Fe gudfar

1674 Words
Pangeran Zhou Lan mengira jika pertemuan dirinya dan juga sang Pengelana akan berakhir sampai di sana, namun pada kenyataannya itu tidak berhenti sampai di hari itu, karena ketika ia menginjak usia yang ketiga belas tahun, Pangeran Zhou Lan kembali dipertemukan oleh sang Pengelana di perjalanannya menuju Kerajaan Api untuk memenuhi undangan hari kelahiran dari Pangeran kedua dari Kerajaan Scotlav, yaitu Pangeran Dext Guard. Pada hari itu, sang Pangeran memang tidak ditemani oleh sang Raja, karena di hari yang bersamaan sang Raja memiliki rencana besar dan mengadakan rapat dengan beberapa staff Kerajaan yang membuat dirinya diperintahkan untuk menghadiri mewakilkan sang Raja. … klotrak … klotrak … klotrakk … Suara dari sepatu kuda-kuda yang ditumpangi sang Pangeran berserta dengan kelima pengawal khusu yang menemani sang Pangeran pada saat itu. “Saya tidak mengerti, alih-alih menggunakan rute laut, kenapa kita justru mengambil jalur daratan, Fengying?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Zhou Lan kepada sang pelindung pribadi dirinya, membuat sang pelindung kini tersenyum dan kemudian berkata, “Bukankah pagi tadi sudah saya katakan, Pangeran?? kita tidak bisa mengambil jalur air karena cuaca yang kita hadapi di hari ini sedang tidak bagus!” ucap Fengying sang pelindung, menjawab dengan jelas pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Zhou Lan yang kini menghembuskan napasnya untuk kemudian berkata, “Apakah tidak tidak ada satu pun dari kalian yang bisa membukakan sebuah portal, agar kita bisa sampai dengan cepat??” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Pangeran memang terdengar sangat tidak sabaran, namun apa yang di harapkan dari seorang anak lelaki berumur tiga belas saat itu? Meski sudah menjadi Pangeran Agung di usia yang kesepuluh, namun tetap saja dia adalah seorang anak kecil yang berusia tiga belas. Mendengar pertanyaan itu, membuat FengYing beserta keempat prajurit yang menemani sang Pangeran pun hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, dan membuat sang pelindung pribadi dari Pangeran Zhou Lan berkata, “Maafkan kami Pangeran Agung … kami tidak memiliki portal yang sama seperti prajurit di Kerajaan Valens, kami tidak menguasainya!” ucap Fengying kepada Pangeran Zhou Lan yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian berkata, “Kenapa tidak bisa?” tanya Pangeran Zhou Lan, dan membuat FengYing kembali berkata, “Karena Kerajaan kita tidak memiliki seorang Cestovatel yang dengan sengaja diikat dan dijadikan sebagai pertahanan pertama di Kerajaan seperti Kerajaan Valens, Pangeran!” jelas FengYing kepada Pangeran Zhou Lan, yang kemudian setelah mendengar hal itu, membuat sang Pangeran kini menghela napasnya dan mengangguk seraya berkata, “Yah … tentu saja! Kita tidak sebejat itu hanya untuk menjadi Kerajaan yang kuat!” ucap Pangeran Zhou Lan yang kembali menjalankan kudanya lagi, ketika mengetahui jika mengeluh bukanlah solusi yang baik di dalam perjalanan yang panjang di hari itu. Srak … srak … “!!” Pandangan Pangeran Zhou Lan dan para prajurit di sana seketika menoleh ke arah sekitar ketika mendengar dan melihat sebuah pergerakan cepat yang tidak bisa mereka lihat pada saat itu, yang tentu saja membuat mereka menjadi curiga serta was-was karenanya. “Aku lebih lega jika harus melawan ombak di bandingkan dengan sesuatu yang bergerak cukup cepat tadi, FengYing!” jelas Pangeran Zhou Lan yang kini mengeluarkan pedang yang bertengger di pinggangnya saat itu, dan hal itu juga dilakukan oleh FengYing. Ia mengambil dua pedang yang terikat di punggungnya, dan begitu pun dengan para prajurit di sana. Srak! Trang!! trang!! “Sial!” ucap Pangeran Zhou Lan ketika puluhan anak panah melesat dan hampir melukai mereka semua, beruntung sang Pangeran serta lima prajurit yang dibawa olehnya adalah prajurit yang cukup hebat, yang tentu saja mereka tidak akan kalah hanya karena puluhan anak panah yang melesat ke arah mereka seperti tadi. “FengYing, siapa mereka?!” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Pangeran, membuat sang pelindung kini turun dari kudanya untuk kemudian meraih salah satu anak panah yang tertancap di permukaan tanah. Kemudian FengYing pun menoleh menatap sang Pangeran seraya berkata, ”Mereka adalah tulip hitam, Pangeran!” ucap FengYing menjelaskan siapa yang baru saja menyerang mereka, dan hal itu langsung saja membuat Pangeran Zhou Lan meringis mendengar kata tulip hitam dari sang pelindung pribadinya. Bagaimana tidak? Tulip hitam adalah sebuah komplotan yang kontra terhadap Raja Han Xi Lan, sejak dahulu komplotan yang cukup besar itu selalu keberatan atas apa yang diputuskan oleh sang Raja, dan bahkan beberapa kali kedapatan jika komplotan ini selalu menyerang sang Raja ketika dalam perjalanan, namun untung saja sang Raja tidak terkalahkan, dan kini karena merasa jika sang Raja tidak dapat di hentikan, maka sang Pangeran satu-satunya lah yang menjadi sasaran selanjutnya, dan hal itu sangat dipahami oleh Pangeran Zhou Lan.  “Sih! Cepat kita hindari tempat ini, aku muak jika harus berhadapan dengan mereka, FengYing!” ucap Pangeran Zhou Lan yang kini membuat sang pelindung dengan segera mengangguk dan melompat untuk naik ke atas kudanya, namun bertepatan dengan itu sebuah asap yang sangat-sangat tebal datang secara tiba-tiba dan mengejutkan mereka semua. “!!” Trang!! Srang!! ”Ahkk!!” “Pangeran!” “Ught!!” Srang!! Trang!! “?” Pangeran Zhou Lan seketika mengerutkan dahinya dan berusaha untuk memfokuskan dirinya, karena kini pandangannya tidak bisa ia gunakan sepenuhnya akibat tebalnya asap di sana. Perasaannya kala itu sangat-sangat cemas, meski ya … dia adalah Pangeran yang sudah menjabat menjadi Pangeran Agung, namun ia masih tiga belas tahun. Wajar jika ia masih merasa ketakutan dan cemas di saat seperti itu. Syutt!! “!” Pangeran Zhou Lan seketika saja menepis satu anak panah yang melesat tepat ke arahnya dari arah timur. Trang!! Srakk!! Namun, ia tidak tahu ketika ia menepisnya, sebuah serbuk pecah dan bertebaran disekitar wajahnya, yang tentu saja membuat Pangeran Zhou Lan secara tidak sengaja menghisap serbuk tersebut dan merasakan sesak yang amat sangat sesak ketika ia bernapas di sana. “Hhhk …. haaaa!!… uhk! Hh … hhh …” napas Pangeran Zhou Lan seketika sesak, dan dirinya bahkan terjatuh dari kuda yang ia tumpangi pada saat itu, ia sama sekali tidak bisa memanggil sang pelindung, karena ia mendengar banyak sekali suara ricuh yang membuatnya yakin jika sang pelindung pun tengah bertarung mati-matian saat ini. “Hh … t… tolongh …” hanya kata itu lah yang bisa ia keluarkan dengan nada seadanya, ia sama sekali tidak bisa melakukan apa pun lagi. Pandangan sang Pangeran saat ini menatap ke arah seseorang yang kini berjalan mendekatinya, seiringan dengan kabut tebal yang perlahan menipis dan menghilang. Pangeran Zhou Lan menyadari jika keempat prajurit yang menemaninya di sana seluruhnya tewas, dan kini hanya FengYing sang pelindung pribadinya lah yang masih bertahan dengan tubuh yang penuh dengan darah. “F…FengYingh …” ucap Pangeran Zhou Lan dengan sesak, ia menatap sang pelindung yang kini berjalan perlahan menatapnya dengan pedang yang ia genggam di sana. Hingga pada akhirnya memberikan sebuah tanda tanya di dalam benak Pangeran Zhou Lan, mengenai kenapa dirinya berjalan dengan pedang yang seolah siap untuk menyerang? Namun di saat yang bersamaan ada sekitar dua puluh orang yang kini muncul dari balik pepohonan di sekitar sana yang kini berjalan untuk mengelilingi sang Pangeran saat ini. Yang tentu saja membuat sang Pangeran merasa jika dirinya harus membantu sang pelindung di sana. “Feng …yingh?” panggil Pangeran Zhou Lan lagi, ia berusaha untuk berdiri, namun tubuhnya seolah mati rasa, dan ia hanya bisa tergeletak dengan lemas di hadapan sang pelindung. Namun, satu hal yang membuat sang Pangeran merasa aneh, tak ada satu pun dari kedua puluh orang itu yang menyerang keduanya, melainkan tersenyum ke arah dirinya seolah ia mangsa empuk saat ini. “Maafkan saya Pangeran … hal yang harus anda ketahui, aku adalah pemimpin dari komplotan itu!” ucap Fengying kepada Pangeran Zhou Lan, yang tentu saja membuat sang Pangeran terkejut, sekaligus takut dan marah. Tubuh Pangeran Zhou Lan bergetar hebat, ia ingin sekali menghindari seseorang yang harusnya melindungi dirinya saat itu, namun ia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk menghindar. Pangeran Zhou Lan hanya bisa menangis, ketika merasa bodoh karena tidak menyadari hal itu dengan cepat. “Aku berterima kasih kepada Raja bodoh yang telah memercayaiku untuk melindungimu, Pangeran … dan kini lah saatnya untuk aku membunuh keturunannya agar tak ada lagi yang tersisa selain dirinya, dan Kerajaan akan runtuh di tangan kami!!” ucap FengYing yang kini menganggap pedangnya untuk bersiap menusuk sang Pangeran yang kini menangis di hadapannya, biasanya, jika seseorang yang akan mati selalu memejamkan matanya karena tidak ingin melihat apa yang akan ia rasakan sebentar lagi, namun tidak dengan Pangeran Zhou Lan yang kini tetap menatap sang pelindung yang kala itu hendak menusukkan pedang itu tepat di jantung dirinya. KUNG!! “Eught!” sebuah suara yang nyaring di sana seketika saja menghentikan pergerakan dari FengYing serta orang-orang yang ada di sekitar sana. “Guillotine.(sebuah mantra yang diambil dari sebuah Novel karya NaraEander yang berjudul: Clairvoyant, Enchanter, and the goddess.)” Sebuah suara yang terdengar di sana, seketika saja membuat mereka semua yang pergerakannya terhenti berteriak kesakitan dan bersamaan dengan itu mereka berubah menjadi debu yang bertebaran, dan itu termasuk dengan FengYing. “Eaaaaghtt!!” Layaknya debu yang tertiup oleh angin, mereka mati dengan mengenaskan dan tak bersisa, yang tentu saja mengejutkan sang Pangeran yang kini semakin gemetar melihat hal itu. “Anda baik-baik saja, Wahai Pangeran Agung?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh seseorang yang membuat sang Pangeran merasa sangat tidak asing dengan suara yang terdengar pada saat itu pun, membuat sang Pangeran kini menolehkan pandangannya ke arah samping dan melihat jika itu adalah pengelana yang pernah ia temui ketika usianya delapan tahun, seorang lelaki yang memberinya sebuah jimat yang indah yang bertengger selalu di sabuk pedang miliknya hingga saat ini. “Hh … hh…” Tak ada ucapan yang bisa dikatakan oleh Pangeran Zhou Lan selain napas yang menderu-deru, yang tentu saja membuat lelaki itu kini kembali merapalkan sebuah mantra. “Convalesce.(sebuah mantra yang diambil dari sebuah Novel karya NaraEander yang berjudul: Clairvoyant, Enchanter, and the goddess.)” Sebuah mantra penyembuh yang kemudian menimbulkan sebuah cahaya kemilau lembut nan indah yang keluar dari permukaan kulit tangan lelaki itu yang kini masuk ke dalam tubuh Pangeran Zhou Lan dan akhirnya membuat sang Pangeran menjadi lebih baik di saat itu. … To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD