Cara Pertama

1012 Words
Hari itu terasa sangat indah dan tenang bagi semua orang yang menjalankan aktivitas mereka seperti biasa, namun tidak dengan Pangeran Vernom yang kini berjalan di taman bunga iris yang terletak di dalam kerajaan Valens. Ia baru saja keluar dari poltar dimensi milik sang pelindung dari sang Adik, dan raut wajah yang diperlihatkan oleh Pangeran Vernom saat ini adalah tenang, namun penuh dengan pertimbangan, seolah dirinya tengah memikirkan sesuatu hal yang harus segera ia putuskan saat itu, dan hal itu dapat dengan jelas terlihat oleh Ray sang pertahanan pertama yang baru saja melewati dirinya bersamaan dengan kedua penjaga yang lainnya, yang kemudian membuat Ray kini mengerutkan dahi dan berhenti beberapa langkah setelah dirinya berpas-pasan dengan sang Pangeran di sana. Melihat jika sang panglima perang menghentikan langkahnya di sana, membuat kedua prajurit yang mengikutinya pun ikut terdiam dan bertanya, “Apa yang terjadi, Ray?” pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Prajurit, membuat Ray menghembuskan napasnya seraya menggelengkan kepalanya dan kembali berucap, “Tidak ada … ayo kita lanjutkan!” ajak Ray kepada keduanya dan mereka pun benar-benar pergi begitu saja. … Ada dua cara untuk menanganinya, kakaku … menghadapinya dan melawan rasa trauma kakak, atau menghindarinya sejauh mungkin. Kata-kata itu lah yang terus berputar di dalam pikirannya saat ini, ia berjalan dengan perlahan menghintari lorong-lorong Istana di Kerajaannya, untuk kemudian ia pun menghentikan langkah kakinya dan memutuskan untuk pergi menuju tempat di mana ia akan bertemu dengan seseorang yang mungkin saja bisa di andalkan olehnya dalam hal ini. ‘Aku memang tidak boleh gegabah, jadi aku akan mencoba hal pertama yang disarankan oleh adikku itu … dan menghadapinya adalah cara yang pertama untuk melawan traumaku ini!’ Itu lah pikiran yang ada di dalam kepala Pangeran Vernom yang kini berjalan ke sebuah lapang latihan pedang, di mana saat ini ia mencari sang guru Igor yang kini terduduk seraya membersihkan dan kenajamkan kembali pedang-pedang yang ia miliki di dalam ruangan tersebut, yang kemudian aktivitasnya terhenti ketika menatap sang Pangeran yang kini berdiri tepat di hadapannya saat itu. “Pangeran Vernom?” panggil sang Igor yang kini membuat snag Pangeran menundukkan kepala ketika membalas hormat formal dari sang guru kepada dirinya saat itu. “Igor!” balas panggil sang Pangeran kepada guru pedangnya itu yang kini tersenyum dan kemudian berucap, “Adakah hal yang bisa saya bantu? Setahu saya … latihan pedang akan diadakan satu minggu lagi, Pangeran!” jelas Igor kepada Pangeran Vernom yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi penjelasan tersebut dan kemudian berucap, “Itu benar, Igor … tapi saat ini saya membutuhkan diri anda untuk membantu saya!” jelas Pangeran Vernom yang kini membuat Igor menolehkan pandangannya ke arah sang Pangeran dengan serius yang kemudian membuat sang Pangeran pun berucap, “Apa yang bisa saya bantu, Pangeran?” tanya Igor kepada Pangeran Vernom yang kini berucap, “Tebas saya dengan pedang milikmu!” ucap Pangeran Vernom, yang tentu saja mengejutkan bagi sang guru yang kini mengerutkan dahinya menanggapi penjelasan yang di lontarkan oleh sang Pangeran. “Apa?” Igor bertanya kembali untuk memastikan dengan apa yang ia dengan sama untuk yang kedua kalinya dari mulut sang Pangeran yang kini kembali menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Tebas Saya dengan pedang milikmu!” jelasnya lagi, yang kemudian membuat sang guru kini beranggapan jika ada sesuatu hal yang terjadi kepada dirinya saat ini dan itu sangat-sangat serius. … Sore itu, Pangeran Vernom berdiri tepat berhadapan dengan sang guru pedangnya di ruang latihan pedang, kala itu sang guru sudha mengetahui semua hal yang terjadi pada Pangeran Vernom dan berjanji untuk tidka memberitahukan hal ini dan akan ikut membantunya dalam mengatasi rasa traumanya tersebut dan bersedia untuk membantunya, karena pada pasalnya Igor adalah guru pedang sang Pangeran sejak Pangeran berusia enam tahun, yang tentu saja hubungan keduanya sudah sangat dekat. Pandangan Igor saat ini menatap sang Pangeran dengan sangat serius, dengan pedang yang ada di tangan kanannya yang ia genggam, ia bersiap untuk melakukan aba-aba yang diberikan oleh Pangeran Vernom kepada dirinya saat itu. “Saya akan bergerak sesuai dengan perintah yang anda berikan Pangeran!” ucap Igor kepada Pangeran Vernom yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, ia menatap sang Igor dengan serius sebelum akhirnya berucap, “Lakukan!” ucap Pangeran Vernom, dan membuat Igor kini mengangkat pedang miliknya untuk menebas sang Pangeran, namun pada kenyataannya, ketika sang Igor baru saja menganggak pedangnya, Pangeran Vernom segera menghindar dengan cara berjongkok dan berteriak ketakutan, yang tentu saja membuat Igor merasa jika traumanya terhadap sabitan pedang masih sama besarnya ketika ia berhadapan langsung saat perang. Karenanya dengan cepat Igor melemparkan pedangnya dan segera berlari untuk mendekati sang Pangeran seraya memanggil nama sang Pangeran berkali-kali di sana agar setidaknya sang Pangerna tersadar dari Traumanya dan bisa kembali tenang. “Pangeran! Pangeran!!” itu lah panggilannya, yang membuat sang Pangeran yang kala itu tengah terlihat ketakutan pun pada akhirnya mulai menjadi tenang, dan napasnya yang memburu kini melamban. Namun, tubuhnya yang bergetar masih tetap seperti itu, yang tentu saja membuat sang Igor merasa khawatir melihatnya. “Pangeran! Saya rasa anda harus beristirahat hingga itu benar-benar hilang dengan sendirinya!” itu lah yang di sarankan oleh Igor kepada Pangeran Vernom yang kini dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berdiri dari tempatnya seraya berucap, “Tidak, kita bisa melakukannya lagi Igor! Mari kita lanjutkan lagi!” ucap Pangeran Vernom seraya berdiri kembali dengan tegap, yang tentu saja membuat sang guru pedang merasa sangat mengkhawatirkan sang Pangeran. “Tapi … Pangeran!” ucap Igor, yang kemudian Pangeran Vernom pun menggeleng dan berkata, “Kita lakukan lagi!” ucapnya dengan mantap, yang pada akhirnya membuat Igor pun mau tidak mau melakukan apa yang di perintahkan oleh sang Pangeran kepada dirinya. “Baiklah … saya akan bergerak sesuai dengan perintah anda, Pangeran!” ucap sang Igor lagi, yang kini kembali membuat sang Pangeran menganggukkan kepalanya, “Lakukan!” perintah sang Pangeran, namun … lagi dan lagi sang Pangeran berteriak ketakutan akan hal itu, yang tentu saja membuat Igor merasa jika menghadapinya seperti ini akan sama saja dengan menyiksa sang Pangeran, dan itu tidak hanya berdampak kepada tubuhnya namun juga kejiwaannya.   … to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD