Usulan sang Pangeran

1088 Words
Malam itu, satu hari setelah Pangeran Ilyash mengalami penyerangan dari para perompak di perbatasan sungai issen, Pangeran Ilyash pun meminta Adalard untuk menemaninya menuju ruang perpustakaan, yang tentu saja membuat Adalard merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh sang Pangeran di dalam perpustakaan malam itu. “Ada apa Pangeran?? apakah adakah buku anda yang tertinggal di dalam perpustakaan?” sebuah pertanyaan yang terlontar dari Adalard saat itu, membuat Pangerna Ilyash yang kini tengah berjalan berdampingan dengan sang pelindung pun hanya menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan itu, menjawab jika bukan itulah yang di cari olehnya di dalam perpustakaan malam itu. “Saya datang ke perpustakaan tidak hanya mencari buku milik saya, Adalard.” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian menganggukkan kepalanya saja dan mengikuti langkah dan gerak-gerik dari Pangeran Ilyash. Sesampainya Pangeran Ilyash dan Adalard di dalam perpustakaan istana, dengan segera Pangerna Ilyash berjalan menuju meja tulis dan meraih sebuah kertas serta tinta yang membuat Adalard semakin penasaran karenanya. Pangeran Ilyash segera duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan meja yang ada di hadapannya, dan Pangeran pun terlihat menulis sesuatu di atas kertas dengan menggunakan tinta yang sempat ia ambil. Dahi Adalard berkerut, dan ia berusaha untuk membaca tulisan yang tengah ditulis oleh sang Pangerna yang ternyata itu merupakan surat permohonan yang resmi yang ia buat untuk Raja Valens. Tentu saja tindakan pangeran Ilyash saat itu sangat mengejutkan bagi Adalard yang membaca isi dari surat permohonan itu, namun Adalard memilih untuk tidak ikut campur dan membiarkan sang Pangeran yang melakukan tugasnya sendiri malam itu.   Surat permohonan no.MMMMDCXXVII Yang diajukan oleh: Kepada: Pangeran Ilyash Raja Muller XI (Ilyash Muller) (Abraham Muller)   Saya, Ilyash Muller mengajukan sebuah permohonan secara resmi kepada Baginda Abraham, untuk meminta agar Kerajaan Valens semakin memakmurkan Warga Desa Valens, berupa upah yang tinggi serta modal usaha kepda setiap kepala keluarga yang dibebankan dalam satu rumah. Permohonan ini saya ajukan untuk mendukung ekonomi warga desa Valens dan sekaligus menekan angka tindakan kriminalitas yang terjadi di wilayah Desa yang tidak atau sudah diketahui oleh Raja. Hormat saya, Ilyash Muller.   … Itulah surat permohonan yang dituliskan secara langsung oleh Pangeran Ilyash yang membuat Adalard merasa takjub kepada sang Pangeran yang ternyata memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi dan ia memperdulikan warganya sendiri. Pandnagan Pangeran Ilyash kini menoleh menatap Adalard yang terkejut dengan pergerakan sang Pangeran yang secara tiba-tiba, “A … ada yang anda butuhkan saat ini Pangeran?” tanya Adalard kepada sang Pangeran yang kini menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Bagaimana cara saya untuk memberikan surat ini kepada Raja, Adalard?? apakah kau mengetahuinya?” tanya Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini mengembangkan senyumannya seraya menganggukkan kepala untuk menjawabnya, “Saya mengetahuinya Pangeran, anda hanya perlu menemui prajurit pengirim surat … tapi saya rasa surat ini akan sampai besok pagi atau siang.” ucap Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan dari sang pelindung. “Kalau begitu, antarkan saya menuju prajurit itu, Adalard.” pinta Pangeran Ilyash yang kini membuat Adalard menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan sang Pangeran untuk berjalan terlebih dahulu. Mereka berdua pun berjalan menuju ruang surat yang berad di dalam istana, yang tentunya ruangan itu belum pernah didatangi oleh Pangeran Ilyash sebelumnya, yang membuatnya takjub sekaligus tidak menyangka jika Kerajaannya memiliki ruangan khusus untuk surat masuk dan keluar. “Saya tidak tahu jika Istana memiliki ruangan surat yang besar sekali.” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini tidak berhenti mengembangkan senyumannya kepada sang Pangeran. “Ada yang bisa saya bantu, Baginda muda.” sebuah sapaan yang terlontar dari salah satu staff yang berada di dalam ruangan itu pun membuat Pangeran Ilyash segera menoleh dengan cepat menatap sang Staff yang baru saja bertanya kepadanya. “Ah … iya, bisakah anda memberikan surat yang telah saya tulis kepada sang Raja?” sebuah pertanyaan yang jarang sekali dilontarkan oleh seorang anak Raja, yang tentunya membuat Adalard dan sang staff penjaga surat pun menoleh menatap sang Pangeran dengan kaget. “A… Eum, tentu saja Pangeran, saya bisa melakukannya.” ucap Staff tersebut kepada Pangerna Ilyash yang kini tersenyum dan memberikan surat tersebut kepada staff penjaga ruang surat itu, “Tolong berikan ya, terima kasih.” lagi dan lagi ucapan yang dilontarkan oleh Pangeran Ilyash membuat keduanya menohok ketika mendengar sang Pangeran meminta tolong dan berterima kasih kepada dirinya. “Baiklah, tuanku … saya pastikan surat anda terlebih dahulu berada di meja Baginda Raja pagi nanti.” ucap Staff penunggu ruangan surat tersebut. Pangeran Ilyash menganggukkan kepalanya dan menoleh menatap ke arah Adalard yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, yang kemudian akhirnya mereka pun berjalan untuk kembali keluar dari ruangan surat istana. Adalard dan Pangeran Ilyash kini berjalan menelusuri lorong istana, “Adalard, Saya akan beristirahat hari ini … kau bisa kembali ke tempatmu.” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menundukkan kepalanya dan mengangguk dengan pelan menanggapi perintah sang Pangeran yang mengatakan bahwa tugasnya hari ini telah usai. “Kalau begitu saya permisi, Pangeran.” ucap Adalard kepada Pangeran  Ilyash yang kini menganggukkan kepalanya dan akhirnya mereka pun berpisah di antara lorong-lorong istana kerajaan. … Adalard berjalan menuju kamar miliknya dan juga milik Ray yang berada di dalam istana. Selama perjalanan menuju ruang kamarnya, Adalard memikirkan mengenai tindakan Pangeran Ilyash malam itu, dan sebuah senyuman pun terkembang di bibir Adalard, merasa senang setelah menyadari bahwa sang Pangeran bisa menjadi sesosok Raja yang baik jika ia menjabat kelak. “Yah … aku rasa, Pangeran akan tumbuh menjadi seorang Raja yang bijak.” gumam Adalard seraya mengembangkan senyumannya dan bergegas untuk mengganti bajunya dan memilih untuk beristirahat malam itu, meski … istirahat yang dimaksud olehnya adalah membaca buku dan menatap indahnya suasana malam hari di jendela kamarnya. Namun, tanpa sepengetahuan Adalard, Ray tengah berada di dalam kamar itu sedari tadi dan memerhatikan tingkah lagu dan mendengar semua gumamannya tentang Pangeran Ilyash. “Jadi, apa yang dilakukan oleh Pangeran sehingga kau menyanjung dirinya hingga seperti itu, Adalard?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Ray pun mengejutkan Adalard yang kini segera menoleh menatap Ray yang beranjak dari kasur miliknya dan menatap sang Pelindung Pangeran terakhir di Kerajaan Valens saat itu. “Eu … itu, Pangeran membuat sebuah surat usulan yang diajukan untuk sang Raja secara resmi, tanpa ada yang menggerakkannya atau pun menyarankannya, Ray.” jelas Adalard kepada Ray yang kini mengerutkan dahinya mendengar jawaban itu. “Benarkah??” tanya Ray kembali kepada Adalard yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan tersebut, “Ya, Ray … saya serius.” jelas Adalard kepada Ray yang kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi itu. …  To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD