Kisah Pangeran dari Kerajaan Shan Ghwa

1749 Words
-Sang pengelana- Seperti kisah yang pernah diceritakan sebelumnya, kelahiran dari Pangeran Zhou Lan merupakan kelahiran yang sangat-sangat menggemparkan, dan bahkan Kerajaan Valens sendiri pun harus ikut turun tangan membantu Kerajaan Shan Ghwa dalam menenangkan Naga lahir milik satu-satunya pangeran yang lahir dari keturunan Raja Han Xi Lan. Di mulai dari kelahiran itu lah banyak orang dan banyak Raja yang beranggapan jika sang Pangeran nantinya akan menjadi seseorang yang hebat yang mampu memimpin kerajaan Shan Ghwa di masa mendatang. Namun, hal itu lah yang justru membuat Pangeran Zhou Lan tertekan sejak dirinya menginjak enam tahun. Karena di saat usianya saat itu, sang Raja sendiri menekan dirinya untuk banyak berlatih mengenai kekuatan dari naga lahirnya sendiri dan mengenai kekuatan sang leluhur yang diajarkan secara turun-temurun kepada calon Raja selanjutnya. Bukan perkara yang mudah bagi Pangeran Zhou Lan untuk mempelajari itu semua, karena ia masih seorang anak yang berumur tujuh tahun, namun diharuskan menguasai semua hal yang sangat berat, yang tentu saja membuat tubuhnya tidak mampu menampung semua kekuatan itu. Entah mengapa, sang Raja tidak pernah memperdulikan hal itu dan terus saja menekan Pangeran Zhou Lan untuk terus berlatih dan menguasai semuanya, dan tak ada yang dilakukan oleh sang Ratu selain terdiam dan membiarkan sang Raja yang mendidik sang Pangeran seperti itu, seolah sang Ratu tidak perduli kepada dirinya. … Sore itu, seperti biasanya setelah sang Pangeran berlatih mengenai naga roh leluruh, Pangeran Zhou Lan dengan lunglai berjalan menelurusi lorong istana. Saat ini sang Pangeran berusia delapan tahun, dan dirinya sudah menguasai dua puluh tahap dari seribu lima ratus level yang harus dimiliki olehnya jika ia ingin menjadi seorang Raja yang agung, namun dua puluh tahap itu ia gapai dengan sangat tidak mudah. Langkah kaki Pangeran Zhou Lan saat itu berjalan menelusuri lorong yang kemudian terputus di ujung selatan yang kemudian disambung dengan sebuah jembatan indah yang dibawahnya merupakan sebuah kolam ikan mas yang besarnya melebihi besar tubuh dari sang Pangeran saat itu, dan tidak hanya ikan mas, kolam itu pun dihiasi oleh tanaman lotus yang bermekaran dengan sangat indah, yang tentu saja membuat sang Pangeran tersenyum ketika merasa jika keindahan dari bunga-bunga lotus lah yang bisa membuat dirinya melupakan rasa lelahnya di sore hari itu. Pangeran Zhou Lan memang tidak menghentikan langkah kakinya ketika ia menatap bunga-bunga lotus tersebut, yang kemudian membuat dirinya kembali memasuki lorong istana dan pada akhirnya kembali membawa sang Pangeran ke sebuah ruang terbuka, namun berbeda dari yang sebelumnya, ruang terbuka kala itu dipenuhi oleh pohon camelia yang kala itu bermekar dengan sangat-sangat cantik. Sesuai dengan namanya, bunga camelia ini banyak sekali diberikan oleh seorang lelaki kepada seorang wanita dengan maksud memuji sang wanita dengan arti jika wanita itu cantik seperti bunga tersebut. Langkah kaki Pangeran Zhou Lan seketika terhenti tepat di samping satu bunga camelia yang berwarna ungu namun, berbeda dari yang lainnya ungu dari warna bunga itu lebih gelap, yang membuat sang Pangeran merasa jika bunga tersebut adalah bunga tercantik yang pernah ia lihat sebelumnya. Dengan senyuman tulus yang terulas, sang Pangeran kini memetik satu tangkai bunga Camelia yang berwarna ungu kehitaman di sana, yang kemudian Pangeran Zhou Lan dengan senangnya berkata, “Saya harus memberikan bunga ini kepada Ibunda … dia cantik seperti bunga ini!” itu lah ucapan yang di lontarkan oleh Pangeran Zhou Lan kepada dirinya sendiri, sebelum akhirnya ia menganggukkan kepala dan berjalan dengan membawa satu kuntum bunga Camelia yang sangat indah di tangannya. Langkah kaki sang Pangeran kini berjalan kembali menelusuri lorong Kerajaan, namun arah yang di tuju saat ini bukan lah kolam perendaman yang seharusnya ia datangi, melainkan kamar dari sang Ratu. Ibunda Pangeran Zhou Lan. Sang Pangeran berjalan dengan langkah riangnya, seolah rasa lelah yang ada menghilang begitu saja ketika ia meniatkan dirinya untuk bertemu dengan sang Ratu. Langkah kakinya saat ini menelusuri lorong kamar sang Raja yang sangat sepi, tentu saja … tidak ada yang boleh sembarang masuk ke dalam lorong itu, tapi tidak dengan Pangeran Zhou Lan. “Jadi … kau pikir aku bahagia, Han Xi Lan?!” sebuah ucapan yang terdengar di lorong yang sepi kala itu, membuat langkah kaki dari sang Pangeran kini melambat, dirinya bahkan mengerutkan keningnya setelah mendengar suara yang tidak salah lagi ia yakini sebagai suara dari sang Ibunda Ratu. “Aku tidak bahagia berada di tanah ini, Han Xi lan … aku tidak bahagia menjadi istri dan juga ibu dari anakmu!! kenapa kau harus memilih aku dari ratusan Putri yang ada?! kenapa?” “...” Tak ada satu pun kata yang bisa di ucapkan, dan tak ada satu pun pergerakan yang di lakukan oleh sang Pangeran, seketika langkah kakinya berhenti tepat di samping pintu yang sedikit terbuka di sana. Yang membuatnya tahu jika di dalam kamar itu ada kedua orang tuanya. Pangeran Zhou Lan terdiam dan sedikit mencerna mengenai apa yang baru saja di katakan oleh sang Ibunda di sana. ‘Dia tidak berbahagia berada di istana ini … menjadi seorang Ratu di Kerajaan Shan Ghwa bukanlah keinginannya, ia tidak bahagia menjadi Istri sang Raja … dan ia tidak bahagia menjadi seorang ibu.’ hal-hal itu lah yang di dapati oleh Pangeran Zhou Lan di dalam benaknya, namun entah mengapa, ia memusatkan satu kalimat yang membuatnya menjadi merasa emosi. Ia merasa sedih bercampur bingung ketika mengetahui sang Ibunda tidak ingin menjadi seorang ibu, itu jelas mengartikan jika Ratu Hellen tidak menginginkan seorang anak, dan dia tidak menginginkan dirinya! “Hh … hh …” napas Pangeran Zhou Lan tidak terkendali, dengan perasaan kalut ia segera berbalik dari lorong tersebut dan berlari secepat mungkin untuk lari dari Istana tempat yang seharusnya menjadi rumah baginya saat itu. Dengan perasaan sedih, dan menangis dengan cukup histeris … sang Pangeran pada akhirnya berhenti tepat di perbatasan Kerajaan, perbatasan yang kala itu langsung dengan bukit Tiga, meski pun tidak langsung berbatasan dengan bukit itu karena sang Pangeran tidak menyeberangi sungai Issen yang mengalir di wilayah Selatan Kerajaan tersebut. Ia terhenti tepat di samping pohon bambu yang tumbuh dengan lebatnya di sekitaran hutan itu, Sang Pangeran menangis sejadi-jadinya di sana, dengan menggenggam erat bunga Camelia yang ada di dalam genggamannya. Sang Pangeran merasa hancur di saat itu, ia hancur karena sebuah kalimat yang terlontar dari sang Ibunda, wanita yang sangat ia cintai. Angin berembus dengan tenang, pepohonan bambu yang kala itu tumbuh pun bergoyang-goyang hingga menimbulkan suara aduan yang cukup indah di telinga sang Pangeran, namun meski pun seperti itu, sang Pangeran tetap tidak memerdulikannya selain menangis dan terus menangis. … “Hal apa yang telah membuatmu bersedih seperti ini, wahai anak Raja?” sebuah pertanyaan yang terdengar lembut dari seorang lelaki yang kala itu berdiri tepat di hadapan sang Pangeran, membuat Pangeran Zhou Lan kini menolehkan pandangannya dan menatap seorang lelaki dengan tudung panjang yang menutupi wajahnya, yang sang Pangeran sendiri yakini jika lelaki itu adalah seorang Pengelana yang baru saja melewat dan melihatnya menangis di sana. “Hk … hik …” dengan cepat sang Pangeran menyeka bekas air matanya untuk kemudian menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Pengelana kepadanya. “A… aku tidak menangis, wahai Cestovatel!” jawab sang Pangeran, meski dirinya masih terisak di hadapan sang Pengelana yang kini mengembangkan senyuman ke arah sang Pangeran. “Anda adalah pria yang tangguh, wahai Pangeran Agung!” ucap sang Pengelana kepada Pangeran ZHou Lan yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian menggelengkan kepala berkata, “Saya belum setangguh itu, lagi pula gelar tersebut belum bisa saya dapatkan … wahai Cestovatel!” jawab Pangeran Zhou Lan kepada sang Pengelana, untuk diketahui saja … panggilan Cestovatel akan secara otomatis diucapkan oleh para Raja, Pangeran atau Bangsawan, ketika mereka melihat seorang pengelana yang datang dengan menggunakan jubah atau sebuah tudung yang menutupi sebagian besar wajahnya, yang tentu saja jubah itu di dapat dengan tidak mudah, Cestovatel adalah orang-orang yang telah merampungkan niatnya dan mengelilingi sebagian besar Alam yang ada di bumi ini. Dan terlihat jika pengelana yang baru saja menyapa sang Pangeran, adalah seseorang yang sudah merampungkan niatnya dan kini tengah berjalan pulang atau kembali mengelilingi bumi karena telah menyukai dan menikmati perjalanannya. Pandangan Pangeran Zhou Lan pada saat ini menoleh menatap sang Pengelana yang kemudian menggelengkan kepala seraya berkata, ”Tidak banyak orang yang bisa melihat bunga Camelia hitm yang indah seperti itu, Pangeran Agung … anda adalah orang yang beruntung yang melihat cantiknya bunga itu!” ucap sang Pengelana kepada Pangeran ZHou Lan yang kini terkekeh mendengarnya dan kemudian berkata, “Aku tidak seberuntung itu! Pada kenyataannya, wanita yang sangat aku kagumi tidak menginginkan diriku hidup!” ucap Pangeran Zhou Lan mulai kembali merasa emosional di sana, dan hal itu kembali membuat angin yang tenang itu berembus di sekitarannya. Sang Pengelana menggelengkan kepala menanggapi ucapan dari Pangeran Zhou Lan. “Tidak mungkin … saya tahu Hellen Atter tidak akan berkata seperti itu, anda mungkin salah menanggapinya, Pangeran Agung!” ucap sang Pengelana, yang membuat Pangeran Zhou Lan dengan segera menoleh menatap sang Pengerlana seraya berkata, “Siapa kau hingga lancang berkata seperti itu?! kau tidak tahu seiapa ibuku!” ucap Pangeran Zhou Lan, dan membuat sang Pengelana kini tersenyum mendengarnya, untuk kemudian berjongkok tepat di hadapan Pangeran Zhou Lan untuk kemudian menyematkan sebuah jimat yang terbuat dari kayu yang diambil dari pohon Yew dan juga Elder, yang membentuk sebuah jimat yang sangat indah dan memesona di sana. Sang Pengelana menyematkan itu di sabuk pedang yang selalu di pakai oleh Pangeran Zhou Lan seraya berkata, “Saya adalah teman dari Ayah dan juga Ibumu, Pangeran … jadi tentu saya tahu betul sifat dari keduanya! Jangan diambil hati … bahkan Alam pun berkata jika kau tidak perlu memikirkannya, karena itu hanya perkataan yang berasal dari emosi semata!” jelas sang Pengelana kepada Pangeran Zhou Lan yang kini mengerutkan darinya mendengar hal itu. Tangan kanan dari sang Pengelana saat itu terulur ke arah depan dan mengusap pipi dari Pangeran Zhou Lan yang kemudian dirinya kembali tersenyum seraya berkata, “Percaya lah kepadaku, dia sangat bangga memiliki anak sepertimu, Zhou Lan!” ucap sang Pengelana kepada sang Pangeran, yang bersamaan dengan itu perasaan kantuk pun datang menyerbu Pangeran Zhou Lan yang kini dengan perlahan menjadi lemas dan akhirnya tertidur, yang pada kenyataannya sang Pangeran sendiri tahu jika dia baru saja dimantrai oleh sang Pengelana yang tidak ia kenali di hari itu. … Semenjak hari itu, Pangeran Zhou Lan terus mengingat ucapan dari sang Pengelana dan menunjukkan kehebatan dirinya kepada sang Ratu, yang memang terlihat sangat bangga kepada dirinya, dan hal itu menjadi sebuah hal yang membagahiakan setelah tahu jika sang Pengelana itu memang benar, sang Ratu tidak membencinya dan itu hanyalah emosi sesaat. … To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD