Trauma 2

1195 Words
Pangeran Ilyash berlari dengan sangat kencang menuju lapang latihan perang, dan pandangannya kini mendapati sang kakak yang tengah berlutut seraya menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya, ia berteriak ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat. “Kak Vernom!” panggil Pangeran Ilyash dengan kencang. Bersamaan dengan itu, Adalard sang pelindung segera membuka jubah miliknya untuk kemudian menoleh menatap Pangeran Ilyash, “Pangeran!” panggil Adalard seraya menyerahkan jubah miliknya, yang kemudian Pangeran Ilyash pun dengan segera meraih jubah milik sang pelindung ketika sang pelindung memanggil namanya untuk kemudian menjadikan jubah itu sebagai kain yang menutupi keseluruhan tubuh dari sang kakak yang terlihat ketakutan di sana. Tanpa diberi aba-aba, Adalard segera membuat sebuah poltar berjalan* yang menghampiri dirinya, Pangeran Ilyash serta Pangeran Vernom untuk akhirnya mereka benar-benar tidak ada di lapang latihan perang saat itu. “Hh … hhh … hh …” terdengar dengan jelas, deruan napas dari Pangeran Vernom yang tentu saja membuat Pangeran Ilyash kini menoleh menatap Adalard yang mengangguk menanggapi hal itu, untuk kemudian kembali memanggil nama sang kakak yang ada di hadapannya saat ini. “Kak??” panggil Pangeran Ilyash dengan perlahan, yang kemudian setelah mendengar panggilan itu, Pangeran Vernom pun menurunkan kedua tangannya dan membuka kain yang menutupi tubuhnya saat itu, untuk kemudian menatap dengan langsung sang Adik yang kini menatap dirinya dengan sangat khawatir. “Ilyash …” Panggil Pangeran Vernom dengan sedih, yang tentu saja membuat Pangeran Ilyash merasa sedih melihat sang kakak yang terlihat kehilangan banyak hal hanya dalam satu waktu saat itu. … Syuurrrr … Pandangan Pangeran Ilyash kala itu tidak pernah tertuju ke arah lain selain menatap Pangeran Vernom yang kala itu terduduk tepat di hadapannya, saat itu mereka tengah berada di dalam poltar dimensi milik Adalard, dengan meja dan juga kursi yang terbuat dari pohon yang sengaja ditumbangkan oleh snag Pelindung dari Pangeran Ilyash agar kedua pangeran yang ada di sana bisa terduduk dan menikmati secangkir teh yang baru saja disediakan oleh Adalard sendiri agar setidaknya  sang kakak dari Pangeran Ilyash, atau lebih tepatnya Pangeran Vernom, bisa merasa lebih tenang dari yang sebelumnya di sana. “Silahkan nikmati tehnya, ini adalah chamomile, yang saya petik dari kebun di dimensi ini!” jelas Adalard mempersilahkan kedua pangeran itu untuk mencicipinya, dan mendengar hal itu, membuat Pangeran Vernom kini menoleh menatap Adalard seraya berucap, “Terima kasih atas sajiannya, Adalard!” ucap Pangeran Vernom kepada Adalard yang segera membungkukkan badannya sedikit untuk memberikan hormat dan merasa tersanjung mendengar ucapan tersebut dari sang Pangeran, itu lah tata krama dari kerajaan yang akan terus dan harus di pakai oleh sang pelindung kepada para pangeran. Kini, Pangeran Vernom menghembuskan napasnya untuk kemudian meminum teh yang disajikan oleh Adalard di dalam poltar itu, sebelum akhirnya pandangan Pangeran Vernom menolehkan pandangannya ke arah sang adik yang kini terlihat masih terus menatapnya di sana. “Bisakah kakak menceritakan semuanya kepadaku? Aku akan berusaha untuk mengerti di sini kakak!” ucap Pangeran Ilyash ketika melihat pangeran Vernom kala itu tersenyum atau lebih tepatnya memaksakan senyuman di hadapan sang adik pada saat itu. Seketika setelah mendengar ucapan itu dari sang adik, senyuman di bibir Pangeran Vernom pun seketika luntur, dan Pangeran Vernom tertunduk saat ini di hadapan adiknya. “Kakak merasa bingung saat ini, Ilyash … apa yang harus aku lakukan saat ini?” ucap Pangeran Vernom pada akhirnya berbicara kepada sang adik yang kini mengerutkan dahinya mendengar hal itu, “Apa yang telah terjadi?” tanya Pangeran Ilyash kepada Pangeran Vernom yang akhirnya membuat sang kakak pun kini memperlihatkan kedua tangannya yang bergetar dan kemudian berucap, “Aku merasa waktuku terhenti sampai di peristiwa perang itu, Adikku … dan aku tidak bisa mengendalikannya karenanya!” jelas Pangeran Vernom kepada sang adik yang kini membelalakan kedua matanya terkejut ketika mengetahui bahwa sang kakak mengalami trauma yang berkepanjangan, yang tentu saja hal itu buruk bagi seorang Pangeran, “I … itu lah sebabnya anda berteriak tadi, yang mulia?!” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard membuat Pangeran Vernom kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan itu. “Setiap aku memejamkan mataku, meski itu tidak tidur … bayangan itu selalu kembali lagi menghampiriku, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku yang bergetar, bahkan tadi ketika aku mendengar desingan pedang, semua pengalaman buruk itu kembali menghampiriku dan aku benar-benar tidak bisa melewatkan ini semua di sini, Ilyash!” ungkap Pangeran Vernom kepada sang adik yang kini terdiam di hadapannya mendengarkan semua keluh kesah yang dirasakan oleh Pangeran Vernom pada saat ini, “Apakah … kakak sudah memberitahukan hal ini kepada ayah?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu, membuat Pangeran Vernom menggelengkan kepalanya dna kemudian berucap, “Aku belum memiliki keberanian untuk mengatakannya, Ilyash!” jelas Pangeran Vernom kepada sang adik yang kini tertegun dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Apakah … kau memiliki sebuah saran agar setidaknya aku bisa melalui ini semua dengan baik dan melupakan semuanya, Ilyash?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Vernom pun pada akhirnya membuat Pangeran Ilyash kini mengerutkan dahinya merasa jika ini bukan berada di ranahnya, “Eum … kenapa kakak bertanya kepadaku?” sebuah pertanyaan kembali di lontarkan oleh sang Adik yang kini membuat Pangeran Vernom pun terkekeh seraya berucap, “Aku bertanya kepadamu, karena aku tahu … kau lebih hebat dari tabib lainnya, bahkan aku mendengar dari Ray jika kau lah yang membuatku bertahan dari sekaratku hingga saat ini … kau lah yang menyelamatkanku saat itu, Ilyash … jadi aku hanya akan bertanya kepadamu perihal semuanya, karena aku tahu … kau lebih baik dari yang lainnya!” penjelasan sang kakak tentu sangat memberatkan Pangeran Ilyash yang kini baru menginjak delapan ke sembilan tahun. Namun, Pangeran Ilyash tahu jika sang kakak butuh saran dari dirinya saat ini, yang pada akhirnya membuat Pangeran Ilyash pun menganggukkan kepalanya dengan pelan seraya berucap, “Setahuku … ada dua cara untuk menghadapi gejala yang tengah di alami oleh kakak saat ini, karena yang aku baca kakak mengalami trauma berkepanjangan!” jelas Pangeran Ilyash yang membuat Pangeran Vernom kini terdiam menanggapinya, “Lalu .. apa cara yang baik yang harus aku lakukan, Adikku?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh sang kakak saat itu membuat Pangeran Ilyash menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Antara menghadapinya dan melawan rasa trauma kakak, atau menghindarinya sejauh mungkin!” jelas Pangeran Ilyash kepada sang Kakak yang kini tertegun mendengarnya, yang kemudian membuat Pangeran Ilyash menggelengkan kepala seraya berucap, “Aku tidak akan menyarankan salah satu dari kedua hal itu kak … semuanya aku serahkan kepada kakak, dan pikirkan lah secara matang, karena semua keputusan ada padamu!” jelas Pangeran Ilyash, dan hal itu membuat Pangerna Vernom tersadar jika sang adik yang dulu sangat polos kini beranjak menjadi dewasa bahkan melebihi dirinya ketika usia sembilan tahun, yang membuat pangeran Vernom kini tersenyum dengan lembut dan menganggukkan kepala mendengar hal itu seraya berucap, “Kakak mengerti, terima kasih atas kedua opsi yang kau berikan kepadaku, adikku!” ucap Pangeran Vernom kepada Pangeran Ilaysh yang kini tersenyum menanggapinya dan menganggukkan kepala karena hal itu.  ...  To Be Continue  ...  *Poltar berjalan  adalah poltar yang dikembangkan oleh Adalard atas bimbingan dari Ray, yang membuat mereka yang ingin memasukinya tidak perlu berjalan ke arahnya melainkan poltar itu yang akan mendekati mereka. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD