Pertahanan

1101 Words
Waktu siang di akhir pekan itu, Pangeran Ilyash yang tengah membaca buku penyembuhan herbal pemberian dari Ray beberapa minggu yang lalu pun akhirnya memutuskan untuk mencari tanaman-tanaman yang ada di dalam salah satu racikan yang tertulis di dalam buku penyembuhan herbal tersebut. Pandangan Pangeran Ilyash kini menoleh menatap Adalard yang berada tepat di belakang tubuhnya yang tengah terduduk di atas kursi yang menghadap meja yang langsung menghadap ke arah kaca jendela yang besar sekali, Adalard berdiri tepat di belakang dirinya. Mengetahui bahwa dirinya di tatap berkali-kali oleh Pangeran Ilyash, membuat Adalard pun ikut meliriknya dan memutuskan untuk bertanya, “Ada apa, Pangeran?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Adalard saat itu pun, membuat Pangeran Ilyash menggelengkan kepalanya dengan singkat, namun ia sebenarnya menginginkan sesuatu dan hal itu disadari oleh Adalard yang memang di didik sedemikian rupa sehingga dirinya sangat peka terhadap apa yang dimaksudkan oleh sang Pangeran. “Adakah hal yang anda inginkan, Pangeran Ilyash?” tanya Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini nampak terkejut, pandangannya kini menoleh menatap Adalard dengan kaget, seolah dirinya bertanya lewat pandangan itu mengenai bagaimana bisa Adalard tahu keinginan dirinya saat itu. “Apakah kita bisa pergi ke hutan hari ini?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Pangeran Ilyash, membuat Adalard mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan tersebut, “Kenapa anda ingin pergi ke hutan, Pangeran??” sebuah pertanyaanyang terlontar dari Adalard membuat Pangeran Ilyash pun memperlihatkan buku pengobatannya kepada Adalard seraya berucap, “Saya membutuhkan salah satu tanaman herbal untuk nantinya saya racik, saya ingin belajar meracik obat, Adalard.” jawab Pangeral Iyash kepada Adalard yang kemudian menganggukkan kepalanya untuk mereaksikan ucapan dari Pangeran Ilyash. “Baiklah Pangeran, kita bisa pergi ke hutan hari ini. Jadi … kapan kiranya anda akan pergi ke sana?” tanya Adalard kembali kepada Pangeran Ilyash yang kini menutup bukunya dan beranjak dari duduknya seraya berucap, “Ayo! Aku ingin mencari tanaman itu sekarang juga.” ajak Pangeran Ilyash kepada Adalard yang karena ajakan itu pun membuat Adalard mengangguk mengikuti permintaan Pangeran Ilyash. … Langkah kaki Adalard saat ini terus mengikuti langkah kaki Pangeran Ilyash yang saat itu berjalan keluar menuju perbatasan Istana, dan bahkan ketika Ray bertanya mengenai ke mana mereka berdua akan pergi, Pangeran Ilyash dengan semangat dan berani mengatakan bahwa ia akan pergi bersama dengan Adalard untuk mencari tanaman obat di hutan yang membatasi Desa dengan gerbang Kerajaan. “Pangeran Ilyash” pandangan Pangeran Ilyash dan juga Adalard kini sama-sama tertoleh untuk menatap ke arah Ray yang baru saja memanggil Pangeran Ilyash, ia berjalan mendekati keduanya dari samping gerbang perbatasan istana. “Ray, ada apa?” tanya Pangeran Ilyash kepada Ray yang kini menundukkan kepalanya sebentar untuk memberikan hormat kepada sang Pangeran yang juga membalas sikap hormatnya dengan hormat yang serupa. “Anda dan Adalard akan pergi ke mana, Pangeran Ilyash??” sebuah pertanyaan dari Ray pun membuat Pangeran Ilyash tersenyum dengan lembut dan kemudian berucap, “Saya akan pergi untuk mencari tanaman obat, saya akan mencoba meracik obat-obatan dari buku yang anda berikan kepada saya, Ray.” jawab Pangeran Ilyash kepada Ray yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi jawaban dari Pangeran Ilyash, “Apakah saya boleh untuk pergi ke sana, Ray?” kini Pangeran Ilyash kembali bertanya kepada Ray, yang membuat dirinya dengan segera menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan dari Pangeran Ilyash. “Tidak, Pangeran! tentu saja anda boleh melakukannya, Adalard akan senantiasa melindungi dan mengawasi anda, jadi saya tidak perlu khawatir dan tidak akan melarang anda untuk pergi.” jawab Ray kepada Pangeran Ilyash yang kini menoleh menatap Adalard yang menganggukkan kepalanya memiliki satu pikiran dengan Ray, yang pada akhirnya membuat Pangeran Ilyash pun ikut menganggukkan kepalanya dan berpamitan kepada Ray dan mereka pun pergi keluar dari gerbang istana menuju ke desa. Tak ada satu pun hal yang bisa dilakukan oleh Ray saat ini selain menatap punggung dari Pangeran Ilyash dan juga Adalard yang selalu berjalan di belakangnya. Melihat sang pangeran keluar dari dalam istana dengan berani, membuat Ray merasa sangat bersyukur karena setidaknya Pangeran Ilyash bisa melangkah keluar dari istana dengan sangat berani seperti yang ia lihat saat ini. … Seperti yang sudah disepakati dan disetujui oleh Adalard dan Pangeran Ilyash, mereka hanya akan mencari tanaman obat-obatan itu di wilayah kerajaan, dan jika Pangeran Ilyash tidak menemukannya, ia bisa mencarinya di hutan yang langsung dibatasi oleh sungai Issen sebagai perbatasannya saja, dan itu adalah kesepakatan yang maksimal, jika Pangeran tidak menemukan tanaman itu dari kedua tempat yang sudah di sepakati, maka mereka tidak akan melanjutkan pencarian dan mengakhirinya. “Tanaman apa saja yang anda butuhkan, Pangeran? Saya bisa membantu anda” sebuah pertanyaan dan sebuah tawaran yang dilontarkan oleh Adalard saat itu membuat Pangeran Ilyash menoleh dan kembali mencari tanamannya seraya berucap, “Tidak perlu Adalard, kau tidak perlu membantuku, aku bisa mencarinya … tanaman ini mudah untuk di cari.” jawab Pangeran Ilyash menolak tawaran dari Adalard, dan hal itu membuat Adalard pun menganggukkan kepalanya dan memilih untuk mengawasi keadaan sekitar hutan tersebut. Meski, hutan tersebut berada di balik gerbang istana. Namun hal itu tidak melenyapkan para musuh yang bisa saja berhasil menyusup ke dalam gerbang istana dan tinggal di hutan yang tengah mereka pijaki saat ini. Banyak sekali kemungkinan yang bisa saja terjadi dan hal itu membuat Adalard selalu siaga sama seperti saat ini. “Auhh!!” sebuah ringisan yang dikeluarkan oleh Pangeran Ilyash, membuat Adalard menoleh menatapnya yang ternyata tengah meringis karena kakinya yang kini terasa pegal setelah berpuluh menit ia berjongkok untuk mencari tanaman yang ia cari. Melihat bahwa ringisan yang dikeluarkan oleh sang pangeran merupakan hal yang tidak serius, membuat Adalard pun kembali mengabaikan Pangeran Ilyash dan kembali bersiaga di sekitar sana. “Adalard.” sebuah panggilan yang diucapkan oleh Pangeran Ilyash pun membuat dirinya kini menoleh menatap sang Pangeran yang kini berada tepat di sampingnya, dan hal itu tentu saja membuat Adalard yang bersiaga menjadi terkesiap menyadari kehadiran sang Pangeran. “Pangeran! Ada apa??!” tanya Adalard berusaha untuk menyembunyikan rasa keterkejutannya kepada sang Pangeran yang kini menatapnya seraya berucap dengan lesu. “Aku tidak menemukan tanamannya, ayo … kurasa kita harus pergi ke hutan yang ada di dekat sungai Issen.”ucap Pangeran Ilyash mengajak Adalard yang kini menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk mengiakan ajakan Pangeran Ilyash. Adalard dan Pangeran Ilyash kini berjalan keluar dari hutan wilayah desa menuju hutan perbatasan dengan hutan terlarang. Dan tentu saja perjalanan Pangeran Ilyash dan juga Adalard tidak cepat, karena mereka berjalan dengan menggunakan kaki dan tanpa portal, karena Adalard masih mempelajari portal tersebut dan belum menguasainya seratus persen. Beruntunglah, Pangeran Ilyash tidak pernah memerintahkan Adalard yang sulit, jika sang pelindung belum menguasainya maka ia tidak akan meminta Adalard untuk melakukannya. …  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD