Pangeran dan Ilmu Penyembuh 2

1204 Words
“Tidak bisakah kita membahas mengenai Pangeran Ilyash terlebih dahulu, Baginda??” ucap Rezen kepada Raja Abraham, yang pada akhirnya membuat Raja Abraham menghembuskan napasnya dan mengangguk dengan malas, “Baiklah … baiklah … jadi, apa yang akan kau lakukan selanjutnya??” tanya Raja Abraham kepada Rezen yang kini nampak berpikir keras, sebelum akhirnya ia pun mengetahui apa yang harus ia ajarkan selanjutnya kepada sang Pangeran, “Jika pedang tidak bisa ia gunakan sebagai pelindung, mungkin panah bisa dijadikan olehnya sebagai senjata untuk melindungi, benar bukan??” ucap Rezen mengusulkan hal itu kepada sang Raja, dan mendengar saran yang diucapkan oleh Rezen, membuat Raja Abraham pun tidak ambil pusing dan langsung mengangguk menyetujui hal itu, “Kalau begitu perintahkan Ray untuk mencari guru panah yang baik untuk Ilyash.” ujar Raja Abraham kepada Rezen yang kini mengangguk menanggapinya. … Pagi itu, Anaes tengah berjalan bersama dengan Pangeran ilyash menuju lapangan panah, Anaes adalah sebutan bagi seseorang yang mengajari Panah bagi sang pangeran yang ada di Kerajaan Valens. “Baiklah, Pangeran Muda … saat ini saya akan mengajari anda bagaimana caranya melepas dan membidik target sesuai dengan yang kita inginkan.” ucap Anaes kepada Pangeran Ilyash, yang pada akhirnya membuat Pangeran Ilyash menoleh menatapi anak panah dan juga busur yang ia genggam di tangannya, “Apakah memanah itu sulit, Anaes?” tanya Pangeran Ilyash kepadanya, mendengar pertanyaan itu membuat Anaes tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya menjawab, “Tentu tidak tuan … tidak banyak tenaga yang harus anda keluarkan … anda hanya memerluka fokus yang tinggi untuk melakukannya.” terang Anaes kepada sang Pangeran, dan ucapan Anaes itu pun membuat Pangeran Ilyash kembali menganggukkan kepalanya dan kemudian mereka pun memulai pelajaran memanah. Seperti yang disangka oleh Rezen, Pangeran Ilyash sangat pandai memanah, dan bahkan bisa dikatakan keahlian panah yang ia miliki sama persis seperti keahlian panah yang dimiliki oleh Pamannya, Pangeran Rainer Muller. Semua bidikan yang dilepaskan oleh Pangeran Ilyash selalu tepat mengenai tempat yang sama yang mengakibatkan anak-anak panah di papan target terbelah menjadi dua, dan itu merupakan kehebatan yang luar biasa menurut Anaes yang menyaksikannya. Sang Pangeran baru saja di ajari dan ini merupakan percobaan pertamanya dalam melepaskan anak panah. Hal itu tentu membanggakan bagi Anaes, karena setidaknya Pangeran Ilyash memiliki keahlian panah dan itu sangatlah bagus. … Satu minggu sudah berlalu, Anaes pun mengajak Pangeran Ilyash untuk pergi ke hutan dan melakukan sesuatu yang katanya menyenangkan untuk dilakukan bersama-sama, dan ucapan itu tentu membuat Ilyash merasa penasaran sekaligus senang untuk ikut melakukannya bersama dengan sang Anaes. Pagi itu, mereka pergi menggunakan kuda dan membawa lima orang prajurit penjaga untuk masuk ke dalam hutan yang berada di dekat desa. Mereka berkuda dan ketika mereka sudah berada di dalam hutan, Anaes pun memerintahkan para prajurit untuk menunggu di sekitaran sana, sedangkan dirinya mengajak Pangeran Ilyash untuk berjalan di sekitaran situ. “Ayo … kita akan berjalan mulai dari titik ini.” ucap Anaes kepada Pangeran Ilyash, ucapan Anaes pun membuat Pangeran Ilyash menganggukkan kepalanya dan mengikuti ajakan dari sang Anaes. Mereka berjalan dan terus berjalan dengan kedua pandangan yang menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari seusatu yang ada di sekitaran hutan, dan ketika ada sesuatu yang bergerak di antara semak-semak, Anaes pun meminta sang Pangeran untuk segera membidiknya dengan panah. “Pangeran, bidiklah hewan yang bersembunyi di semak itu dengan panahmu!” titah sang Anaes kepada Pangeran Ilyash, dan setelah mendengarnya sang Pangeran pun mengerutkan keningnya seraya berucap, “Apa?? kenapa saya harus melakukan itu?” tanya Pangeran Ilyash kepada sang Anaes yang kini berucap, “Tentu! Bukankah saat ini kita tengah berburu?! tembaklah … ini merupakan pelajaran kedua anda dalam tahap memanah, dan setelahnya anda harus bisa melumpuhkan musuh dengan menunggangi kuda.” ucap Anaes menerangkan tahapan pembelajaran selanjutnya jika ketika sang Pangeran sudah berhasil melakukan dan melaksanakan tahapan panah hari itu. “Apa?! jadi saya harus memburu?? melukai kelinci itu dengan anak panah yang tajam ini??” tanya Pangeran Ilyash, dan karenanya sang Anaes pun kembali menganggukkan kepalanya menjawab hal itu. “Tentu Pangeran! Bukankah itu adalah definisi dari berburu??” jelas Anaes kepada Pangeran Ilyash, dan setelah mendengar hal itu, Pangeran Ilyash pun yang tadinya menggenggam anak panah dan busurnya, kini kembali meletakan anak panahnya ke tempat anak panah yang tersimpan di belakang punggungnya, dan menurunkan busurnya, melihat pergerakan sang Pangeran tentu membuat sang Anaes terbingung karenanya, “Ada apa Pangeran?” tanya Anaes kepada Pangeran Ilyash, dan mendengar pertanyaan itu, Pangeran Ilyash pun berucap, “Tidak bisa … Saya tidak bisa melakukan hal ini, Anaes.” jawab Pangeran Ilyash kepada Anaes yang terlihat terkejut setelah mendengar hal itu, “Kenapa Pangeran?” tanya Anaes kepada Pangeran Ilyash, “Saya tidak bisa melukai hewan yang tidak berdosa, saya juga tidak ingin melukai seseorang dengan anak panah ini.” ucap Pangeran Ilyash,yang sungguh mengejutkan bagi Anaes. … Sore itu, Anaes berjalan dengan tergesa-gesa. Ia berjalan mengitari lorong -lorong Kerajaan dan berakhir di depan pintu ruangan sang Raja yang kala itu dijaga oleh dia penjaga yang menghalanginya masuk ke dalam ruangan tersebut. “Izinkan saya, Anaes untuk masuk dan memberi informasi mengenai Pangeran Ilyash” ucap Anaes yang akhirnya membuat kedua prajurit yang tengah berjaga di sana pun menyingkirkan tombak yang menjadi penghalang Anaes untuk melangkah kedepan pintu ruang Raja. Tok … tok … tok … Pintu diketuk sebanyak tiga kali oleh Anaes, dan akhirnya membuat sang Raja yang ada di dalam sana pun berucap, “Masuk!” itulah perintah yang dilontarkan oleh Raja Abraham, yang membuat Anaes pun membuka pintu atas izin sang Raja, untuk kemudian melangkah sebanyak tiga kali sebelum akhirnya memberi penghormatan kepada sang Raja yang tengah berjalan menuju kursinya dan Rezen yang tengah meletakan salah satu buku yang di genggam olehnya ke dalam rak yang berada di belakang meja sang Raja. “Anaes?? ada apa?” tanya sang Raja kepada Anaes yang datang dan kedatangannya cukup mengejutkan dirinya dan juga Rezen. “Saya datang untuk memberikan informasi mengenai Pangeran Ilyash, Yang Mulia.” jawab Anaes kepada Raja Abraham dan juga Rezen yang kini dengan serempak menoleh menatap Anaes yang baru saja berucap demikian. “Beritahu kami apa yang ingin kau sampaikan, Anaes!” ucap Rezen kepada Anaes yang kini menganggukkan kepalanya dan kemudian berucap, “Saya ingin melaporkan jika keahlian dari Pangeran Ilyash dalam hal memanah sangatlah bagus, Baginda Raja … dia berhasil membidik ke arah yang sama selama dua puluh kali secara berkala dan tanpa henti, dan persis seperti Pangeran Rainer.” ucap Anaes kepada Raja Abraham, mendengar hal itu membuat sang Raja mengangguk kepadanya, “Namun, ada satu kendala yang saya hadapi saat ini mengenai Pangeran Ilyash.” sambung Anaes kepada mereka berdua, yang membuat Rezen pun bertanya kepadanya, “Apa itu?” tanya Rezen, “Sang pangeran tidak memiliki rasa tega terhadap binatang yang akan dijadikannya sebagai target buruan tuan, dengan seperti ini Pangeran tidak akan bisa mengembangkan ilmu dalam penguasaan panahnya.” jelas Anaes, yang pada akhirnya membuat sang Raja menghembuskan napasnya kesal dan sempat menggebrak meja, “Kenapa dia tidak mau melakukannya? Pangeran bodoh macam apa yang tidak ingin melakukannya?!” ucap Raja Abraham dengan kesal, dan ucapan itu pun langsung membuat Rezen memukul kepala sang Raja dengan buku yang digenggam olehnya guna menegurnya, dan itulah tipikal pertemanan diantara keduanya.   To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD