Tes Keahlian untuk sang Pangeran

1216 Words
Sore itu, ketika mentari tengah nyaris tenggelam dan menciptakan sebuah warna yang sangat indah yang menerangi wilayah Kerajaan Valens pada saat itu. Rezen dan juga Raja ABraham tengah berdiri di tengah lapang salah satu sudut Kerajaan, Wilayah yang belum pernah di dekorasi oleh bunga-bunga seperti taman iris dan Petunia di sana, itu di biarkan kosong dan hanya rerumputan pendek yang menghiasinya. Dan di sana lah keduanya tengah berdiri menghadap ke arah seorang lelaki yang kala itu terlihat lebih muda dari keduanya, dengan rambut panjang yang di kucir ke bawah, seorang pemuda tegap dengan pedang es miliknya, semua akan bersikap sopan kepadanya, namun tidak dengan orang yang baru mengenalnya, mungkin banyak yang mengira dia adalah anak muda, namun sebenarnya usianya sudah lebih dari seratus tahun, hanya saja kutukan Raja ketujuh lah yang mengikatnya dan semua orang tahu jika itu adalah Ray. Sang panglima perang dari Kerajaan Valens yang sangat kuat dan tidak ada yang bisa menandinginya dalam memimpin perang. Sore itu pandangan Ray kini menatap secara bergantian Rezen dan juga Raja Abraham yang berdiri di hadapannya saat itu. “Jadi … Hal apa yang membuat kalian memanggil saya untuk kemari, Rezen … baginda Raja?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray pada saat itu pun membuat Raja ABraham menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Oh ayolah … jangan mengatakan itu kepadaku! Aku Abraham dan bukan Raja jika di hadapanmu, Ray!” jelas RAja Abraham merasa jika dirinya tidak nyaman di panggil Baginda Raja di luar Ruang Kerajaannya, namun bagi Ray itu merupakan sebuah kewajiban baginya memanggil Abraham sebagai Raja, karena memang seperti itulah aturannya. Dan pada akhirnya Ray tidak menanggapi ucapan dari Raja Abraham dan kini menoleh menatap Rezen untuk meminta penjelasan darinya. “Kami ingin kau mengetes keahlian dari Ardo!” ucap Rezen kepada Ray yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian berucap, “Itu bisa saja, namun … aku membutuhkan Alexandra untuk memastikannya juga, karena menilai keahlian tidak boleh dari satu mata saja, Rezen!” jelas Ray kepada Rezen yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian membuat Raja Abraham kini menoleh menatap ke arah salah satu prajurit dan kemudian berucap, “Panggilkan Alexandra dan Pangeran Ilyash untuk kemari!” perintah Raja Abraham pada saat itu langsung di turuti oleh prajurit di sana yang segera pergi dan memanggil keduanya. “Adakah sesuatu yang saya lewatkan, Rezen?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray kepada Rezen pun membuat Rezen kini menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian berkata, “Aku rasa tidak ada yang kau lewatkan Ray … kita hanya perlu melihatnya sekali lagi!” jelas Rezen kepada Ray yang kemudian menganggukkan kepala karenanya. … Sementara itu, Pangeran Ilyash tengah berada di laboratoriumnya bersama dengan Adalard yang terus mengawasinya yang kala itu tengah meracik sebuah obat, dan kala itu ia meracik semacam obat agar luka yang di dapati oleh orang di sekitarnya dengan cepat mengering. Dan tentu saja obat semacam itu akan sangat di perlukan oleh para tabib yang nantinya akan mengobati para prajurit yang berperang. “Apa yang kau lihat dari Saya, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu pun mengejutkan Adalard yang kini membelalakan kedua matanya dan segera menggelengkan kepala ketika sang Pangeran kini menoleh menatapnya. “Tidak ada apapun, Pangeran! Saya hanya melakukan hal seperti biasanya, memperhatikan jika-jika anda salah memasukkan bahan-bahannya!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini kembali memfokuskan dirinya kepada racikan yang ia buat dan terlihat tidak perduli dengan apa yang di katakan oleh Adalard pada saat itu. Tok … tok … tok … Sebuah ketukan yang menginterupsi keduanya pun, membuat Adalard kini menolehkan pandangannya ke arah pintu, sedangkan Pangeran Ilyash sama sekali tidak menanggapinya dan kembali terfokus dengan aktivitasnya di sana. “Masuk!” ucap Adalard kepada seseorang yang mengetuk pintu itu di sana, dan setelahnya pintu pun terbuka dan seorang prajurit kini membungkuk memberi hormat kepada dirinya dan juga Pangeran Ilyash. “Apa yang membuatmu kemari?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash di sana yang bertanya namun tidak sedikit pun menoleh, membuat sang Prajurit kini berkata, “Saya datang atas perintah Raja, Pangeran Ilyash!” sebuah penjelasan yang di lontarkan oleh Prajurit itu, membuat Adalard dan Pangeran Ilyash menoleh menatap dirinya dan kemudian prajurit itu berucap, “Beliau mengatakan bahwa Anda harus segera menghadapnya di taman samping kerajaan!” jelas Prajurit tersebut kepada Pangeran Ilyash yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian menolehkan pandangannya ke arah sang Prajurit seraya bertanya, “Taman yang mana?” tanya Pangeran Ilyash kepada prajurit tersebut yang kini kembali berucap, “Taman samping utara, Pangeran!” jelas Pangeran Ilyash yang kini menganggukkan kepalanya ketika mengetahui taman mana yang di maksudkan oleh sang Prajurit di sana. “Baiklah … saya akan memenuhi panggilannya!” jelas Pangeran Ilyash yang membuat Prajurit itu menganggukkan kepala dan segera pergi dari sana, dan kemudian pandangan Pangeran Ilyash kini tertuju ke arah Adalard yang kini juga menatapnya. “Ayo!” ajak Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menundukkan kepalanya menanggapi ajakan dari sang Pangeran. Kala itu Pangeran Ilyash dan juga Adalard berjalan menelusuri lorong istana dan memasuki aula untuk kembali melewati lorong-lorong istana hingga pada akhirnya keduanya pun sampai di taman yang di maksudkan oleh Raja Abraham di sana. Sang Pangeran bahkan membungkuk memberi hormat kepada Raja Abraham yang kini berada di hadapannya yang kemudian berucap, “Anda memanggil saya, Ayah?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu pun di beri anggukkan setuju oleh Raja Abraham yang kini berujar, “Seperti yang kau ketahui sendiri, bahwa kau memiliki jiwa kedua bukan?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham kepada dirinya pun membuat Pangeran Ilyash kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Iya, Ayah … itu benar!” jawab Pangeran Ilyash yang kemudian membuat Raja Abraham kini berkata, “Ada beberapa hal yang harus kami ketahui dan salah satunya adalah tes keahlian, jadi … bisakah kau memintanya untuk datang dan melaksanakan tes itu di hadapan kami? Ray yang akan mengujinya!” jelas Raja Abraham kepada Pangeran Ilyash, yang kemudian karenanya membuat sang Pangeran kini menghembuskan napasnya dan mengangguk seraya berkata, “Saya akan mencoba memanggilnya, Ayah!” jelas Pangeran Ilyash, yang membuat Raja Abraham menganggukkan kepalanya dan Pangeran Ilyash kini memejamkan kedua matanya untuk berkonsentrasi. … Tidak membutuhkan waktu lama dari sana, Pangeran Ilyash yang sempat memejamkan matanya kini membuka matanya dan menatap sang Raja untuk kemudian Raja Abraham pun yakin jika orang yang ada di hadapannya saat ini bukanlah Pangeran Ilyash, melainkan Pangeran Ardo. “Jadi Namamu adalah Ardo?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham saat itu membuat dirinya menyunggingkan senyuman dan kemudian berucap, “Ya, namaku adalah Ardo!” jelas Pangeran Ardo kepada Raja Abraham yang kini menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Aku juga yakin kau sudah mengetahui apa yang tadi aku ucapkan kepada Ilyash, benar kan?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham kala itu pun kembali membuat Pangeran Ardo menganggukkan kepalanya dan kemudian berkata, “Tes keahlian bukan? Serahkan saja pedang dan orang yang akan aku lawan, maka aku akan memperlihatkan keahlianku kepada kalian semua!” Jelas Pangeran Ardo kepada Raja Abraham yang kini terkekeh dan kemudian mengedikkan kepalanya seraya menatap ke arah Rezen, mempersilahkan Rezen untuk menyiapkan semua hal yang di butuhkan oleh Pangeran Ardo pada saat itu.   ...  To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD