Julukan Reinkarnasi Sang Bilah Tajam

1583 Words
Raja Berjalan untuk kemudian terduduk di sebuah kursi yang kala itu di siapkan oleh beberapa prajurit di sana, sedangkan Rezen kini meraih pedang milik salah satu prajurit di sana dan kemudian menoleh menatap Ray yang juga mengambil pedang salah seorang prajurit yang lainnya. “Ingatlah Pangeran Ardo … ini hanya sebuah tes, jangan melukai Ray, karena dia juga tidak akan sampai melukaimu!” jelas Rezen kepada Pangeran Ardo yang kini terkekeh mendengar hal itu dan kemudian berucap, “Jangan panggil aku Pangeran … karena aku tahu, bahwa kau sudah Ilyash anggap sebagai Ayahnya!” ucap Pangeran Ardo kepada Rezen yang kini mengerutkan dahinya mendengar hal itu, dan kemudian Pangeran Ardo pun kembali berucap, “Aku mengerti, aku tidak akan sampai melukainya … kau bisa merasa tenang Rezen, aku bukanlah orang yang sadis!” jelas Pangeran Ardo kepada Rezen yang kini terkejut mendengarnya, namun detik kemudian ia menganggukkan kepala setelah mengetahui jika Pangeran Ardo bisa memegang ucapannya dan itu terlihat jelas dari sorot kedua matanya yang serius dan lembut. Rezen pun berjalan menjauhi Pangeran Ardo yang kini menolehkan pandangannya ke arah Ray, dan bersamaan dengan itu Alexandra datang dan berdiri tepat berjajar dengan Adalard yang juga berada di samping taman itu, bersamaan dengan Raja dan juga Rezen. Melihat kedatangan Alexandra, Raja Abraham hanya meliriknya dan kemudian berucap, “Kau terlambat Alexandra!” ucap Raja ABraham kepada Alexandra yang kini tersenyum menanggapinya dan kemudian berkata, “Pada kenyataannya aku datang di waktu yang tepat, Ab!” ucapan yang di lontarkan oleh Alexandra saat itu membuat Raja ABraham tersenyum mendengarnya, ia terlihat sangat senang karena Alexandra memanggilnya dengan nama sebutan kecilnya. Tentu saja Raja Abraham terlihat senang karena wanita muda itu merupakan seorang yang sama seperti Ray, keduanya mendapatkan kutukan keabadian sehingga mereka tidak akan pernah menua dan tenaga mereka akan tetap berada di usia dua puluh lima tahunan yang tentu saja membuat Raja Abraham merasa bahwa sebenarnya mereka lah yang seharusnya diperlakukan dengan sopan. “Apa yang bisa anda lihat dari Jiwa kedua Pangeran Ilyash saat ini, Alexandra?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen kepada Alexandra pada saat itu, membuat Alexandra kini mengerutkan dahinya dan kemudian berucap, “Satu kata yang bisa saya gambarkan untuk Pangeran ini, Rezen!” ucap Alexandra kepada Rezen, yang tentu saja tidak hanya Rezen melainkan Raja Abraham dan juga Adalard kini menoleh menatapnya untuk kemudian mendengar apa yang di katakan oleh Alexandra saat itu. “Jiwa kedua ini berbeda dari yang lainnya!” jelas Alexandra, yang tentu saja membuat mereka merasa tidak mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh Alexandra saat itu, sementara merea tengah berbincang mengenai aura yang di tengah di baca oleh Alexandra, Pangeran Ardo saat ini sudah memulai pertarungannya dengan Ray di tengah taman itu. “Bisakah kau menjelaskannya dengan jelas, Alexandra! Aku belum paham!” jelas Raja Abraham kepada Alexandra yang kini menoleh menatapnya dan kemudian berucap, “Sifat yang di miliki jiwa kedua biasanya berbanding terbalik atau memiliki pemikiran yang bertolak belakang … seharusnya jiwa kedua persis seperti Jiwa dari Pangeran Reglus dan jiwa keduanya yang pernah saya jelaskan kepada anda, Ab! Namun … ini nyaris seperti Pangeran Arb dan jiwa keduanya Nox! Dia memiliki Sifat yang menurut kepada Jiwa pertamanya, dan sepertinya dia adalah jiwa yang kuat!” jelas Alexandra yang mengejutkan Raja Abraham dan juga Rezen, sedangkan Adalard kini mengerutkan dahinya ketika mendengar dua nama yang sangat asing bagi dirinya, yang tentu saja memunculkan sebuah pertanyaan mengenai siapa itu Pangeran Reglus, dan juga Pangeran Arb? Namun karena ia mengingat ia harus terfokus kepada pertarungan di depan sana, membuatnya kini mengesampingkan pertanyaan itu terlebih dahulu dan memantau pertarungan tersebut. Pertarungan yang di lakukan oleh Pangeran Ilyash dan juga Ray kala itu terlihat sangat menegangkan dan menakjubkan, di mana keduanya tidak bisa terkalahkan satu sama lain, yang tentu saja membuat Adaladr yakin jika ini merupakan salah satu keahlian yang berasal dari dalam jiwa keduanya Pangeran Ilyash, karena baginya akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyeimbangkan keahlian pedangnya dengan keahlian dari pedang yang dikuasai oleh Ray. “Apakah tes ini akan berhenti sampai salah satu dari mereka menjatuhkan pedang mereka, Baginda?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Raja Abraham kini menolehkan pandangannya ke arah Adalard sebelum akhirnya beralih menatap Rezen yang kemudian ia pun bertanya kepada sang kepercayaan di sana. “Bagaimana peraturannya, Rezen?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan olej Raja Abraham pada saat itu pun pada akhirnya di jawab oleh Rezen yang kini menganggukakan kepalanya dan kemudian berucap, “Ya … yang di katakan Adalard adalah benar, mereka tidak boleh berhenti sampai salah satu pedang dari keduanya terlempar cukup jauh dari sang pemiliknya!” jelas Rezen kepada Adalard yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian menganggukkan kepala, pandangannya masih tertuju ke arah kedua orang yang tengah bertarung dengan sangat serius di sana. “Akan membutuhkan waktu yang lama untuk membuat waktu itu terjadi, Rezen?” tanya Raja Abraham, dan membuat Rezen menggelengkan kepalanya ketika di saat yang bersamaan pedang yang di genggam oleh Ray kala itu terbelah menjadi dua bagian dan terlempar cukup jauh darinya, yang tentu saja mengejutkan beberapa orang yang ada di sana, termasuk dengan Rezen, Raja Abraham dan juga Alexandra yang baru menyaksikannya. “Hh … hhh … hhh … “ Ray menganggukkan kepalanya di tengah deruan napasnya karena merasa lelah setelah bertarung cukup sengit dengan Pangeran Ardo saat itu, yang kemudian pandangannya kini tertolehkan menatap Alexandra yang kini menganggukkan kepalanya, seolah keduanya saat ini tengah berbincang dan memiliki satu pemikiran yang serupa, yang pada akhirnya membuat Ray pun menghadapkan dirinya kepada Raja Abraham dan kemudian membungkuk memberi hormat seraya berucap. “Tes keahlian ini sudah selesai Baginda Raja, Saya dan Alexandra sudah menetapkan julukan bagi Pangeran Ardo saat ini!” penjelasan yang di lontarkan oleh Ray kala itu pun membuat Raja Abraham mengangguk dan kemudian berucap, “Sebutkan julukannya di depanku!” titah Raja Abraham kepada Ray yang kini menegapkan dirinya dan kemudian berucap, “Reinkarnasi sang Bilah Tajam, Reinkarnasi dari Eryk Ivano Zelum!” sebuah ucapan yang di lontarkan oleh Ray pada kala itu, tentu saja membuat Raja Abraham tersenyum dengan bangga mendengarnya, sedangkan Rezen terkejut dan terdiam setelah mendengar hal itu. Dan itu tentu saja memperlihatkan dua reaksi yang berbeda di dalam waktu yang bersamaan. Karena pada dasarnya ucapan Ray saat itu yang memanggil nama dari seseorang yang sudah tiada, kembali mengingatkan Rezen kepadanya. Eryk Ivano Zelum, seseorang yang sangat ia kenali dan sangat berharga baginya. … Memori kelam sekaligus menyedihkan itu kembali merasuki kepala Rezen yang kini tertegun di tempatnya. Kala itu ketika Rezen masih kanak-kanak, kala itu ia tengah berlatih pedang di  *Oefenruimte Pedang, tempat di mana seluruh Warganya berlatih pedang. Dan kala itu ia tidak tahu apapun namun secara mengejutkan mendapati kakaknya Eryk berdiri di sana dengan darah yang melumuri tubuhnya, dan ia yakin jika itu bukanlah darah dari sang kakak. “Dengar adikku, jadilah orang yang baik, lindungilah orang yang lemah tanpa harus menjadikan dirimu sebagai seorang pemimpin, kau bisa menjaga mereka tanpa menjadi seorang penguasa. Dan ingatlah, bahwa semua manusia itu sama, tak ada bedanya… hanya sifat rakus dan iri lah yang menjadikan mereka sedikit berbeda, tapi pada dasarnya, mereka adalah sama… dan ingatlah bahwa aku, ibunda, ayah dan bahkan Lan larb amat menyayangimu. dan maafkan aku” ucap Eryk seraya memeluk dengan erat dirinya, dan itu adalah memori terakhir yang ia ingat mengenai sang kakak. …  Pandangan Raja ABraham kini tertoleh untuk menatap Rezen yang terdiam tepat di sampingnya, yang membuat Raja Abraham pun merasa jika kediaman Rezen tidak seperti dia yang biasanya, yang pada akhirnya membuat Raja ABraham pun memanggil namanya di sana. “Rezen!” panggil Raja Abraham yang kemudian membuat Rezen tersadar dan kini segera menolehkan pandangannya menatap ke arah sang Raja dan kemudian bertanya, “Ya, Baginda?” tanya Rezen dan membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya dan bertanya,   “Ada apa? Tidak biasanya kau terdiam seperti itu?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham kala itu, membuat Rezen tersenyum dan menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu, “Tidak ada apapun, Yang mulia!” jelasnya dan hal itu membuat Raja Abraham yakin jika Rezen tengah menyembunyikan sesuatu pada saat itu. Namun, karena merasa jika hal itu harus di kesampingkan, membuat Raja Abraham pun kini menganggukkan kepalanya dan kemudian berkata, “Kalau begitu sebarkan pemberitahuan ini! Katakan jika Pangerna Ilyash memiliki jiwa kedua dan sertakan julukan yang baru saja di berikan oleh Ray di sana!” ucap Raja Abraham memerintah, dan hal itu membuat Rezen menganggukkan kepalanya mengerti menanggapi perintah itu.   …  To Be Continue.  P.s. *Oefenruimte Pedang: Sebuah ruangan terbuka yang ada di Negeri Nium (Bangsa yang di takuti oleh semua bangsa dan Kerajaan karena kekuatannya yang tak tertandingi), dengan empat pilar berwarna putih tulang yang berdiri dengan kokoh di setiap sudutnya, tanpa dinding, tanpa jendela, tanpa atap, bahkan tak ada lantai di dalam ruangan itu, hanya rerumputan Skanilo yang mendominasi pijakan di Negeri Nium. Meski demikian penduduk Nium akan menganggap ruangan tersebut sebagai Oefenruimte ([belanda]ruang latihan). dan Oefenruimte tidak pernah ada hujan dan salju yang masuk ke dalam ruangan tersebut. ada tiga jenis Oefenruimte di Negeri ini, dan itu ditandai dengan warna dari pilar-pilar yang berdiri di sekitarnya. Terdapat tiga ruangan Oefenruimte  dan salah satunya adalah  Oefenruimte pedang. Oefenruimte Pedang, pilar yang menjadi tanda mereka adalah pilar-pilar dengan warna ungu kehitaman. Tidak seperti Oefenruimte Panah, mereka harus menyiapkan pedang mereka sendiri, namun tanaman Nium akan berfungsi sebagai lawannya, karena di dalam Oefenruimte Pedang, akar-akar Nium akan bermunculan dan menyerang mereka layaknya seorang musuh yang tangkas dan gesit. … 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD