Rapat Darurat atas perginya sang Pangeran

1047 Words
malam hari itu, rapat darurat pun di lakukan, dan orang-orang yang terlibat di dalam rapat kali itu adalah ketua dari tabib istana, ketua penjaga yang bertugas untuk menjaga perbatasan, Raja Abraham, Para petinggi naga dan tentunya sang kepercayaan. “Jadi … apa yang akan kita lakukan di rapat ini, Ab?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh sang naga petinggi yang lainnya membuat Szam hanya menatap naga tersebut dengan cukup tajam dan membuat Abraham segera menggebrak meja tersebut dan kemudian berucap, “Kita bahas mengenai bagaimana bisa kalian membuat anakku menyerah karena traumanya? Apa yang kalian lakukan selama ini?! kenapa kalian tidak becus menangani hal seperti ini, huh?!” tanya Raja Abraham seraya menoleh menatap kepala tabib kerajaan yang kini terkejut mendengar ucapan yang di lontarkan oleh snag Raja kepada dirinya saat itu, yang tentu saja membuat dirinya dengan cepat menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu. “M … maaf baginda Raja, tapi kami tidak pernah mengetahui jika Pangeran Vernom mengalami trauma, dirinya bahkan tidak pernah mendatangi kami setelah satu minggu dari sadarnya dan pulihnya setelah peristiwa perang itu terjadi, Baginda … maafkan atas ketidak pekaan kami!” ucap sang kepala tabib yang segera saja berjalan menghampiri sang Raja berlutut di hadapannya, yang tentu saja membuat Raja Abraham kini mengerutkan dahinya mendengar penjelasan yang di lontarkan oleh kepala tabib istana kerajaan di sana, yang tentu saja membuat dirinya bertanya. “Apa? Apa yang kau katakan?? apakah Vernom tidak pernah mendatangi kalian para tabib di ruang tabib?” tanya Raja Abraham kepada sang kepala tabib, yang kini menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Raja dan segera berucap. “Saya bersumpah demi kuburan saya sendiri nantinya baginda Raja, Pangeran Vernom tidak pernah sekali pun berjalan masuk ke dalam ruang tabib semenjak saat itu!” ucapnya kepada Raja Abraham, yang kemudian menolehkan pandangannya ke arah Rezen yang menganggukkan kepalanya, seolah mengatakan jika ucapan yang di katakan oleh kepala tabib itu adalah benar, dan Raja Abraham tahu jika Rezen bisa membaca kebohongan seseorang di sana, yang membuatnya tentu saja akan menuruti ucapannya dan menghela napas seraya berucap, “Berdiri lah, wahai kepala tabib!” perintah Raja Abraham kepada sang kepala tabib, yang tentu saja membuat dirinya kini menundukkan kepala menanggapi hal itu dan beranjak dari posisinya bersujud saat itu. Yang kemudian sang Raja pun mengerutkan dahinya menanggapi hal itu dan kemudian Szam pun berucap, ”Jika ia tidak pergi ke ruang tabib, akan ada kemungkinan jika ia mendatangi salah satu tabib secara langsung dan bertanya kepada mereka perihal traumanya, apakah dugaan saya benar … Abraham?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Szam saat itu membuat para petinggi lainnya menganggukkan kepala menanggapi dugaan yang di lontarkan oleh Szam di sana, yang kemudian membuat Raja Abraham kembali termenung menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Kalau begitu, kita harus mencari siapa salah satu di antara ratusan tabib yang selalu di temui oleh Vernom akhir-akhir ini … dan aku ingin kau mencari salah satunya, Abbas!” ucap Raja Abraham kepada Abbas, sang ketua dari tabib istana yang dengan segera menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Apa yang akan kau lakukan kepadanya nanti jika kau sudha bertemu dengan tabib yang berbincang dengan Pangeran Vernom saat itu, Ab?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pada saat itu pun membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya dengan sangat berat untuk akhirnya berucap, “Aku akan memenggal kepalanya karena telah membuat anakku pergi dari kerajaan ini!” ucap sang Raja dan terdengar sangat marah kala itu, yang tentu saja tidak ada yang berani membuat keributan dengan sang Raja jika dirinya sudah terlihat sangat marah seperti saat itu. “Lalu bagaimana dengan kondisi sekarang? Apakah kita harus menyebarkan kabar ini kepada publik? Maksudku para warga dan juga kerajaan yang lainnya?” sebuah pertanyaan yang kala itu di lontarkan oleh Amer pun membuat Raja kini menoleh menatapnya dan berucap, “Aku tidak masalah akan hal itu, namun apakah kepercayaanku dan pemimpin petinggi naga akan setuju dengan usulanmu itu, Amer?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh snag Raja untuk menanggapi pertanyaan yang diucapkan oleh Amer kala itu pun membuat Rezen dan Szam yang merasa terpanggil saat itu kini dengan serempak menggelengkan kepala mereka berdua menanggapi semua ucapan yang di katakan oleh keduanya, yang kemudian Rezen pun berucap, “Akan menjadi berbahaya jika kita menginformasikan kabar ini secara terbuka kepada warga dan juga kerajaan lainnya, mereka akan merasa bahwa mereka bisa menyerang Kerjaan ini kapan saja karena Kerajaan ini mengalami kekosongan penerus kerajaan, dan itu sangat beresiko bagi kita semua!” jelas Rezen kepada Amer dan membuat Szam menganggukkan kepalanya menanggapi penjelasan itu. “Ya, yang Rezen jelaskan adalah benar … akan menjadi lebih baik jika kita-kita saja yang mengetahui hal ini, dan tetap menjadi sebuah rahasia hingga kita menemukan jalan keluarnya!” jelas Szam kepada Amer dan hal itu kembali di anggukkan kepala oleh Amer dan bahkan tidak hanya dirinya namun semua yang ada di sana menganggukkan kepala mereka merasa sepakat untuk hal itu. “Kalau begitu, kita sepakat akan mencari tabib yang sering di temui oleh Pangeran Vernom beberapa hari terakhir, dan kemudian bagaimana dengan perbatasan?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Szam kala itu kembali membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya lagi, seolah ia sudha lebih dari lima kali melakukan hal yang sama ketika selama rapat berlangsung, yang kemudian membuat Rezen pun berucap, ”Perintahkan kepada para penjaga gerbang untuk menghalau semua kabar buruk dari dalam maupun dari luar mengenai kondisi sang Pangeran, siapapun yang terlihat membicarakannya, segera saja bawa ke hadapan Raja untuk diberikan sanksi, bagaimana Yang mulia? Apakah anda satu pendapat dengan saya?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen kepada Raja Abraham saat itu pun membuat dirinya menganggukkan kepala menanggapi hal itu. “Yeah … lakukan saja persis seperti apa yang di katakan oleh Rezen tadi!” jelas Raja Abraham kepada kepala penjaga yang kini menganggukkan kepala menanggapi hal itu dan kemudian berucap, ”Baik, Yang Mulia … perintah anda akan saya laksanakan!” ucap sang kepala penjaga di sana, dan akhirnya rapat pun di tutup setelah mereka mendapatkan dua jalan yang akhirnya ditemukan. Yang pertama mereka akan mencari si tabib dan yang kedua adalah menjaga kabar yang keluar atau yang masuk mengenai Pangeran Vernom. Dan mereka pun akhirnya menghentikan rapat tersebut setelah mendapatkan hasilnya. … To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD