Rencana pertemuan Para Pangeran

1074 Words
Malam itu, Ray berjalan menuju ruang sang Raja. Tidak seperti orang lain yang hendak masuk ke dalam dan dihalangi oleh para prajurit, Ray dengan leluasa bisa masuk tanpa meminta permohonan terlebih dahulu dan langsung mengetuk sebanyak tiga kali untuk langsung masuk tanpa ada perintah dari sang Raja. Pandangabn Raja dan Rezen kini tertoleh menatap kedatangan Ray yang kini berhadapan dengan mereka berdua, yang akhirnya membuat Raja Abraham meletakan gulungan kertas yang digenggam olehnya dan kemudian menatapm ke arah Ray dengan serius, seolah Ray akan memberikan sesuatu yang lebih penting di hari itu. “Ada apa, Ray?” tanya Raja Abraham kepada Ray yang kini menghembuskan napasnya dengan pelan sebelum akhirnya berucap, “Ada hal yang serius yang ingin aku laporkan, dan ini mengenai ruang lingkup sosialisasinya pangeran muda Ilyash.” ucap Ray kepada Raja Abraham dan juga Rezen yang kini dengan serempak mengerutkan dahinya menanggapi hal itu. “Ada apa dengan Ilyash?” tanya Rezen kepada Ray, sedangkan Raja Abraham kini menghelakan napasnya dan mengangguk untuk meminta Ray segera berucap menjelaskan secara rinci laporan yang ingin ia beritahukan. “Apakah dia tidak memiliki seorang teman di dalam dan di luar istana, Raja … Rezen?” tanya Ray kepada kedua lelaki yang kini dengan serempak mengerutkan dahinya dan menyadari bahwa pertanyaan itu tidak diketahui jawabannya oleh keduanya. “Apakah dia tidak memilikinya?” tanya Raja Abraham bergumam dan kini menolehkan pandangannya menatap kepada Rezen sang kepercayaan yang menghembuskan napasnya dan mengangguk setelah menyadari bahwa sang Pangeran memang tidak pernah berbincang dengan seorang teman yang sebaya dengan dirinya. “Saya rasa ya … Pangeran Ilyash tidak pernah terlihat berbincang dengan seseorang yang memiliki satu umur dengannya, dan itu tidak bagus. Benar begitu, Ray?” Rezen beralih bertanya kepada Ray yang kini mengerutkan dahinya dan segera menganggukkan kepala, “Tentu! Dia tidak seharusnya seperti ini, seharusnya ia memiliki seorang teman, entah itu dari desa atau dari Pangeran di kerajaan yang lain, yang jelas ia harus memiliki seorang teman yang nantinya bisa di ajak berdiskusi.” jelas Ray kepada Raja Abraham yang kini menganggukkan kepala menyetujui ucapan dang Panglima perang. “Bukankah dia sudah memiliki Adalard sebagai seorang teman yang akan selalu ada di sisinya?” ucap Raja Abraham kepada Ray dan Rezen yang kini dengan serempak menoleh menatap sang Raja, yang kemudian membuat Ray menghembuskan napasnya dengan kencang sehingga sang Raja pun teringat dengan sebuah kejadian yang menyangkut pertemanan antara atasan dan bawahan yang membuat sang Raja sendiri dengan segera menggelengkan kepalanya untuk menanggapi ucapannya sendiri. “Tidak … tidak … Rezen! Segera buat surat pertemuan antar Pangeran, dan aku ingin Vernom dan Ilyash datang ke dalam acara pertemuan itu, biarkan mereka bersosialisasi, maksudku … biarkan Vernom mengajari Ilyash caranya bersosialisasi dan berteman baik dengan Para Pangeran yang lainnya.” ucap Raja Abraham memerintahkan kepada Rezen yang kini menoleh menatapnya dan kemudian mengangguk menanggapi perintah yang diberikan oleh sang Raja kepadanya. Pandangan Raja Abraham kini menoleh menatap Ray yang kini mengangguk, merasa bahwa sang Raja sudah bisa mengambil keputusan yang baik hari itu. Tanpa ucapan yang lebih banyak atau tanpa basa-basi, Ray pun meninggalkan ruangan itu dan membiarkan Rezen dan Sang Raja berbincang mengenai rencana pertemuan yang akan mereka adakan. “Tidak … dia tidak boleh berteman dengan sang pelindungnya sendiri.” gumam Raja Abraham kepada dirinya sendiri, dan hal itu diberi anggukan oleh Rezen yang kini memberikan gulungan yang berisikan nama-nama Pangeran yang ada di seluruh Kerajaan yang tersebar di belahan dunia. Hal itu membuat sang Raja menoleh menatap sang kepercayaan yang kini mengangguk seraya tersenyum, “Saya rasa anda harus memilih … mana-mana saja Pangeran yang akan anda undang dalam pertemuan para pangeran yang anda usulkan sendiri, Baginda.” jelas Rezen kepada Raja Abraham yang kini mengerutkan dahinya menatap banyaknya gulungan yang diberikan oleh Rezen kepada dirinya. “Apakah jumlah Pangeran ada sebanyak ini?” tanya Raja Abraham kepada Rezen yang kini terkekeh dan mengangguk menanggapi pertanyaan itu. “Ini hanya jumlah para Pangeran, Baginda … saya tidak memberikanmu bersama dengan jumlah para Putri dari Kerajaan yang lainnya.” balas Rezen menanggapi pertanyaan Raja Abraham yang kini membuat dirinya mengangguk dan berdeham, dibukakannya lembaran demi lembaran gulungan yang berada di hadapannya, dan satu persatu dari gulungan itu ia baca dan ia tandai untuk nantinya menjadi list mana-mana saja Pangeran yang akan mereka undang ke dalam pertemuan para Pangeran. “Aku tentu akan mengundang Kerajaan Clairchanter, Kerajaan Shanghwa, Kerajaan Scotlav dan juga Kerajaan Es … mereka wajib untuk ikut!” ucap Raja Abraham seraya menuliskan nama-nama dari Kerajaan yang baru saja ia katakan ke dalam lembaran yang nantinya diserahkan kepada sang pembuat surat resmi kerajaan. “Ruangan mana yang akan anda gunakan sebagai lokasi dari pertemuan para Pangeran yang akan dilakukan, Raja?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Rezen pun menghentikan pergerakan sang Raja yang kini terlihat kembali mengerutkan dahinya dan mulai kembali berpikir. “Aku tentu tidak akan membiarkan mereka melaksanakan pertemuan di ruang pesta dansa … karena aula itu terlalu besar, dan aku juga tidak akan mungkin membiarkan mereka saling berbincang di ruang makan, karena itu tidaklah etis.” gumam Raja Abraham kepada dirinya sendiri, dan gumaman itu tentu saja di dengar oleh Rezen yang terlihat menahan kesalnya kepada sang Raja. “Eum … Baginda, kenapa anda tidak menggunakan teras yang langsung menghadap ke taman istana, untuk anda jadikan sebagai lokasi dari pertemuan para Pangeran?” ucap Rezen mengusulkan kepada Raja Abraham yang kini memukul lengannya sendiri dengan pelan setelah ia mendapatkan sebuah jawaban yang bagus menurutnya. “Baiklah! Kita akan jadikan kebun Hamush sebagai lokasi pertemuan dari para pangeran! Karena kebun itu sangatlah indah dan banyak dari Kerajaan lain yang mengaguminya, apakah itu ide yang bagus … Rezen, bagaimana menurutmu?” Raja Abraham kini menoleh menatap sang kepercayaan yang tersenyum tipis dan mengangguk menanggapi hal itu, dan separuh menyesal karena ia merasa bahwa usulan darinya secara tidak langsung di tolak oleh Raja Abraham. Namun, Rezen pun memiliki pemikiran yang serupa dengan sang Raja, kebun Hamush adalah salah satu ciri khas dari Kerajaan Valens yang sering di pandang oleh Kerajaan yang lainnya. Karena kebun tersebut memiliki keindahan dan penataan yang luar biasa. Terpujilah Raja Muller VII yang telah membuat kebun Hamush, dan menjadikannya sebagai salah satu hal yang bisa diunggulkan olah Kerajaan Valens hingga saat ini. Meski sebenarnya Rezen dan Raja Abraham mengetahui kenapa kebun tersebut dibuat dan dibalik pembuatan kebun itu terdapat niat jahat dari sang Raja Muller VII yang tidka diketahui siapapun kecuali segelintir orang yang berada di dalam istana.  To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD