Kematian sang Pemimpin Petinggi

1420 Words
Langit seketika berubah warna menjadi merah, dan hujan darah pun turun membasahi seluruh wilayah kerajaan Valens. Itu merupakan dua buah pertanda yang sangat buruk. Perubahan warna langit merupakan Hyuz. Hyuz merupakan suatu kondisi di mana ketika emosi dari sang Raja atau anak-anak dari Raja dikeluarkan secara berlebihan. Hyuz memiliki dua warna, merah yang berarti marah dan abu yang menggambarkan sebuah duka atau kesedihan. Hujan darah atau yang dikenal sebagai Raxedia, merupakan sebuah peristiwa yang buruk yang kemudian menimpa Kerajaan. Hujan darah biasanya menandakan bahwa adanya pertumpahan darah atau pun kematian yang dialami oleh seseorang yang berasal dari keluarga kerajaan. Langit di siang itu berubah, kedua hal tersebut muncul di saat yang bersamaan, yang membuat Rezen dan juga Ray merasa khawatir menanggapi hal itu dan kemudian keduanya pun segera berlari untuk menemui sang Raja karena mereka khawatir jika-jika sang Raja tidak lagi terkendali dan membunuh seseorang. Pikiran itu lah yang hinggap di dalam benak keduanya. Langkah kencang atau lebih tepatnya berlari, itulah yang dilakukan oleh Rezen dan Ray yang berlari menuju ruangan sang Raja. Namun langkah mereka serempak terhenti ketika melihat bahwa sang Raja yang dikhawatirkan pun berlari keluar dari ruangannya, dan kini pandangannya menoleh menatap Rezen serta Ray, tidak lupa dengan wajah yang menampakkan raut rasa penuh dengan kekhawatiran, yang pada akhirnya membuat Ray serta Rezen yang menyaksikannya pun menyadari bahwa pelaku di perbuatan ini bukanlah sang Raja.  “Ab!” panggil Ray kepada sang Raja (untuk sebuah Informasi, Ray merupakan seorang yang abadi sama seperti Alexandra, dan karenanya para Raja akan segan dengan mereka dan meminta mereka untuk tidak memanggil dengan kata ‘Raja’, dan Raja Abraham termasuk ke dalam Raja yang meminta demikian kepada Ray dan juga Alexandra), panggilan dari Ray membuat Raja Abraham pun segera berjalan dengan cukup kencang untuk menghampiri keduanya. “Dari mana asalnya ini semua?” tanya Raja Abraham kepada Ray dan juga Rezen yang kini menggelengkan kepalanya. “Abraham!!” sebuah panggilan yang terdengar dari ruangan petinggi saat itu, membuat mereka bertiga sempat bertatapan satu sama lain dan akhirnya berlari untuk menghampiri pintu besar yang ada di lorong keramat tersebut. Cklek!!   Dibukakannya dengan segera pintu besar dari ruangan tersebut, dan ketika mereka masuk ke dalamnya, terkejutlah ketiganya saat mendapati sang pemimpin petinggi Naga lah yang kini tergeletak di atas lantai megah tersebut dengan darah yang bersimbah memenuhi lantai ruangan. Terpenggal, itulah kondisi terakhir dari ESA yang kini tergeletak di hadapan mereka semua, hal itu lah yang membuat Raja Abraham kini menoleh menatap Szam yang baru saja memanggil dirinya, dan bahkan ketika para petinggi naga yang lainnya datang, mereka pun terlihat shock seolah mereka tidak menyadari sesuatu yang telah terjadi beberapa saat yang lalu, yang menimpa pemimpin mereka. Hal itu pun membuat Raja Abraham merasa waspada, begitu pun dengan sang kepercayaan dan sang panglima yang berdiri di sampingnya dengan menatap jasad dari ESA. “Apa yang terjadi?? s … siapa yang melakukan ini semua??” tanya Raja Abraham kepada Szam dan yang lainnya, karena pada dasarnya ESA adalah petinggi naga terhebat yang pernah ia ketahui, ESA bahkan sudah menjabat lebih dari ratusan tahun dan membimbing sebanyak tiga Raja yang telah menjabat sebelumnya. Ia merupakan Naga pembimbing dari Raja Muller VII, Joseph Muller. Raja yang diagungkan oleh semua orang pada masanya, dan Raja yang dijadikan panutan oleh Raja-Raja yang lain dan termasuk dengan Raja Abraham. Kedua pandangan Ray kini menangkap sebuah bulu halus yang berwarna hitam yang tergeletak di sekitaran jasad dari ESA, yang membuat Ray segera mengambil bulu tersebut yang kemudian bulu tersebut berubah seketika menjadi sebuah lily api hitam, dan hal tersebut membuat mereka yang melihatnya pun bertanya kepada sang panglima Perang. “Apa itu??” tanya Szam kepada Ray yang sempat memunggungi ketiganya, mendengar pertanyaan dari Szam membuat Ray memperlihatkan lily api tersebut seraya berucap, “Bulu dewi hitam yang berubah menjadi lily api … ini adalah tanaman ciptaan dari keluarga kerajaan.” jelas Ray kepada mereka semua, yang akhirnya membuat mereka yang mendengarnya pun terkejut. “Pangeran Pertama?!” pertanyaan yang dilontarkan oleh Szam saat itu membuat para petinggi lainnya yang ada di dalam ruangan itu pun menoleh menatapnya dengan cukup tajam. “Dia membunuh ESA?! berani sekali dia melakukan itu setelah terusir dari Kerajaan ini!” ucap salah satu dari petinggi yang ada, dan itu tentu saja membuat Raja Abraham tidak bergeming sama sekali dan memilih untuk terdiam dan berpikir. “Kenapa dia melakukannya?? kenapa dia dengan berani datang kemari hanya untuk membunuh ESA?!” tanya Szam terdengar marah dan panik, pandangannya kini teroleh menatap Ray, Rezen dan kemudian Raja Abraham. “Kakakku … sumpah serapah dirinya adalah benar.” ucap Raja Abraham yang membuat mereka yang mendengarnya pun mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sang Raja. “Ab??” tanya Ray, pandangan Abraham kini menoleh menatap Ray, “Apakah kalian lupa?? Kakakku pernah bersumpah, atas perlakuan buruk ESA kepada dirinya dan juga Raph, ia bersumpah dan berharap jika ESA akan m**i mengenaskan lebih dari orang-orang yang tidak bersalah yang dijatuhi hukuman mati olehnya, ia mengatakan yang sebenarnya … Raph bukanlah pelaku yang membuat Kakakku seperti itu, dan sekarang … ESA Mati karena perbuatan ketidak adilan yang kembali ia lakukan.” penjelasan Raja Abraham membuat mereka terdiam dan teringat dengan kata-kata Reglus di lapang arena. “Jadi … yang membunuhnya adalah Reglus?” tanya Szam kepada Raja Abraham, dan pertanyaan itu diberi gelengan kepala oleh Raja Abraham. “Saat itu Reglus tidak mengatakan bahwa ialah yang akan membunuhnya, dan kurasa Anak itu lah yang telah membunuhnya dengan bukti Lily hitam yang kita temui.” jawab Raja Abraham menoleh menatap tubuh Naga ESA yang kini separuhnya hancur dan meninggalkan kepala yang terpisah dari tubuhnya yang hancur. “Atas dasar apa?? perintah dari Reglus??” kini salah satu dari para petinggi itu bertanya kepada Raja Abraham yang kembali menggelengkan kepalanya, “Balas dendam.”satu kata yang dilontarkan oleh Raja Abraham saat itu, membuat mereka yang mendengarnya pun kini beralih menoleh menatap sang Raja yang kini berjalan menghampiri jasad ESA dan kemudian berjongkok, untuk menyentuh kepala ESA yang terpenggal. “Aku rasa dia datang untuk membalaskan dendam adik kecilnya” jelas sang Raja, yang akhirnya membungkam mereka semua yang ada di dalam ruangan besar tersebut. … Proses pemakaman Pemimpin Petinggi Naga yang belum pernah dilakukan sepanjang sejarah kerajaan pun, akhirnya dilaksanakan oleh Kerajaan dan juga Rakyat dari Kerajaan Valens. Langit kala itu lembayung dan mereka harus melakukan proses di sore harinya setelah para prajurit diperintahkan untuk membersikan sisa dari hujan darah yang mengotori seluruh jalanan menuju makam tempat peristirahatan Para Petinggi yang sebelumnya. Proses pemakaman di lakukan sangat khitmat, meski tidak sedikit orang yang bertanya-tanya mengenai kematian dari sang Petinggi Naga. “Apa yang sebenarnya terjadi?? kenapa ESA meninggal begitu saja??” “Apakah dia meninggal karena sakit??” Pertanyaan-pertanyaan itu lah yang muncul di sekitaran wilayah Desa Valens, hal itu terjadi karena kabar mengenai kematian sang Pemimpin petinggi secara spesifik tidak dijelaskan oleh sang prajurit pembawa berita kerajaan, yang akhirnya membuat mereka bertanya-tanya seperti itu. Meski banyak sekali yang membicarakan hal itu, pihak kerajaan enggan membuka suara dan juga kejelasannya, sehingga para Rakyat pun merasa bahwa kematian ESA telah disembunyikan dan karenanya kabar yang tidak tentu pun beredar dan kabar-kabar itu meluas semakin menjadi buruk dari yang sebelumnya. … “Baginda … Saya ingin memberikan berita mengenai situasi yang tengah di alami oleh desa saat ini.” ucap salah seorang prajurit yang bertugas mengawasi desa, membuat Rezen menoleh menatapnya dan Raja Abraham mengangguk mempersilakan sang prajurit untuk bercerita. “Warga desa banyak membicarakan mengenai kematian dari Pemimpin Petinggi Agung, Yang Mulia …  dan bahkan banyak dari mereka yang berbicara sudah di luar batasnya.” jelas sang prajurit menerangkan situasi yang tengah terjadi di Desa, dan mendengar hal itu, Raja Abraham kini menoleh menatap Rezen yang menghembuskan napasnya dan kemudian pandangannya pun beralih menatap sang prajurit. “Kalau begitu sebar peraturan yang baik untuk membungkam Warga desa, kurasa kau juga mengetahui apa yang harus kau lakukan, bukan begitu?” ucap Raja Abraham kepada sang Prajurit yang segera menganggukkan kepalanya mengerti maksud dari sang Raja. Melihat reaksi itu, membuat Raja Abraham mengangguk dan mempersilakan dirinya untuk kembali dan segera melaksanakan apa yang baru saja di perintahkan, sedangkan Rezen hanya bisa menggelengkan kepala dan mengikuti apa permintaan sang Raja. Selembaran peringatan pun telah di sebar, dan itu langsung membungkam seluruh warga desa dan pada akhirnya kabar kematian Pemimpin Petinggi Naga lenyap dalam hitungan jam setelah selembaran tersebar. Tak ada lagi yang berani membahasnya. Mereka tidak lagi berani untuk bertanya atau membahas mengenai hal tersebut. …  To be continue.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD