Perubahan sikap sang kakak

1070 Words
Waktu bergulir dengan begitu cepat, musim dingin pun kembali hadir dan membekukan semua sungai isen yang sangat jernih di saat itu. Pangeran Vernom kini tengah menyiapkan beberapa pedang dan juga panah, yang nantinya akan ia gunakan untuk berlatih bersama dengan Igor dan juga Anaes beberapa hari dari hari itu, dan pandangan Pangeran Vernom pun kini menoleh mendapati sang kakak yang kala itu tengah berjalan melewati ruangang yang tengah di gunakan oleh Pangeran Vernom saat ini. “Eo?? kak Arb!” ucap Pangeran Vernom yang kini beranjak dari tempatnya untuk kemudian berlari menghampiri sang kakak yang berjalan dengan tergesa menuju suatu tempat, yang tentun saja membuat Pangeran Vernom terus berjalan mendekati dirinya yang kala itu sudah berjalan cukup jauh di depan sana. “Kak Arb!” panggil Pangeran Vernom kepada sang kakak, namun sang kakak sepertinya tidak mendengar panggilan yang di lontarkan oleh Pamngeran Vernom, yang membuat Pangeran Vernom kini mendengus dengan kesal dan mulai berlari untuk mengejar langkah kaki dari sang kakak yang berada cukup jauh dari tempatnya saat ini. Pangeran Vernom berlari dan terus berlari, hingga akhirnya ia dapat menyusul sang kakak dan kemudian menghentikan langkah sang kakak yang kini terkejut dengan kedatangan dari sang adik yang di rasakannya tiba-tiba. “?!! Vernom?!” ucap Pangeran Arb kepada dirinya yang kali ini terlihat kesal kepada sang kakak yang kini berada di hadapannya, yang tentu saja membuat sang kakak kini menghembuskan napasnya dengan pelan ketika menatap dan menyadari bahwa sang adik saat ini merasa kesal kepada dirinya, yang pada akhirnya membuat Pangeran Arb pun bertanya kepada sang adik dengan nada yang lembut. “Ada apa, Vernom??” pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Arb pun membuat sang adik kini menghembuskan napasnya dengan kasar dan kemudian ia berucap kepada sang kakak, “Kakak mau ke mana?? kenapa panggilan dariku tidak kakak indahkan?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Vernom pun membuat Pangeran Arb kini menghembuskan napasnya dan menganggukkan kepalanya dengan pelan seraya mengusap rambut sang adik seraya berucap, “Maafkan aku, Vernom … kakak sedang sibuk, jadi tidak mendengar panggilanmu.” ucap Pangeran Arb yang membuat sang Adik kini mengerutkan dahinya dna kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan itu. “Lalu, sekarang, kakak akan pergi ke mana??” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Vernom kepada Pangeran Arb, membuat Pangeran Arb kini berucap, “Kakak akan pergi menghadap Raja, ada hal yang ingin kakak utarakan kepadanya, jadi … sekarang bisakah kakak meninggalkanmu sebentar?” sebuah pertanyaan yang di lonytarkan oleh pangeran Arb kepada Pangeran Vernom saat itu pun, membuat Pangeran Vernom menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Arb kepada dirinya saat itu, yang kemudian Pangeran Arb pun menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan sang Adik yang kala itu berdiri di lorong istana Kerajaan. Tanpa sedikit pun merasa penasaran dengan apa yang akan di lakukan oleh sang kakak dan apa yang akan terjadi selanjutnya. … Siang hari pun bergulir dengan begitu cepat, Pangeran Vernom yang kala itu tengah berada di perpustakaan pun memutuskan untuk segera pergi dari ruangan itu untuk membersihkan dirinya dan menghadiri acara makan malam yang sudah menjadi sebuah tradisi dan kebiasaan bagi mereka Para keluarga Kerajaan. Dengan semangat Pangeran Vernom pun menutup buku yang ia genggam dan meletakannya di rak yang semula, untuk kemudian ia pun berjalan keluar dari Perpustakaan Istana dan pergi menuju kamar tidurnya. Suasana di aula istana saat itu sangatlah sepi, namun pangeran Vernom tidak memperdulikan itu dan terus berjalan melewatinya untuk kemudian masuk ke dalam ruang kamarnya dan segera membersihkan dirinya untuk menghadiri makan malam yang akan sebentar lagi di laksanakan. Ia meraih baju yang rapi dan kemudian bersiap untuk pergi menuju ruang makan. Setelah ia mempersiapkan semuanya Pangeran Vernom pun melenggang keluar dari ruang kamarnya menuju ruang makan dan mendapati Raja, Ratu, Rezen, Pangeran Rainer serta Pangeran Arb sudah terduduk di sana dan menunggu kehadiran dari Pangeran Vernom yang kini dengan cepat berlari dan terduduk tepat di samping sang kakak. Makan malam saat itu pun di lakukan dengan penuh khitmat, namun ada hal yang mengganjal di dalam perasaan Pangeran Vernom saat ini, pandangannya diam-diam menoleh untuk menatap sang kakak, yang ternyata saat ini snag kakak dalam kondisi yang tidak enak, karena melihat bahwa raut wajah yang di tunjukkan oleh Pangeran Arb saat ini tidak tersenyum sama sekali atau lebih tepatnya rahangnya menjadi tegas, seperti seseorang yang tengah menahan amarahnya saat ini. Yang tentu saja membuat Pangeran Vernom merasa sangat kebingungan dengan apa yang telah terjadi kepada sang kakak, ia ingin sekali untuk bertanya kepada Pangeran Arb, namun Pangeran Vernom tahu tata krama dan tidak akan memulai pembicaraan di depan meja makan seperti saat ini, yang pada akhirnya membuat Pangeran Vernom pun memutuskan untuk bertanya kepada sang kakak ketika acara makan malam telah usai, namun sepertinya rencana yang di buat oleh Pangeran Vernom pun tidak terlaksanakan setelah sang Raja berbicara ketika makan malam usai. “Setelah makan malam usai, Arb … aku ingin kau berbicara denganku di ruanganku!” ucapan sang Ayah pun membuat Pangeran Arb kini menoleh menatapnya dan menganggukkan kepala, sedangkan Pangeran Vernom kini hanya menatap keduanya dan kemudian termenung dan menganggukan kepalanya dan memutuskan untuk berbicara dengan Pangeran Arb di hari esok, karena ia beranggapan bahwa hari esok juga bisa di lakukan olehnya. Makan malam pun selesai, dan Pangeran Arb segera pergi untuk menyusul sang Raja, yang membuat Pangeran Vernom kini hanya dapat melihat punggung belakang sang Kakak yang berjalan dengan tergesa menuju ruang kerajaan, pandangan Pangeran Vernom pun saat ini menoleh menatap Pangeran Rainer yang tengah berjalan keluar dari ruang makannya, yang membuat Pangeran Vernom pun memanggil sang Paman untuk akhirnya berjalan bersama-sama keluar dari ruangan makan Kerajaan. … Malam itu, Pangeran Vernom berjalan menuju ranjang tidurnya dan bersiap untuk beristirahat karena hari sudah menunjukkan waktu di mana ia harus tertidur. Pangeran Vernom menatap sebentar ke arah jendela untuk kemudian menatap indahnya langit, sebelum akhirnya ia pun tertidur di malam itu, namun baru saja dirinya terlelap di dalam tidurnya, sebuah suara petir pun terdengar menggelegar dengan begitu kencangnya sehingga Pangeran Vernom terbangun dari tidurnya. Pandangannya saat ini pun menatap ke arah langit yang tampak dengan jelas berwarna merah serta retakan-retakan berwarna hitam pekat yang membuat Pangeran Vernom pun merasa sangat ketakutan setelah melihat warna dari langit itu. Pangeran Vernom menjerit dengan kencang setelah melihat langit yang retak dan berwarna merah itu yang kemudian bersamaan dengan jeritannya, suara terompet yang mengerikan pun terdengar, menandakan bahwa mereka harus segera terbangun dan pergi menuju arena hukuman. …  To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD