Surat Permintaan Maaf

1224 Words
Tiga hari, semenjak Tes keahlian dari Pangerna Ilyash berlangsung, Kerajaan Valens pun banyak di berikan surat yang datang secara terus-menerus, yang tentu saja menyibukkan Rezen dan juga Raja Abraham di hari itu. “Aku tidak akan pernah menyangka … jika kita akan mendapatkan surat balasan sebanyak ini, Rezen!” jelas Raja Abraham yang terlihat lelah dengan semua surat yang datang di sana, yang tentu saja membuat Rezen yang mendengarnya pun kini hanya bisa menganggukkan kepala menanggapi keluhan dan curhatan dari Rajanya, namun ia sama sekali tidak pernah mengeluh sepertinya. “Kebanyakan dari mereka mempertanyakan apakah yang di kabarkan oleh anda adalah benar atau tidak, namun di bandingkan dengan pertanyaan itu, ada beberapa Kerajaan yang menuliskan surat permintaan maaf mereka secara pribadi untuk sang Pangeran, karena telah membicarakan yang buruk kepadanya … dan bahkan tidak hanya satu kali yang mereka kirimkan, namun surat ini di kirim secara berkali-kali dan berulang semenjak satu hari setelah kita mengirimkan surat kepada mereka semua, Baginda!” jelas Rezen kepada Raja Abraham yang kini mengerutkan dahinya mendengar hal itu, “Apa?” surat permintaan maaf secara pribadi untuk Ilyash?! lalu kenapa surat itu bisa sampai di mejaku?!” tanya Raja Abraham yang kini membuat Rezen memperlihatkan kop surat itu dan kemudian menjelaskan, “Kepala surat ini resmi, Baginda … jadi secara otomatis, surat ini jatuh ke tanganmu!” jelas Rezen, yang membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya dan bersandari di meja kerjanya saat itu. … Di saat yang bersamaan, di hari itu Pangeran Ilyash tengah berbincang dengan Adalard mengenai dua Pangerna yang tidak pernah di sebutkan sebelumnya dan secara kebetulan di dengar oleh Adalard. “Jadi … ada dua orang yang tidak kau ketahui sebelum nya, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu, membuat Adalard menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian berkata, “Ya … Pangeran, kedua orang itu sangat asing bagi saya … dan ketika saya mencari di perpustakaan pun, aku tidak dapat mencari kedua nama itu!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini mengerutkan dahinya menanggapi hal itu dan kemudian bertanya, “Siapa nama dari kedua orang itu, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu pun membuat Adalard kini berkata, “Pangeran Reglus dan juga Pangeran Arb! Tidakkan kedua nama itu persis seperti Raja Abraham dan Raja sebelumnya, Pangeran?” sebuah pertanyaan dan penjelasan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu pun menghentikan Pangeran Ilyash yang tengah meracik obat-obat herbal miliknya, yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian berucap, “Raja Regard dan Pangeran Reglus?? Raja Abraham dan Pangeran Arb?? yeah … itu sangat mirip! Keduanya seolah sengaja di beri nama yang hampir menyerupai Kedua Raja ini!” jelas Pangeran Ilyash di sana, yang membuatnya kini menghembuskan napasnya dan kemudian berujar, “Apakah ada Pangeran lain selain aku dan Kak Vernom sebelumnya, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash di sana pun membuat Adalard kini menggelengkan kepalanya dan kemudian berucap, “Saya tidak pernah mendengar Pangeran lainnya selain anda dan Pangeran Vernom, Pangeran Ilyash!” jelas Adalard dan hal itu tentu saja sangat membuat Pangeran Ilyash penasaran di buatnya. “Apakah kita harus mencari tahu kedua orang itu, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash di sana, tentu saja membuat Adalard kini mengerutkan dahinya dan kemudian berucap, “Apakah itu adalah tindakan dan keputusan yang benar, Pangeran Ilyash?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu pun bersamaan dengan sebuah ketukan pintu yang membuat keduanya kini menoleh menatap seorang prajuri yang berdiri di pintu kaca ruang lab tersebut, yang membuat Pangeran Ilyash kini menghembuskan napasnya dan kemudian mengangguk seraya berucap, “Masuk!” perintah Pangeran Ilyash pada saat itu, membuat sang Prajurit pun masuk ke dalam ruang laboratorium miliknya, yang kemudian Adalard pun bertanya kepadanya, “Ada apa?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard di sana, membuat sang Prajurit kini berucap, “Baginda Raja memerintahkan saya untuk memberitahukan kepada anda bahwa ada beberapa surat yang anda terima dari Kerajaan yang lainnya, Pangeran Ilyash, dan Raja Abraham meminta anda untuk menghadapnya di ruang Raja!” penjelasan yang di lontarkan oleh Prajurit tersebut pun membuat Pangeran Ilyash menoleh menatap Adalard yang kini berdiri dan menatap balik sang Pangeran, seolah dirinya menunggu pergerakan dari Pangeran Ilyash sendiri, dan akhirnya Pangeran pun mengangguk seraya berucap, “Saya akan menghadapnya sekarang!” jelas Pangeran Ilyash. … Langkah kaki dari Pangeran Ilyash dan juga Adalard kini berjalan menuju ruang Raja, dan setibanya di sana ia bersama dengan Adalard masuk dan terkejut ketika Pangeran Ilyash hendak memberikan hormatnya kepada sang Raja, namun surat yang menumpuk di sana nyaris menutupi pandangan Raja Abraham kepada Pangeran Ilyash pada saat itu. “S … saya datang atas perintah anda, Ayah!” jelas Pangeran Ilyash kepada Raja Abraham yang kini berdiri dari duduknya untuk melihat dengan jelas Pangeran Ilyash yang kini menundukkan kepalanya untuk memberikan hormat kepada sang Raja . “Lihatlah, Ilyash! Ini adalah surat yang di berikan oleh beberapa Kerajaan untukmu!” ucap Raja Abraham, yang tentu saja membuat Pangeran Ilyash seketika mengerutkan dahinya mendengar hal itu, “Beberapa kerajaan??” tanya Pangeran Ilyash, yang membuat Rezen yang berdiri di samping tumpukan surat itu pun kini menganggukkan kepalanya dan kemudian berkata, “Semua ini adalah permintaan maaf mereka kepadamu! Saya rasa ini diakibatkan oleh kejadian di pertemuan para pangeran dan putri, meski beberapa dari sana adalah surat cinta, namun kebanyakan meminta maaf atas tindakan mereka terhadapmu!” jelas Rezen kepada Pangeran Ilyash yang kini mengerutkan dahinya dan kembali bertanya, “Eum … apakah ini tidak berlebihan, Ayah?” tanya Pangeran Ilyash seraya menoleh menatap Raja Abraham yang kini menggelengkan kepalanya di sana dan kemudian berucap, “Tidak … bacalah satu persatu, maka kau akan tahu apa isi dari semua surat ini! Dan karena ini adalah suratmu, jadi aku rasa akan lebih pantas jika kau yang membaca dan membalasnya! Karena aku sudah tidak tahan dengan tumpukkan kertas yang memenuhi mejaku saat ini!” jelas Raja Abraham kepada Pangeran Ilyash yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi permintaan dan perintah dari Raja Abraham di sana. Dan hal itu membuat Rezen kini menoleh menatap Adalard dan kemudian berucap, “Adalard, pindahkan semua surat ini ke ruang sang Pangeran!” ucap Rezen memerintah kepada Adalard, dan langsung saja di sela oleh Pangeran Ilyash yang kini berkata, “Ah! Akan lebih baik jika saya membacanya di perpustakaan!” jelas Pangeran Ilyash, kepada Adalard yang kini mengangguk mengerti dengan keinginannya di sana, dan kemudian membukakan sebuah poltar yang langsung menghubungkan dan memindahkan seluruh surat-surat itu ke atas meja yang ada di perpustakaan sesuai dengan permintaan yang diinginkan oleh Pangeran Ilyash saat itu. “Kalau begitu, Izinkan saya unbtuk memulai membaca semua surat itu, Ayah … Rezen … permisi!” ucap Pangeran Ilyash yang kini memberikan hormat kepada keduanya yang diikuti oleh Adalard, sebelum akhirnya keduanya pun keluar dari ruang Kerajaan dan pergi menuju perpustakaan Kerajaan. “Apakah itu semua benar-benatr surat permintaan maaf?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash kepada Adalard pada saat itu, membuat sang pelindung kini menggelengkan kepala tidak mengetahui isi dari surat itu dan kemudian berkata, “Kita tidak tahu isinya hingga sampai pada saatnya kita membaca semua isi dari surat itu, Pangeran Ilyash!” jelas Adalard, yang tentu saja membuat Pangeran Ilyash menghembuskan napasnya dan mengangguk menanggapi hal itu. …   To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD