Surat yang Mengejutkan

1073 Words
Pagi hari pun tiba, seperti biasa setelah sarapan pagi sang Raja beserta dengan sang Kepercayaan pun segera berjalan menuju ruang kerja mereka berdua. Reazen selalu berjalan di balakang sang Raja dan akan selalu seperti itu. “Kau tahu, Rezen.” sebuah ucapan yang terlontar dari mulut sang Raja, membuat Rezen kini menolehkan pandangannya menatap ke arah Raja Abraham yang baru saja berucap demikian, yang kemudian membuat sang Raja kini menoleh menatapnya yang juga menatap dirinya, “Ada apa, Baginda?” tanya Rezen kepada Raja Abraham yang kini nampak berpikir dan kemudian menggelengkan kepoalanya setelah ia merasa bahwa ia lupa dengan hal yang ingin ia bicarakan kepada sang kepercayaan, yang tentu saja membuat Rezen menghelakan napasnya cukup pelan seraya menggelengkan kepala di hadapan sang Raja yang kini terkekeh dan kemudian masuk ke dalam ruangan kerajaan bersama dengan Rezen. Raja Abraham berjalan menuju Kursi tempat di mana ia seharusnya duduk, namun ketika ia hendak duduk di singgah sana miliknya, panggilan dari Rezen sang kepercayaan pun membuat dirinya kini menoleh menatap Rezen yang kini berdiri di depan meja kerja milik sang Raja yang terletak di pojokan ruang kerajaan, yang pada akhirnya sang Raja pun mengerutkan dahinya seraya bertanya. “Ada apa, Rezen?” tanya Raja Abraham kepada Rezen yang kini meraih sebuah amplop yang tertuliskan surat permohonan resmi di permukaan sampul amplop tersebut. “Anda mendapatkan surat permohonan resmi, Baginda.” ucap Rezen kepada Raja Abraham yang kini menghembuskan napasnya, seolah Rezen jarang melihat sang Raja mendapatkan surat permohonan yang resmi. “Aku pikir kau juga selalu ada di sini bukan?? surat permohonan resmi adalah hal yang biasa.” jelas Raja Abraham kepada Rezen yang kini mendenguskan napasnya di hadapan sang Raja seraya berucap, “Di dalam sampul ini tertulis Ilyash Muller sebagai orang yang mengirimnya.” dan penjelasan yang diucapkan oleh Rezen saat itu lah yang membuat sang Raja semula terduduk di singgah sana, kini segera terbangkit dan berjalan dengan cepat menuju tempat di mana Rezen berdiri saat ini. “Kau yakin?!” tanya Raja Abraham dengan cepat merebut surat tersebut dari tangan Rezen dan segera membaca keterangan yang ia maksudkan di dalamnya, dan benar saja … Raja Abraham merasa terkejut karena Pangeran Ilyash lah yang menuliskan surat tersebut, yang tentu saja itu merupakan hal yang aneh bagi Raja maupun sang kepercayaan. Pandangan Raja Abraham kini menoleh menatap Rezen, seolah sang Raja meminta dirinya untuk menyadarkannya jika-jika itu hanyalah bayangan atau ilusi semata. “Mari kita lihat terlebih dahulu isi dari surat ini, Baginda.” usulan Rezen membuat sang Raja mengangguk dengan setuju dna ia dengan segera membuka dan membaca isi dari surat yang dituliskan oleh Pangeran terakhir di kerajaannya. “ Saya mengajukan sebuah permohonan secara resmi kepada Baginda Abraham, untuk meminta agar Kerajaan Valens semakin memakmurkan Warga Desa Valens, berupa upah yang tinggi serta modal usaha kepada setiap kepala keluarga yang dibebankan dalam satu rumah. Permohonan ini saya ajukan untuk mendukung ekonomi warga desa Valens dan sekaligus menekan angka tindakan kriminalitas yang terjadi di wilayah Desa yang tidak atau sudah diketahui oleh Raja.” Abraham membaca isi surat yang telah di terima olehnya, yang tentu saja membuat dirinya serta Rezen terbingung sekaligus terpukau dengan apa yang baru saja dimohonkan oleh sang Pangeran kepada sang Raja, yang membuat mereka tidak percaya dengan hal itu. “Aku tidak yakin jika surat ini di tulis atas kehendaknya sendiri.” gumam Raja Abraham, dan hal itu membuat Rezen mengerutkan dahinya menoleh menatap sang Raja yang kini termenung ikut meragukan ucapan yang ia berikan, “Anda yakin, baginda?” tanya Rezen kembali membuat Raja Abraham kini menggelengkan kepala dan ikut ragu dengan hal ini, “Benarkah dia yang membuatnya?” kini sang Raja pun kembali melontarkan sebuah pertanyaan kepada Rezen yang tentu saja tidak bisa ia jawab begitu saja, ini semua merupakan masalah yang kecil namun cukup serius karena memberi dampak yang besar dalam penilaian Pangeran Ilyash di mata Sang Raja, yang selama ini selalu menilai rendah anak bungsunya itu. Dan kesempatan ini tentu saja tidak bisa di sia-siakan dan tidak boleh di anggap main-main oleh Rezen. “Saya rasa kita harus mengklarifikasi ini, Baginda.” usulan yang diberikan oleh Rezen kepada Raja Abraham, membuat sang Raja pun mengerutkan dahinya sebelum akhirnya menganggukkan kepala untuk menyetujui usulan tersebut. “Ya … panggil Adalard ke mari, kita meminta penjelasan darinya.” perintah yang di lontarkan oleh Raja Abraham, membuat Rezen menganggukkan kepalanya dan segera mengirim pesan melalui telepati yang langsung sampai ke dalam pikiran Adalard yang kala itu tengah menemani sang Pangeran di gazebo yang terletak di taman lily, tempat sang Pangeran selalu menguji coba semua ramuannya. …   “Oh …” celetukan yang di lontarkan oleh Adalard siang itu, membuat Pangeran Ilyash yang tengah menghaluskan beberapa daun di dalam mangkuk keramik yang indah pun kini menoleh menatapnya yang baru saja berucap demikian secara tiba-tiba. Tentu saja hal itu mendatangkan sebuah tanda tanya dari Pangeran Ilyash. “Ada apa?” tanya Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menghembuskan napasnya seraya menundukkan kepala dan berucap, “Mohon izinkan Saya pergi menghada Raja dan Rezen, Pangeran Ilyash … karena baru saja saya mendapat panggilan dari Rezen untuk menghadap Baginda Raja.” ucapan yang di lontarkan oleh Adalard, tentu membuat Pangeran Ilyash segera menganggukkan kepalanya menanggapi permintaan tersebut. “Pergilah! Saya baik-baik saja di sini.” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini tersenyum dan menundukkan kepalanya untuk memberi hormat, yang pada akhirnya ia pun pergi dari gazebo yang terletak di taman Lily belakang istana. Ia dengan segera berjalan menuju ruang Raja. Sepanjang perjalanan Adalard menuju ruangan Raja, ia terus menerus berpikir, mengenai kenapa dirinya di panggil?? pelanggaran keberapa yang telah ia langgar selama menjalankan misinya dalam melindungi sang Pangeran, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam benak Adalard mengenai kekhawatiran yang seharusnya tidak ia pikirkan saat itu. Hingga pada akhirnya, langkah kaki Adalard pun terhenti tepat di hadapan para penjaga yang kini menghalangi langkah Adalard untuk memasuki ruang Raja. “Saya, Adalard Sowvra. Diperintahkan langsung oleh Rezen untuk menghadap sang Raja.”ucapan yang di lontarkan oleh Adalard saat itulah yang akhirnya membuat para penjaga ruang Raja pun membuka akses untuk dirinya memasuki ruang kerajaan, dan hal itu tentu saja membuat Adalard semakin cemas tidak karuan. Dengan menghembuskan napas yang dalam, Adalard pun akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan sang Raja dan mendapati Raja Abraham beserta dengan Rezen kini menoleh menatap dirinya, seolah kehadiran dari dirinya sangat di tunggu oleh kedua orang penting tersebut. … to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD