Pengakuan Pangeran Ilyash

1088 Words
Seperti apa yang Pangeran Ilyash katakan kepada Rezen, dirinya kini berjalan seorang diri melewati lorong-lorong ruang kerajaan untuk kemudian menghadap kepada ruang sang Raja. Pangeran Ilyash nampak sangat tidak siap, namun dirinya tidak bisa berbuat banyak dan seolah ia memang harus siap meski pun ia tidak. Karena ia merasa jika ketidak jujurannya saat itu hanya akan membuat para tabib yang tidak bersalah di sana terus merasakan ketidak tenangan karena dihantui rasa ancaman yang di lontarkan oleh Raja kepada mereka. Yang pada akhirnya membuat Pangeran Ilyash kini menghembuskan napasnya menanggapi hal itu dan dengan segera ia berjalan untuk semakin mendekati ruang Raja yang kala itu tengah di jaga oleh kedua penjaga pintu, yang tentu saja membuat Pangeran Ilyash kini membenarkan langkah kakinya seperti seorang Pangeran yang berwibawa, yang selalu ia tunjukkan ketika ia hendak melaksanakan pelajaran tata kesopanan Kerajaan. Langkah kaki Pangeran Ilyash berhenti tepat di hadapan pintu itu yang kala itu segera di halangi oleh kedua pedang dari kedua penjaga pintu yang ada di sana, yang membuatnya kini berucap, “Izinkan saya masuk, ada hal yang ingin saya ucapkan kepada Yang Mulia Raja!” ucap Pangeran Ilyash dengan sopan kepada keduanya yang kini mengangguk menanggapi hal itu, seolah itu merupakan sebuah kode pass yang memang wajib untuk dipatuhi oleh siapapun dan termasuk oleh Pangeran Ilyash sendiri. Ketika kedua prajurit penjaga itu mempersilakan Pangeran Ilyash untuk masuk, dengan kesungguhan yang penuh pun pada akhirnya Pangeran Ilyash berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut untuk kemudian mendapati sang Raja tengah berada di kursi kerjanya, dan bukan singgah sananya saat ini, yang tentu saja membuat dirinya kini menatap sang Raja yang tak lain adalah Ayahnya sendiri. Pandangan Pangeran Ilyash juga kini tertoleh menatap ke arah Rezen yang tengah berada di sampingnya dan kini tidak hanya Rezen yang menoleh untuk menatap kedatangannya, namun Raja Abraham pun kini menoleh dan bahkan terlihat mengerutkan dahinya di sana. “Ilyash, ada apa kau menghadap kepadaku ? tidak seperti biasanya!” ucap Raja Abraham ketika mendapati hal yang sangat jarang yang ia lihat dari Pangeran Ilyash, karena setahunya seumur hidup Pangeran Ilyash, dirinya tidak pernah menginjakkan kaki ke dalam ruangan Raja dan ini merupakan yang pertama kalinya dirinya berada di sana saat ini. Setelah mendengar pertanyaan yang terlontar dari sang Raja saat itu,membuat Pangeran Ilyash kini bertekuk lutut di hadapan sang Raja.Tentu saja hal itu membuat Raja Abraham kini mengerutkan dahinya melihat Pangeran Ilyash melakukan hal itu. “Ampuni Saya Baginda Raja … saya mengakui semua perbuatan saya … saya adalah tabib yang telah memberikan saran kepada Kakak Saya, Pangeran Vernom untuk menghadapi traumanya yang berkepanjangan! Saya memberikan dua saran kepadanya, antara menghadapinya dan juga menghindarinya, tanpa tahu jika semua hal ini akan terjadi … saya menyesal karena ucapan saya membuat Pangeran Vernom meninggalkan istana ini dan membuat anda murka!” jelas Pangeran Ilyash yang tentu saja mengejutkan Raja Abraham yang mendengarnya. Raja Abraham kini mengerutkan dahinya, berusaha untuk mencerna apa yang telah di ucapkan oleh Pangeran Ilyash kepada dirinya, yang kemudian Raja Abraham pun menghelakan napasnya dan berkata, “Apakah kau mengatakan hal itu karena ingin membuat kakakmu pergi dari sini, Ilyash?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash dengan segera menggelengkan kepalanya dan mulai memperlihatkan raut sedihnya, seolah dia sangat menyesal karena telah memberikan saran yang bodoh tanpa memikirkan kedepannya. “T … tidak Baginda Raja … saya tidak melakukan hal itu karena sengaja! Saya hanya memberikan saran sesuai dengan apa yang saya baca, namun saya adalah anak yang bodoh karena memberikan saran tanpa mempertimbangkan kedepannya, dan saya layak untuk di beri hukuman!” jelas Pangeran Ilyash kepada Raja Abraham yang kembali menghembuskan napasnya di sana, kini pandangan Raja Abraham menoleh menatap Rezen yang berada di sampingnya saat itu, seolah dirinya ingin meminta saran yang layak dari sang Kepercayaan di sana. Merasa bahwa dirinya di lirik oleh Raja Abraham, membuat Rezen pun kini menoleh menatap sang Raja seraya berucap, “Semua keputusan ada di tanganmu, Rajaku!” jelas Rezen, dan itu sesuai dengan permintaan Pangeran Ilyash, ia tidak ingin di bantu oleh siapapun dan menanggung semua bentuk hukuman yang akan di berikan oleh Raja yang tak lain adalah Ayahnya sendiri kepada dirinya. “Baiklah … karena kau datang dan menyerahkan dirimu dan mengakui semua perbuatanmu kepadaku, aku akan memikirkan kembali hukuman yang pantas untuk aku jatuhi kepadamu, aku akan mengadakan rapat bersama dengan para petinggi naga, agar setidaknya mereka bisa tahu kelakuan bodoh yang kau lakukan hingga masalah menjadi sebesar ini, Ilyash!” ucap Raja Abraham kepada Pangeran Ilyash yang kini menundukkan kepalanya menanggapi ucapan itu, yang kemudian membuat Raja Abraham pun menganggukan kepalanya seraya berucap, “Kembali lah beraktivitas, dan aku akan menjatuhkan hukuman besok pagi setelah sarapan usai … jadi persiapkan keberanianmu itu nanti, Ilyash!” ucap Raja Abraham kepada Pangeran Ilyash yang kini kembali menganggukkan kepalanya di sana, sebelum akhirnya memberikan hormat sopan kepada Raja dan Rezen untuk akhirnya pergi dari ruangan kerajaan. … “Bagaimana menurutmu, Baginda?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pada saat itu, membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya dan terlihat cukup terkejut di sana, “Aku tidak menyangka … kenapa dia sesopan itu kepadaku?? dia adalah seorang Pangeran dan anakku, kenapa dia bertingkah seolah dia bukan bagian dari keluarga Kerajaan?!” protesan Raja Abraham saat itu membuat Rezen terkejut, seharusnya ia memberikan pandangan mengenai kesalahan yang telah di perbuat oleh Pangeran Ilyash, namun alih-alih seperti itu sang Raja justru mengomentari kesopanan dan tata krama yang ditunjukkan oleh Pangeran Ilyash kepada dirinya. “Bagina?” tanya Rezen lagi, namun Raja Abraham kini memberikan satu tangannya kepada sang kepercayaan hingga dirinya kini terdiam menanggapi hal itu. “Aku rasa guru kesopanan Ilyash bermasalah, Rezen … aku ingin kau mengganti guru itu dan cari yang bagus dan pantas untuknya … aku tidak ingin sikapnya seperti seorang pelayan di depanku, dia harus memperlihatkan jika ia adalah seorang Pangeran di hadapanku nanti!” ucap Raja Abraham kepada Rezen, yang kini hanya bisa menghembuskan napasnya pelan dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Dan … bagaimana dengan permasalahan yang kita hadapi, Baginda?” sebuah pertanyaan yang kembali di lontarkan oleh Rezen kepada Raja Abraham kala itu pun membuatnya kini tersadar dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Kita adakan rapat keputusan untuk hal ini, Rezen!” ucap Raja Abraham memutuskan, yang membuat Rezen pun menatapnya dan kembali bertanya, “Bersama dengan para petinggi naga?” tanya Rezen yang kemudian membuat Raja Abraham menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Ya … bersama dengan mereka!” ucap Raja Abraham kepada Rezen. …  To Be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD