Asa sang Kaka

1053 Words
Kltrang! “Hahh … hahh … hahh …” Deruan napas dari Pangeran yang kala itu menginjak usia sembilan belas tahun terdengar dengan jelas di lapang latihan pedangnya, bersamaan dengan Igor yang baru saja melemparkan pedangnya ke arah lain, ketika merasa bahwa usaha dan juga tes yang di lakukan oleh keduanya yang kala itu berjumlah hingga ratusan kali, membuat sang Igor memutuskan untuk tidak melakukannya lagi. Tidak dengan wajah sang Pangeran yang kini sudah nyaris seperti mayat dan kedua tangan darinya yang bergetar dengan cukup hebat, yang menandakan bahwa sang Pangeran mengalami Trauma yang sangat berat. “Hh … Kita lakukan lagi hhh … hhh … kita lakukan lagi!” ucap Pangeran Vernom yang kini berusaha untuk berdiri dari duduknya di sana, yang kemudian tentu saja membuat Igor menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan dan ajakan dari sang Pangeran kepadanya di sana, “Pangeran, saya mohon … saya tidak bisa melakukan hal ini lagi kepada anda … anda terlihat tidak baik-baik saja!” ucap Igor kepada Pangeran Vernom yang kini dengan cepat menoleh menatap sang guru pedangnya dengan amat serius dan kemudian berucap, “Ayolah!! Aku bisa melakukannya!” ucap Pangeran Vernom meninggi, yang tentu saja membuat Igor langsung berucap dengan cukup lantang, “Pangeran, Anda tidak bisa melakukannya!! setiap kali saya mengangkat pedang saya di hadapan anda, reaksi yang anda lakukan sama saja dari awal hingga saat ini!! itu sia-sia pangeran!!” ucap Igor kepada Pangeran Vernom yang berada di hadapannya saat itu, yang kini terkejut mendengarnya berkata seperti itu dan membuat sang Pangeran bahkan terpatung untuk beberapa saat, seolah dirinya sedang mencerna apa yang di ucapkan oleh sang guru pedangnya kepada dirinya di lapangan itu. “...” melihat kediaman dang Pangeran yang kala itu seperti seseorang yang tersadar dari kenyataannya, membuat Igor kini menghela napasnya dan menundukkan kepala seraya berucap, “Pangeran … maafkan saya, saya tidak bermaksud menghentikan kegigihan anda dalam menghadapinya, tapi … saya hanya tidak sanggup melihat anda menderita seperti ini, Pangeran … tolong mengerti saya, saya menyarankan anda untuk segera menemui para tabib istana, agar setidaknya anda mendapatkan…- “Apa yang aku dapatkan dari mereka, igor?!” sebuah pertanyaan yang kini di lontarkan oleh Pangeran Vernom yang sempat memotong ucapan sang guru di sana pun, kini membuat Igor terdiam menatap dirinya yang kini perlahan berdiri dan menegapkan tubuhnya seraya menatap sang guru pedang dan menggelengkan kepalanya. “Mereka tidak memberiku apapun selain kata istirahat dan tenangkan pikiran! Tidak dengan saran … dan tidak dengan tindakan, apakah itu adalah seorang tabib yang benar?! AKU … BAGAIMANA AKU BISA MEMIMPIN KERAJAAN JIKA AKU TAKUT DENGAN SEMUA HAL YANG PERNAH AKU LALUI IGOR?!”ucap Pangeran Vernom mulai meninggikan suaranya dan kembali berkecamuk di sana, yang tentu saja membuat banyak sekali  staff kerajaan yang merasakan hyuz dari sang Pangerna yang mulai muncul dan mempengaruhi langit kerajaan. “Pangeran, tenangkan dirimu!” ucap Igor dan di saat yang bersamaan ketika Rezen dan Raja Abraham merasakan hyuz tersebut, keduanya segera berlari dari ruang Raja untuk mendatangi tempat di mana sang Pangeran berada saat ini. “Apa yang terjadi?!” tanya Raja Abraham kepada Rezen yang kini menggelengkan kepalanya, “Saya tidak tahu dengan persis, Ab!” jawab Rezen, “Di mana dia?!” sambung Raja Abraham bertanya kepada Rezen yang kini menunjuk ke arah taman seraya berucap, “Dia mengatakan dia akan bertemu dengan Pangeran Ilyash di labnya!” ucap Rezen kepada sang Raja yang kini menggeram dan segera berbelok menuju taman untuk pergi ke lapang latihan dan menembus ke lab milik sang Pangeran Ilyash,namun baru saja ketika keduanya berbelok, pandangan Rezen dan sang Raja kini tertuju ke arah Pangeran Ilyash yang juga kini berlari bersama dengan Adalard di seberang taman itu dan masuk ke dalam lorong-lorong Kerajaan. “Dia tidak bersama dengannya, Rezen … dia tidak bersama dengannya!!” ucap Raja Abraham kini berbalik dari taman dan mulai mengikuti langkah kaki dari Pangeran Ilyash dan juga Adalard, dan hal itu senantiasa selalu di ikuti oleh sang kepercayaannya. Drap … drap … drap … Langkah kaki dari keempat orang itu kini berlari menuju lapangan latihan pedang yang ada di salah satu ruang tertutup di dalam kerajaan, yang tentu saja ruangan itu sengaja diperuntukan untuk para Pangeran yang akan belajar bermain pedang bersama dengan Igor sang ahli pedang yang di tunjuk langsung oleh sang Raja. Mendekat dan terus mendekat, dan ketika Pangeran Ilyash sampai di depan pintu dari ruangan tersebut, dengan cepat Adalard membukakan pintu itu dengan lebar dan keduanya pun segera masuk ke dalam ruang latihan itu, yang kemudian diikuti oleh Raja Abraham dan juga Rezen. “Kakak!!” panggil Pangeran Ilyash di sana, dan seketika hyuz serta emosi yang berkecamuk di dalam diri Pangeran Vernom saat itu, hilang begitu saja. “HH … hhh …” napas Pangeran Ilyash kini menderu-deru, pandangannya terus menatap punggung dari sang kakak yang kini menundukkan kepalanya dan mulai terisak di sana. “Ilyash … aku tidak bisa … aku tidak bisa melakukannya … ayah … apa yang harus aku lakukan?” ucap sang Pangeran terdengar sangat putus asa, yang tentu saja membuat sang Raja seketika terdiam dan berusaha untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka semua saat ini, apa hubungannya dengan Ilyash, kenapa ada di lapang latihan pedang bersama dengan igor, dan kenapa ia terisak seolah ia sudah putus asa mengenai hidupnya saat itu? Banyak sekali pertanyaan yang timbul dari dalam pikiran Raja Abraham ketika melihat dan mendengar semua hal itu, malam ini. Namun, ketika dirinya melihat jika Pangeran Ilyash datang membawakan peralatan medisnya yang kini tengah di genggam oleh Adalard, ketika melihat satu pedang yang terjatuh tepat di sisi Igor yang tengah berdiri dengan keringat yang mengucur di pelipisnya, serta tangan dari Pangeran Vernom yang bergetar hebat, membuat dirinya tahu bahwa sang Pangeran kini mendapatkan trauma yang cukup serius mengenai perang yang dialami olehnya beberapa waktu silam, yang membuatnya harus kehilangan jiwa keduanya saat itu dan nyaris tewas. Semua adalah kesalahan dari dirinya yang memaksa Rezen yang kala itu menolak jika sang Pangeran harus berlatih perang secara langsung pun pada akhirnya harus di setujui, yang membuat sang Pangeran harus menderita saat ini, yang tentu saja semua hal itu adalah kesalahan dirinya, seharusnya ia sebagai seornag Raja dan seorang Ayah tahu … kapan saat anaknya siap untuk berperang, dan saat itu … ia tidak tahu, jika Pangeran Vernom belum benar-benar siap. …  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD