Kesaksian Adalard

1254 Words
Adalard berjalan memasuki ruang Kerajaan, ia melangkah sebanyak tiga kali untuk akhirnya memberikan hormat kepada sang Raja dan juga sang kepercayaan yang kala itu berdiri di hadapan dirinya. “Saya datang atas permintaan anda, Baginda Raja.” ucap Adalard kepada Raja Abraham yang kini menganggukkan kepalanya dan memerintahkan Adalard untuk mendekat lebih dekat lagi. “Mendekatlah kemari, Adalard. Ada hal yang ingin kami tanyakan perihal tugasmu dan Pangeran.” ucapan yang di lontarkan oleh Raja Abraham, tentu membuat Adalard menjadi semakin tegang dan khawatir. Namun semua rasa itu ia tepis sejauh mungkin, dan berjalan mendekati meja sang Raja yang tengah terduduk di sana, bersama dengan Rezen yang berdiri di sampingnya. “Adakah sebuah kesalahan yang telah saya lakukan sedangkan saya sendiri tidak menyadari kesalahan itu, Baginda?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard kepada Raja Abraham, membuat sang Raja kini mengerutkan dahinya dan kemudian menggelengkan kepala seraya berucap, “Tidak … Adalard … kau tidak melakukan sebuah kesalahan, aku memanggilmu untuk meminta sebuah kesaksian.” ucapan yang di lontarkan oleh Raja Abraham saat itu pun membuat Adalard kini mengerutkan dahinya dan kemudian pandangannya teralihkan menatap Rezen yang tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Kesaksian, atas apa … baginda?” tanya Adalard kepada Raja Abraham yang kini memperlihatkan surat yang di genggam oleh Raja Abraham, yang membuat Adalard pun kini mengerutkan dahinya dan kemudian menyadari jika itu merupakan surat permohonan yang di tuliskan Pangeran Ilyash di malam kemarin. “Apakah kau mengetahui apa ini?” tanya Raja Abraham kepada Adalard yang kini menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Ya, Baginda … itu adalah surat permohonan dari Pangeran Ilyash yang ditunjukan langsung untuk anda dan pemimpin petinggu.” ucap Adalard kepada Raja Abraham yang kini menghembuskan napasnya dan menganggukkan kepalanya, “Jadi … itu adalah benar, dia yang langsung menuliskan surat ini untuk ditunjukkan kepadaku??” sebuah pertanyaan yang kembali di lontarkan oleh Raja Abraham, membuat Adalard menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan itu seraya menjawab, “Iya Ya Baginda, Pangeran sendiri lah yang menulisnya.” itulah jawaban yang di lontarkan oleh Adalard kepada Raja Abraham, dan kali ini sebuah pertanyaan pun kembali terlontar namun untuk kali ini pertanyaan itu terlontar dari Rezen. “Apakah kau membantunya?? atau mengusulkan Pangeran Ilyash untuk melakukannya??” tanya Rezen kepada  Adalard yang kini menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan tersebut, seraya berucap. “Tidak Ya Baginda, Rezen … saya tidak pernah mengusulkan atau membantunya untuk menulis surat permohonan itu, saya sendiri bahkan terkejut ketika Pangeran Ilyash bertindak demikian, dan saya menjadi saksinya jika Pangeran Ilyash menulisnya dengan kedua tangannya sendiri.” ucap Adalard mengucapkan bahwa ia telah bersaksi, yang membuat Raja Abraham dan juga Rezen saling menoleh satu sama lain, untuk akhirnya menganggukkan kepala mereka dengan serempak. “Baiklah … jika itu benar kesaksianmu, Adalard. Terima kasih karena telah bersaksi di hadapan Baginda dan juga Saya.” pandangan Adalard saat ini tertuju kepada Rezen yang berucap demikian dan kemudian pandangannya beralih menatap sang Raja yang kini menghembuskan napasnya dengan cukup singkat sebelum akhirnya tersenyum kepada Adalard. “Terima kasih, kau bisa kembali menjalankan misimu untuk mengawasi dan menjaga Ilyash.” ucapan yang di lontarkan oleh Raja Abraham pun bagaikan perintah bagi Adalard yang kini menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya ia membungkukkan badannya untuk kemudian melangkah pergi meninggalkan ruang kerajaan. … Adalard berjalan keluar dari ruang kerajaan, dan dirinya sungguh sempat merasa tegang, namun setelah mengetahui bahwa sang Raja memanggilnya hanya untuk memberikan sebuah kesaksian, Adalard pun menghembuskan napasnya cukup lega, dan kemudian ia pun kembali berjalan menuju tempat di mana sang Pangeran tengah berada saat ini. Sedangkan Raja Abraham dan Rezen, tengah terdiam di dalam ruangan Raja. Mereka berdua kompak terdiam memikirkan betapa beraninya Pangeran Ilyash memberikan surat tersebut kepada sang Raja, dan sekaligus Rezen merasa bahwa Pangeran Ilyash sudah banyak berubah dan perubahan itu sangat baik menurutnya. Pandangan Rezen kini tertoleh menatap sang Raja yang masih terdiam di atas kursinya yang kemudian membuat Rezen pun bertanya, “Jadi, bagaimana Raja?? apa tindakan anda selanjutnya?” itulah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen, yang kemudian membuat RAja Abraham menghembuskan napasnya dan kemudian menganggukkan kepala menanggapi pertanyaan tersebut. “Kurasa kita akan melanjutkan usulan dari surat permohonan ini ke pemiimpin petinggi naga, kita harus mengadakan rapat untuk mengubah sistem yang ada di desa.” ucap Raja Abraham seraya berdiri dari duduknya dan melangkah menuju singgah sana miliknya, yang kemudian membuat Rezen menganggukkan kepala memahami apa yang di inginkan dan di maksud. “Kalau begitu saya akan membuat surat permohonan rapat mendadak untuk hari ini, bagaimana Baginda, apakah anda setuju?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen sang kepercayaan pun membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya seraya menganggukkan kepala menanggapi pertanyaan tersebut. “Ya … adakan rapat dengan Szam dan yang lainnya.” jelas Raja Abraham kepada Rezen yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan tersebut. Rezen pun segera berjalan menuju rak-rak buku untuk kemudian mengambil sebuah gulungan kertas dan hal-hal yang di butuhkan olehnya. “Saya akan mengerjakan surat ini di perpustakaan, Baginda … jika anda membutuhkan sesuatu, gunakan telepathi untuk berkomunikasi dengan saya.” ucap Rezen seraya menoleh menatap sang Raja yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan tersebut, yang kemudian membuat Rezen pun segera pergi menuju ruang perpustakaan untuk mengerjakan surat yang nantinya akan diajukan kepada Petinggi naga. Rezen berjalan keluar dari ruang Raja dan kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang perpustakaan yang letaknya cukup jauh dari ruang kerajaan, dan tentu saja hal itu tidak membuat Rezen mengurungkan niatnya. Ia terus berjalan mengintari lorong demi lorong dan pilar demi pilar dari istana yang megahnya bukan main. “Rezen!” sebuah panggilan yang di lontarkan oleh Ray saat itu pun membuat Rezen yang tengah melangkan menuju perpustakaan istana pun kini menoleh menatap Ray yang berjalan dari arah samping menuju dirinya, dengan membawa sebuah gulungan yang membuat Rezen pun akhirnya bertanya, “Untuk apa gulungan itu, Ray?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pun membuat Ray menoleh menatap gulungan yang ia genggam dan kemudian tersenyum seraya berucap, “Ini resep-resep obat herbal yang kutemukan di geladak para pengelana pagi tadi. “Anda akan memberikannya kepada Pangeran Ilyash?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pun segera diberi anggukkan senang oleh Ray yang menjawabnya, “Kau sendiri? Ke mana kau akan pergi dengan membawa gulungan itu?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray pun membuat Rezen tersenyum seraya berucap, “Saya akan pergi ke perpustakaan untuk membuat surat rapat resmi bagi para petinggi.” ucap Rezen menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray yang kini menganggukkan kepalanya, “Biar kutebak … kalian pasti akan membahas tentang surat permohonan yang di tulis oleh Pangeran Ilyash, benar begitu?” dan kali itu tebakan yang di ucapkan oleh Ray dengan segera membuat Rezen menolehkan pandangan ke arahnya yang tersenyum, seolah tahu jika Rezen akan bertanya kepada dirinya. “Adalard yang memberi tahukannya kepadaku malam tadi.” bisik Ray seraya menepuk bahu Rezen sebelum akhirnya ia pergi mendahului Rezen, karena ia harus berbelok dari lorong menuju taman lily tempat di mana Pangeran Ilyash berada saat ini. … Siang itu, seperti yang sudah di rencanakan oleh Raja Abraham dna juga Rezen, rapat bersama dengan para petinggi untuk membahas mengenai perubahan sistem di desa atas dasar surat permohonan dari Pangeran Ilyash pun di laksanakan. Yang tentunya permintaan dari sang Pangeran yang telah direalisasikan oleh sang Raja pun mengejutkan para naga petinggi dan termasuk dengan pemimpin petinggi naga yang tengah menjabat saat ini, Szam. Meski pun seperti itu, namun rapat dilaksanakan dengan pemikiran yang terbuka dan pada akhirnya permohonan dari sang Pangeran pun direalisasikan oleh sang Raja atas kesepakatan bersama. …  To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD