Kepergian yang mengejutkan

1146 Words
“...” Ketiga orang yang kala itu baru saja menginjakkan kaki di dalam kamar Pangeran Vernom Muller pun kini terdiam dan terkejut ketika mendapati jika ruang kamar di sana kosong, yang membuat Pangeran Ilyash kini menoleh ke arah sekitar untuk akhirnya mendapati sebuah surat yang terlipat dan juga sebuah kalung penobatan sang kakak, yang tentu saja membuat dirinya berjalan mendekati meja itu dan kemudian menoleh menatap Rezen dan kemudian berucap, “Rezen, lihatlah ini!” ucap Pangerna Ilyash kepada Rezen yang kini menoleh menatap sang Pangeran untuk kemudian berjalan mendekatinya dan kembali terkejut melihat kedua benda itu, dengan segera ia mengambil surat dan kalung tersebut untuk kemudian ia membuka isi dari surat itu dan segera menoleh menatap Adalard dan berucap, “Adalard! Pergi temui Ray dan perintahkan dirinya untuk segera menyebar prajurit spesial untuk mencari keberadaan Vernom, saya yakin dia belum jauh dair tempat sini!” ucap Rezen kepada Adalard yang dengan segera menganggukkan kepalanya tanpa bertanya dan pergi dengan segera, sedangkan Pangeran Ilyash kini menoleh menatap Rezen dengan khwatir di sana, “Apa yang terjadi, Rezen?” tanya Pangeran Ilyash kepada Rezen yang kini menolehkan pandangannya dan kemudian berucap, “Kita bahas ini nanti Pangeran, pergi lah kembali ke kamar anda dan lekaslah tidur!” ucapan Rezen kala itu seperti perintah untuk sang Pangeran, yang membuat Pangeran Ilyash yang memang akan selalu menuruti semua ucapan dari Rezen pun pada akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya dan kemudian berjalan untuk pergi ke ruang kamarnya, sedangkan Rezen kini segera berjalan menuju kamar dari Raja dan Ratu untuk segera mengabarkan kabar yang gawat saat itu, karena ia tahu kesopanan bisa diterobos begitu saja jika saat genting tiba dan ini adalah saat yang genting. Ia bergegas berjalan dengan cepat, menaiki anak tangga untuk akhirnya sampai di depan pintu kamar sang Raja. Tok … tok … tok … “Yang Mulia!” panggil Rezen dengan cukup kencang, ia sengaja melakukannya agar setidaknya sang Raja terbangun saat ini. Dan benar saja, tidak lama dari Rezen yang mengetuk pintu, sang Raja pun akhirnya menanggapi dengan berucap, “Ada apa?!” tanya Raja Abraham tanpa membuka pintunya, yang tentu saja hal itu memang sering terjadi, yang membuat Rezen kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Ada hal yang penting yang harus anda ketahui, segera lah ke luar sehingga saya bisa memberikan surat ini pada anda, Yang mulia!” memang dari ucapan yang di lontarkan oleh Rezen pada saat itu tidak terkesan spoan kepada sang Raja, namun itu adalah sebuah kebiasaan karena sang Raja sendiri lah yang menginginkannya, ia harus bersikap seperti itu agar Raja Abraham mau mendengarkannya dan mau mengikuti apa yang diperintahkan olehnya, dengan buti bahwa sekarang sang Raja membukakan pintu dan menatap Rezen dengan malas. “Apa yang penting di tengah malam ini, Rezen?” tanya Raja Abraham kepada Rezen yang kini memberikan secarik kertas dan juga memperlihatkan kalung penobatan Pangeran Vernom kepada Raja Abraham, yang tentu saja membuat sang Raja kini membelalakan kedua matanya dan kemudian segera membaca isis dari surat tersebut. “Apakah kau sudah mengerahkan prajurit untuk mengejarnya?!” tanya Raja Abraham kepada Rezen yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Saya sudah mengerahkan RAy dan juga Saint untuk menyusulnya, Yang mulia!” ucap Rezen kepada sang Raja yang kini berjalan meninggalkan ruang kamarnya, yang tentu saja hal itu diikuti oleh sang kepercayaan. “Apakah kau sudah mendeteksi hawa darinya?” tanya Raja Abraham kepada Rezen yang kini menganggukkan kepala dan kemudian berucap, “Saya sudah melakukannya yang mulia, tapi … syaa tidak bisa mendeteksinya karena Pangeran Vernom memberikan pedang miliknya kepada Pangeran Ilyash, jadi saya cukup kesulitan untuk mendeteksi keberadaannya karena hawa dari dirinya sudah melekat pada pedangnya, yang mulia!” ucap Rezen menjelaskan dan tentu saja membuat sang Raja kini mendecih kesal dan berjalan menuju ruang para petinggi naga untuk mengecek apakah benar jika Utsubo-sei juga ikut dengannya, mengingat para pembimbing naga akan sulit keluar dari ruang petinggi naga, karena mereka harus melewati penjagaan ketat yang dibuat oleh Szam di sana. … Brak!! Dengan segera Raja Abraham membuka dengan lebar pintu ruang para petinggi itu tanpa sedikit pun rasa takut di sana, yang tentu saja membuat beberapa petinggi naga terdahulu cukup terganggu dengan kedatangan sang Raja yang terkesan mengganggu waktu istirahat mereka saat itu. “Szam, keluarlah segera!” ucap Raja Abraham kepada Szam, yang tentu saja membuat beberapa dari mereka menatap sang Raja dengan sangat tajam, sedangkan Rezen tidak bisa melakukan apa pun selain mengikuti sang Raja saat itu. Mendengar teriakan panggilan dari Raja Abraham, membuat Szam yang tengah tertidur pulas pun kini terkejut mendengarnya dan segera melayang melesat dengan cepat menuju hadapan snag Raja yang kini berada di ruang petinggi saat itu. “Bisakkah kau tidak berteriak seperti manusia yang kerasukan, Ab?!” ucap Szam memprotes sang Raja, namun Raja Abragham terlihat tidak ingin membahas yang lain yang membuat Szam pun mengerutkan dahinya melihat raut serius yang jarang sekali di tunjukkan oleh Raja Abraham kepada dirinya saat itu. “Ada apa?” tanya Szam kepada Raja Abraham, kini dirinya bertingkah seolah dirinya berada dalam situasi yang juga serius, yang pada akhirnya membuat Raja Abraham pun berucap, “Anakku Vernom Muller … dia melarikan diri, apakah Utsubo-sei juga menghilang dari tempat ini, Szam?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Raja pun membuat Szam dan bahkan tidak hanya dirinya melainkan naga petinggi yang laionnya pun terkejut mendengar penjelasan yang di paparkan oleh Raja Abraham saat itu, yang tentu saja membuat Szam kini berucap, “Apa?! apa alasan mereka melarikan diri dari istana ini, Ab?” tanya Szam kepada sang Raja yang kini memperlihatkan kertas dan juga kalung penobatannya kepada Szam seraya berucap, “Ketidak becusan para tabib lah yang harusnya aku pertanyakan, ia pergi karena  tidak bisa mengatasi trauma yang diderita anakku!! dia pergi karena merasa bahwa ia harus menghindari traumanya, siapa yang harus kita salahkan saat ini?! orang itu pantas di hukum mati!” tegas sang Raja merasa marah, yang tentu saja membuat Rezen dengan segera melapisi langiyt wilayah Kerajaan dan Desa Valens dengan barrier miliknya, karena ia tahu jika Hyuz milik Raja Abraham sebentar lagi akan terlihat dan menghiasi langit malam itu. Mendengar hal itu, membuat Szam kini hanya bisa menghembuskan napasnya menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Lebih baik saat ini kita adakan rapat untuk memutuskan semuanya, Abraham, kuasai emosimu, jangan membuat rakyatmu gelisah di malam hari karena Hyuzmu!” ucap Szam kepada sang Raja yang kini menghembuskan napasnya dan ia dengan seketika mampu menangani emosinya dan kembali menormalkan hyuznya, yang tentu saja pasti bisa ia lakukan dengan mudah, karena Raja Abraham bukan lah seorang Raja yang lemah, namun hanya karena ia jarang memperlihatkan kehebatannya kepada banyak orang dan termasuk Rezen. “Baiklah … segera kita lakukan rapat untuk membahas hal ini dan menjatuhi hukuman kepada pelaku yang membuat anakku pergi dari sini!” ucap Sang Raja kepada Szam yang kini mengangguk menanggapi hal itu. … to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD