda lakukan sebelumnya, wahai tabib istana?? apakah anda baru saja melakukan sebuah kesalahan sehingga tubuh anda bergetar berlebihan di hadapan saya seperti saat ini?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash kala itu pun membuat Adalard yang berada di samping sang Pangeran saat itu, kini mengerutkan dahinya dan menatap sang tabib yang ternyata benar saja, tubuhnya bergetar berlebihan yang membuat Adalard tahu jika ada sesuatu hal yang terjadi sebelumnya kepada tabib itu. “T … tidak ada Pangeran … saya baik-baik saja!” ucap tabib itu kepada sang Pangeran, dan membuat Adalard pun kini menanggapinya dengan berkata,  “Jangan berani kau membohongi pangeran, wahai tabib … katakan yang sejujurnya agar kau terbebas dari hukuman yang berlaku di dalam kerajaan ini! Bukankah staff kerajaan di larang untuk berbohong? Ingatlah … sang pembohong akan diberikan hukuman terberat yang langsung di jatuhkan oleh sang pemimpin petinggi kepada kalian!” jelas Adalard, seolah dirinya mengancam dan mengingatkan kembali mengenai peraturan Kerajaan, yang kala itu langsung saja membuat ketiganya berlutut di hadapan sang Pangeran yang kini terkejut melihat  reaksi ketiganya yang terlihat ketakutan dengan hukuman tersebut. “Ampuni kami … kami tidak bermaksud melakukannya, Pangeran!” ucap ketiganya yang segera saja membuat Pangeran Ilyash berucap, “Segera berdiri! Saya tidak menerima sujud kalian, saya bukan seorang Raja!” jelas Pangeran Ilyash kepada ketiganya, yang membuat mereka bertiga pun pada akhirnya berdiri dan menundukkan kepala mereka di sana.    “Katakan saja, kabar apa yang sedang beredar dan kalian dengan di sini kepada saya, maka setelahnya saya akan membebaskan anda semua!” ucap Pangeran Ilyash kepada ketiganya, yang pada akhirnya membuat mereka pun saling bertatapan satu sama lain untuk akhirnya sang maid yang bekerja di kebun lah yang memberanikan diri untuk bersuara kala itu. “Kami mendengar kabar jika Pangeran Vernom meninggalkan istana akibat trauma yang beliau alami, dan Baginda Raja memerintahkan kepala tabib untuk mencari seorang tabib yang bertanggung jawab atas perginya Pangeran Vernom, Baginda percaya jika Pangeran Vernom bertemu dengan salah seorang tabib sebelumnya yang pada akhirnya membuat dirinya memutuskan untuk pergi dari sini, karena tabib itu tidak bisa menyembuhkan trauma sang Pangeran, Pangeran Ilyash!” jelas maid tersebut yang membuat Pangeran Ilyash kini mengerutkan dahinya dan kemudian menatap kembali mereka bertiga dan berhenti ketika dirinya menatap sang tabib. “Lalu … kenapa anda terlihat ketakutan saat ini? Apakah anda pelakunya?” tanya Pangeran Ilyash kepada tabib tersebut yang segera saja menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu, “Tidak pangeran! Bukan saya … dan tidak ada satu pun diantara kami para tabib istana yang ditemui oleh Pangeran Vernom sebelumnya, saya yakin karena kami tidak pernah berkeliran selain di waktu istirahat kami!” jelas tabib tersebut kepada Pangeran Ilyash yang kini terkejut mendengarnya, “Lalu kenapa kau terlihat sangat ketakutan?” kini Adalard mulai bertanya kepada sang tabib yang kini menundukkan kepalanya dan kemudian berucap, “Karena kami takut … kami takut kami di tuduh dan akan dieksekusi karenanya, karena kami mendengar jika Baginda akan memenggal salah satu diantara kami yang bertanggung jawab atas kepergian Panmgeran Vernom dari Kerajaan ini!” jelas tabib itu yang kemudian membuat Adalard menganggukkan kepalanya sedangkan Pangeran Ilyash hanya diam saja kala itu. Melihat kediaman sang pangeran, membuat Adalard yang menyadarinya pun pada akhirnya memerintahkan ketiganya untuk segera pergi dari sana. Ketika ketiganya pergi, Adalard pun segera menoleh kembali menatap sang Pangeran dan kemudian bertanya, “Apakah anda baik-baik saja, Pangeran Ilyash?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard kepada Pangeran Ilyash pada saat itu pun akhirnya membuat Pangeran Ilyash kini menghembuskan napasnya dengan lemas dan menolehkan pandangan ke arah sang pelindung, sebelum akhirnya berucap. “Adalard … Saya adalah orang yang mereka cari!” jelas Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini mengertukan dahinya mendengar hal itu, “Apa?” tanya Adalard kepada Pangeran Ilyash. “Aku adalah tabib yang terakhir kali di temui oleh kakaku … dan aku juga lah yang menyarankan dua hal itu kepada kakakku tanpa memikirkan resikonya!” jelas Pangeran Ilyash yang kini membuat Adalard terdiam dan menghembuskan napasnya di sana, ia memang sudah menduga jika hal seperti ini akan terjadi. Namun, karena hal ini sudah terlanjur terjadi … tak ada hal yang bisa di lakukan oleh Adalard selain mengikuti apa yang diinginkan oleh sang Pangeran saat ini. “Jadi, apa yang akan anda lakukan sekarang … Pangeran Ilyash? Apakah anda ingin menjebak salah satu tabib untuk menerima tanggungannya?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pun segera diberi gelengan kepala oleh Pangeran Ilyash, yang kemudian membuatnya berucap, “Karena ini semua adalah salah saya, maka saya lah yang harus mengakui kesalahan saya kepada Raja … Adalard!” jelas Pangeran Ilyash, yang tentu saja membuat Adalard kini melebarkan kedua matanya menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh sang Pangeran. Ia merasa jika sang pangeran sangat berani, namun … hal itu kembali ia tarik ketika melihat tangan kanan dari Pangeran Ilyash yang kini bergetar di sana. Yang membuat Adalard tahu jika Pangeran Ilyash ketakutan saat ini. “Apakan anda ingin saya temani untuk menghadap Baginda Raja, Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu pun langsung di beri gelengan kepala dari Pangeran Ilyash. “Tidak Adalard … jika kau ikut bersamaku, maka kau akan masuk ke dalam permasalahannya, jadi biarkan aku yang pergi menghadap Ayahku seorang diri!” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini terdiam menanggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepala dengan pelan. “dan satu hal lagi … bisakkah kau meninggalkanku sendirian untuk saat ini? Aku ingin mengumpulkan keberanianku terlebih dahulu!” jelas Pangeran Ilyash yang kini berjalan pergi meninggalkan Adalard di jalan taman bunga tersebut, yang tentu saja membuat Adalard memahaminya dan menganggukkan kepala menyanggupi hal itu, meski pada sebenarnya Adalard akan mengikuti langkah kakinya dan memantau sang Pangeran dari jauh. …  To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD