The Big Issue

1155 Words
Kisah yang beredar mengenai pangeran ketiga, Ilyash Muller yang belum pernah di tobatkan itu pun terdengar sangat pilu. Namun banyak dari mereka yang berusaha untuk menutupi kisah yang sudah terlanjur beredar di Rakyat Kerajaan Valens. Semua orang menjadi mengetahuinya dan bahkan semua orang menjadi saksi dari kekejaman Raja Abraham kepada sang Pangeran yang masih terbilang balita saat itu. Itu merupakan sebuah moment di mana sang Raja yang kala itu seharusnya menobatkan sang Pangeran di altar kerajaan. Raja Abraham secara mengejutkan lebih memilih untuk melempar sang Pangeran dari atas altar yang tinggi itu dibandingkan dirinya harus menobatkan sang Pangeran. Beruntung, Rezen sang kepercayaan begitu sigap dan segera menyelamatkan sang Pangeran dengan melompat dan menangkap Pangeran kecil dan merelakan tubuhnya lah yang bertabrakan langsung ke atas tanah yang cukup keras saat itu, hingga ia mengalami cedera yang sangat serius. Karena aksi Raja Abraham itulah yang membuat dirinya mendapatkan banyak sekali kecaman dari berbagai pihak dan termasuk dengan Raja Ginormous serta Raja Hanxi Lan yang merupakan Sahabat dari Kerajaan Valens, yang saat itu memang datang dan menyaksikan secara langsung kejadian mengerikan tersebut bersama dengan Raja-Raja yang lainnya. Meski pun mereka meminta sang pemimpin petinggi untuk menghukum sang Raja atas perlakuannya kepada Pangeran, namun sang pemimpin petinggi tidak mendengarkan permohonan dari dua kerajaan itu. Dan pada akhirnya mereka semua pun memiliki peranggapan bahwa dalang dibalik kejamnya sang Raja terhadap putranya sendiri adalah sang Naga petinggi. Mereka yakin seratus persen bahwa ESA lah yang memerintahkan sang Raja untuk bertindak demikian. Karena mereka yang memang sudah mengenal watak dan sifat peduli Raja Abraham, tidak pernah mengetahui bahwa dirinya akan bertindak tidak manusiawi kepada anaknya sendiri. Sehingga mereka pun meyakini dugaan itu. Hal itu pun membuat pemberitaan semakin memanas di seluruh kalangan, sang Raja pun memiliki julukan baru. Sang Boneka dan sang pengendali yang tidak memiliki hati, itulah kata yang disematkan kepada sang Raja juga pemimpin Naga petinggi. … “Raja mu sudah gila, Rezen!” ucap salah satu kepercayaan dari Negeri Es,yang tentu diberi persetujuan oleh beberapa orang yang tengah berada di dalam ruangan tersebut. Katakan saja, saat itu Rezen dan bersama dengan para kepercayaan serta tangan kanan dari beberapa Kerajaan lainnya, sengaja berkumpul untuk membicarakan permasalahan yang tengah memanas akhir-akhir itu, dan kabar yang tengah memanas secara kebetulan adalah kabar mengenai tindakan dari Raja Muller XI yang dengan tega melemparkan Pangeran kecilnya dari atas altar istana. “Kenapa kau tidak menggulingkan Raja bodoh itu saja, Rezen?” sebuah pertanyaan yang terlontar dari salah satu tangan kanan dari kerajaan sahabat pun membuat Rezen mengerutkan dahinya dan menoleh menatap lelaki yang kini tertawa seraya menggelengkan kepalanya, dan usulan itu disetujui oleh mereka-mereka yang mendengarnya. Namun bukannya menjawab atau bereaksi mengenai hal itu, Rezen kini terdiam dan kemudian mengeluarkan pedang tajamnya, ia segera menodongkan pedang tajam tersebut tepat di leher orang yang baru saja mengusulkan rencana busuk itu, ia menodongkan pedang tersebut seraya menatap mata mereka dengan penuh amarah. Sring!!  Itulah suara pedang tajam milik Rezen yang nyaring yang terdengar oleh mereka semua, dan tentunya hal itu membuat mereka yang tengah berbincang pun akhirnya terdiam dan bungkam karena terkejut. “Jangan pernah asal berbicara mengenai Rajaku, karena yang lebih mengetahui alasan itu adalah aku dibandingkan dengan kalian semua!” ucap Rezen dengan geram, dan karenanya tak ada satu orang pun yang kini mampu berbicara mengenai Raja Muller XI lebih jauh lagi. Selain dari itu, ucapan serta tindakan dari Rezen pun membuat orang-orang yang melihatnya menyadari bahwa kesetiaan dari Rezen kepada Raja Muller XI adalah yang paling tinggi di bandingkan dengan siapapun. Mereka semua menjadi merasa malu sekaligus iri, karena Rezen bisa sangat percaya dengan Rajanya. Rezen adalah orang pertama yang akan marah ketika sang Raja dicemooh oleh orang-orang yang tidak mengenalnya dengan baik. Karena biasanya secara turun-temurun, perkumpulan antara kepercayaan dan tangan kanan digunakan hanya untuk mencemooh dan menghina Raja mereka sendiri. Namun karena ucapan serta tindakan dari Rezen yang membela sang Raja sampai seperti itu, membuat mereka merasa sangat malu hingga tidak lagi berani melakukan pertemuan yang memalukan seperti yang sudah mereka lakukan saat ini. Mereka juga merasa bahwa tak ada satu pun orang yang akan mengalahkan rasa kesetiaan Rezen terhadap Raja Muller XI. Orang hebat dan pintar yang sepertinya akan terus berada di sisi Raja yang bodoh, yang pada akhirnya membuat mereka yang berada di sekeliling pertemanan Rezen pun memiliki banyak peranggapan yang berbeda akan hal tersebut. Apakah Rezen memiliki sebuah pendirian yang sangat kuat? Atau Rezen adalah lelaki yang sangat bodoh? Itulah dua petanyaan yang sering terhinggap dan terdengar oleh mereka. … Siang hari itu, Rezen berjalan menelusuri lorong kerajaan sendirian, ia berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan beberapa buku yang sudah dibaca oleh sang Raja akhir-akhir ini dan tiba-tiba saja seseorang berjalan dengan cepat untuk mengimbangi langkah kakinya, “Kau tahu?? semua orang tengah membicarakan dirimu, alih-alih membicarakan sang Raja.” sebuah ucapan yang terlontar dari mulut Ray yang kala itu berjalan beriringan dengan Rezen pun, akhirnya membuat Rezen menyadari bahwa yang berusaha mengimbangi langkah kakinya adalah wali darinya semenjak kecil, menyadari hal itu pun membuat Rezen dengan sengaja memperlambat langkah kakinya untuk berbicara bersama dengan Ray, sang panglima abadi sekaligus sang pengelana legenda. Dihelakannya napas Rezen yang kemudian menoleh kepada Ray seraya bertanya, “Apakah itu buruk??” tanya Rezen kepada Ray yang kini tersenyum dan menggelengkan kepala, ia bahkan menepuk bahu Rezen dan kemudian berucap, “Tidak, tentu saja tidak …” Jawab Ray kepada Rezen yang akhirnya menganggukkan kepalanya untuk menanggapi jawaban dari Ray, “ Hanya saja … mereka jadi berbicara bahwa kau adalah orang bodoh yang menjadi malaikat pelindung dari Pangeran Ilyash, setelah peristiwa terakhir yang meremukkan sebagian besar tulangmu itu.” terang Ray, dan karenanya Rezen tersenyum. “Malaikat pelindung?? Saya menyukai sebutan itu!” ucap Rezen menanggapi kata malaikat pelindung yang baru saja dikatakan oleh Ray. Beberapa detik kemudian ketika mereka berdua tersenyum karena pembicaraan itu, di detik selanjutnya senyuman keduanya pun pudar ketika Ray berucap dengan nada seriusnya, “Bagaimana dengan kondisi Raja saat ini?? Apakah dia masih seperti itu?” tanya Ray kepada Rezen yang kini menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. “Ya, aku merasa bahwa ia masih merasa tertekan dengan hal itu, Ia tidak pernah keluar dari dalam ruangannya.” jawab Rezen, mendengar hal itu Ray menganggukkan kepalanya. Tak boleh dan sengaja tidak ada yang tahu, kondisi dari Raja Muller XI saat ini adalah diam. Raja Muller XI tidak pernah satu detik pun keluar dari ruangan kerajaannya semenjak peristiwa penobatan terjadi, seolah ia menyesali tindakannya tersebut, dan kondisi Raja saat ini tidak ada yang mengetahuinya selain sang Ratu, Rezen, Ray dan Alexandra. Mereka sengaja menutupinya dari siapapun dan termasuk dengan seluruh staff kerajaan. Rezen dan Ray berjalan beriringan melewati lorong kerajaan yang disisi kanan dan kirinya merupakan taman terbuka di dalam kerajaan, dan mereka berdua spontan terkejut ketika melihat langit yang kini berubah menjadi merah serta hujan darah yang turun dengan begitu derasnya. Hal itu membuat Ray dan Rezen segera berlari untuk masuk ke dalam Istana. …  To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD