Keputusan Pangeran Vernom

1259 Words
Malam itu, Pangeran Vernom terduduk di depan meja di ruang kamarnya, ia termenung menatap lembaran kertas polos dan tinta yang belum sama sekali di sentuh oleh dirinya. Ia terdiam dan terus menatap ke arah lembaran itu tanpa sedikit pun bergerak, seolah dirinya tengah berpikir dan tengah menimang-nimang sesuatu hal yang membuatnya merasa jika ia benar-benar membutuhkan kesendirian untuk bisa memutuskan sesuatu hal yang berat saat itu. “Tsusei … bisakkah kau kemari?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Vernom saat itu pun membuat sang naga yang tadinya tidak ada di sana pun kini berada tepat di sampingnya dan kemudian bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa kau memanggilku, Vernom?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Tsusei yang kala itu bertanya di sampingnya pun membuat sang Pangeran kini berucap, “Tsusei … apakah kau ingin pergi bersamaku?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangern Vernom pada saat itu pun membuat sang naga kini mengerutkan dahinya mendengar hal itu. “Apa?? apa maksudmu dengan bertanya seperti itu kepadaku?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Tsusei yang sesegera mungkin berubah wujud menjadi manusia pun kini membuat Pangeran Vernom menghembuskan napasnya dan menolehkan pandangannya ke arah naga lahirnya itu seraya berucap, “Apakah kau ingin berkelana bersama denganku, tsusei?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Vernom saat itu, membuat Tsusei tahu jika sang Pangeran ingin melakukan cara yang kedua yang dengan diam-diam ia dengar di poltar milik Adalard saat itu, yang pada akhirnya sang naga pun kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Pangerannya. “Tentu saja, Pangeran … saya akan selalu mengikuti anda kemana pun dan kapan pun!” jelas Tsusei kepada sang Pangeran yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu dan tersenyum dengan simpul setelah mendengarkan ucapan itu. Yang kemudian membuat Pangeran Vernom pun pada akhirnya meraih pena dan mencelupkannya ke dalam tinta untuk akhirnya mulai membuat sebuah surat permintaan yang resmi kepada sang Raja, dan surat itu berisikan:   Surat permohonan no.CDLXIII. yang diajukan oleh: Kepada: Pangeran Muller XII  Raja Muller XI  (Vernom Muller)   (Abraham Muller)   Saya Vernom Muller mengajukan sebuah permohonan secara resmi kepada Baginda Abraham, untuk meminta restu bahwa saya Vernom Muller akan meninggalkan Kerajaan hingga waktu yang tidak terbatas, yang ditujukan untuk menghilangkan dan mengatasi Trauma yang di alami oleh saya semenjak kejadian perang besar yang saya alami beberapa waktu yang lalu. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Raja Abraham Muller XI dan juga Yang mulia Petinggi naga Szam, saya meminta restu dan memohon untuk membawa naga pembimbing saya, Utsubo-sei bersama dengan saya, dengan alasan yang nantinya akan menemani saya selama saya berada di luar Kerajaaan. Hormat saya, Vernom Muller.     “...” Pangeran Vernom pun akhirnya tertegun setelah ia menyelesaikan surat permohonan yang ia tulis secara resmi untuk sang Raja dan juga sang Pemimpin petinggi. Pandangannya pun kembali menoleh menatap sang naga yang kini juga menolehkan pandangannya ke arahnya seraya berucap, “Kita akan pergi dalam waktu yang lama, Vernom?” pertanyaan yang di lontarkan oleh sang pembimbing naga pun membuat Pangeran Vernom kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan tersebut dan kemudian pandangannya kini menatap ke arah pedang milik sang kakak Pangeran Arb yang waktu itu diberikan kepadanya ketika sang kakak pergi meninggalkan Kerajaan. “Yeah … aku rasa kita harus pergi hari ini!” ucap sang Pangeran seraya melepaskan kalung kerajaannya yang selalu ia pakai semenjak ia di tobatkan menjadi seorang Pangeran di Kerajaan Valens. “Dan kau akan membiarkan semua beban ini kepada adikmu?” pertanyaan yang kembali di lontarkan oleh Utsubo-sei atau Tsusei itu membuat sang Pangeran kini terdiam dan kemudian berucap, “Adikku tidak pernah di tobatkan, Tsusei … dia tidak akan bisa menjadi Raja, jadi biarkan kita berkelana hingga aku bisa menghilangkan traumaku, lalu kita kembali lagi jika waktu itu telah terlewati!” jelas Pangeran Vernom kepada sang naga, yang membuatnya kini menghembuskan napas dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Seperti yang aku ucapkan… aku akan selalu mengikuti dirimu!” ucap Tsusei kepada Pangeran Vernom yang kini meraih jubah beruangnya dan kemudian meraih pedangnya serta pedang milik sang kakak yang tergeletak di atas kasur itu, sebelum akhirnya ia dan Tsusei pun menghilang dari sana, meninggalkan sebuah surat permohonan, serta kalung penobatannya, yang mengartikan bahwa ia meninggalkan kerajaan tanpa ada jabatan seorang pangeran dari Kerajaan Valens saat itu. … Malam yang sama, dan kala itu Pangeran Ilyash tengah terbaring dan terlelap di kasurnya pun mendengar suara pedang yang diletakan di sekitar kamarnya saat itu, yang tentu saja membuat dirinya terganggu dan segera terbangun dari tidurnya. Trek! Itu lah suara yang ia dengan, kedua mata Pangeran Ilyash dengan cepat terbuka, dan dengan sigap dirinya meraih pisau tajam yang biasa ia gunakan untuk melakukan operasi dan menodongkan ke arah suara di sana, yang kemudian membuat Pangeran Ilyash tertegun ketika mendapati sebuah pedang yang tampak tidak asing baginya yang kini tergeletak di atas meja milik dirinya saat itu. Dahi Pangeran Ilyash pun mengerut ketika mendapati pedang itu, ia beranjak dari kasurnya untuk kemudian mendekati dengan perlahan pedang tersebut. Tanpa rasa ragu, ia meraih pedang itu dan membukanya dari tempatnya, yang kemudian Pangeran Ilyash pun melihat nama yang tergores di pangkal bilah pedangnya dan itu adalah nama dari Vernom Muller. Perasaan Pangerna Ilyash menjadi tidak enak ketika ia melihat pedang milik sang kakak tergeletak di atas mejanya, yang pada akhirnya membuat Pangeran Ilyash pun bergegas keluar dari ruang kamar tidurnya menuju kamar tidur dari sang kakak. Tok … tok … tok … “Kak Vernom?” panggil Pangeran Ilyash, namun karena tidak ada sahutan dari dalam membuat sang Pangeran kembali mengetuk dan memanggil nama sang kakak hingga tiga kali, dan ketika panggilan ketiga ia tidak kunjung mendapatkan sahutan darinya, membuat Pangeran Ilyash pun berbalik dan bergegas untuk pergi menemui sang Pelindung yang ia yakini tidak tertidur dan berjaga di sekitar istana. Pangeran Ilyash tahu jika ia sangat yakin dengan firasatnya saat ini, yang tentu saja membuatnya segera berlari untuk memanggil Adalard. “Adalard!” sebuah panggilan dari sang Pangeran, membuat Adalard yang tengah berjaga bersama dengan para prajurit penjaga pun kini menoleh menatap sang Pangeran dengan segera. “Pangeran? Apa yang anda lakukan di waktu ini, bukankah seharusnya anda tidur?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard saat itu membuatnya menggelengkan kepala dan tidak menanggapi pertanyaan itu dan segera berucap, “Bantu aku … aku rasa ada yang tidak beres dengan kak Vernom!” ucap sang Pangeran yang tentu saja membuat Adalard terkejut mendengarnya dan segera berlari mendahului sang Pangeran menuju ruang kamar tidur dari Pangeran Vernom. Tok … tok … tok … “Pangeran?!” sebuah panggilan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu langsung membuat Pangeran Ilyash menggelengkan kepalanya, “Dia tidak kunjung menjawab panggilanku, Adalard … dobrak pintunya!” ucap Pangeran Ilyash, namun alih-alih mengikuti perintah sang Pangeran, dirinya kini mengerutkan dahinya dan kemudian berucap, “Tidak bisa Pangeran … saya tidak diperkenankan untuk itu!” jelas Adalard, “Kenapa tidak?!” tanya Pangeran Ilyash terlihat sangat cemas, “Ada apa ini?” sebuah pertanyaan yang terlontar saat itu, membuat keduanya kini menoleh menatap Rezen yang berdiri di samping mereka saat itu, yang tentu saja membuat Adalard segera menunduk memberi hormat dan Pangeran Ilyash segera berucap, “Rezen, saya rasa ada hal yang aneh dari Kakak … bisakkah kau membukakan pintunya untukku?!” sebuah permintaan yang di ucapkan oleh sang Pangeran saat itu pun membuat Rezen mengerutkan dahinya dan segera membuka pintu itu dengan sangat mudah, seolah tangannya diberi akses di setiap pintu kerajaan saat itu. Dan ketika pintu kamar terbuka, ketiganya pun terkejut ketika tidak mendapati siapapun di sana. …  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD